Pengantar Redaksi
Seorang imam Jesuit senior menghubungi Sesawi.Net menyampaikan sebuah ucapan terimakasih dari seorang korban kekerasan seksual.
Perempuan korban sungguh berharap agar semakin banyak lagi korban yang hingga kini masih “tersembunyi” bisa ikut speak up. Karena ia sungguh mengalami laporannya telah mendapat tanggapan serius; juga bersyukur karena kemudian dilakukan proses sesuai protokol.
Untuk menjadi atensi semua.
- Kasus ini riil; bukan fiktif.
- Gerakan berani speak up perlu dikumandangkan. Agar para korban lain berani “lapor” secara baik-baik dan tidak perlu menimbulkan banyak kehebohan. Otoritas Serikat Jesus Provinsi Indonesia akan serius memproses setiap laporan speak up tersebut.
- Gereja Katolik Semesta melalui Paus Fransiskus di bulan Maret 2023 telah merilis intensi umum yakni agar kita semua mendoakan para korban pelecehan seksual. “Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja. Semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas sakit dan penderitaannya.“
(https://karyakepausanindonesia.org/2022/12/29/ujud-ujud-kerasulan-doa-2023/)
—————–
Syukur dan Terimakasih
kepada Kardinal Suharyo dan Provinsial Jesuit Romo Benedictus Hari Juliawan SJ
INI adalah surat terbuka. Terimakasih sudah mengikuti jejak Kristus dalam penghormatan martabat manusia; melalui penghormatan atas hak-hak korban manipulasi dan kekerasan seksual.
Usaha besar untuk rekonsiliasi
Terimakasih sudah mewujudkan karya keprihatinan Paus Fransiskus yang terus dan selalu berusaha mengganti praktik lama yakni tindakan pengingkaran menjadi pengakuan: bahwa sungguh memang ada korban, kuasa relasi, ada pemanfaatan situasi.
Juga telah bersedia mengubah pembungkaman menjadi protokol penyadaran, pendampingan dan perlindungan. Sehingga Gereja berhasil membuat terobosan mengatasi kekurangan delik-delik di dalam Hukum Gereja (Kanon).
Ini sungguh merupakan usaha terbesar sepanjang sejarah Gereja Katolik. Yakni, keterbukaan dan kesediaan untuk menolong mereka yang lemah; lalu menumbuhkan harapan baru yang hampir sirna.
Bapa Kardinal dan Romo Provinsial Jesuit, terimakasih sudah mau berbelarasa dan sungguh bersedia memahami kami.
Sungguh, betapa tak mudah menyebut nama, mengingat peristiwa dan bercerita kisah-kisah yang sebenarnya ingin disimpan dalam-dalam saja.
Betapa ngerinya kalau kemudian malah sang pengisah ini malah tak dipercaya dan bahkan lalu dicemooh. Betapa kami sempat bingung dan bertindak penuh keraguan, saat kami harus mencerna kembali akan banyak hal.
Terimakasih akhirnya semua proses sejauh ini nyata telah membantu kami melihat diri agar bisa kembali berdiri tegak, utuh, berharga.
Semua ini semata untuk kesembuhan kita bersama dan menyeluruh. Merupakan wujud upaya rekonsiliasi Gereja Katolik yang bersedia bertanggungjawab kepada umatnya.
Sekali lagi, banyak terima kasih karena sudah menjadi yang terdepan, siap disalib seperti Yesus.
Sebab ,kami tahu bahwa hal ini sungguh sangat tidak mudah menerapkan prinsip Paus Fransiskus untuk tegas bersikap zero tolerance dan victim first.
Semoga para pemimpin Gereja Katolik dan tarekat religius di seluruh Indonesia segera meneladani beliau.
Salam hormat dan penuh syukur,
Ibu X