Tiga Maria, Ibunya, tante dan Magdalena menyaksikan titik wafat Yesus: “Aku haus” dan “Sudah selesai” (Yoh. 19: 25-30) Tiga Ibu, tiga Jesuit meninggal setelah olahraga, Ardy (jogging), Eddy (basket, teman angkatan) dan Herry setelah renang mengalami kematian dengan proses yang mirip.
SUNYI SENYAP
Jika sebuah wajah bisa meluncurkan seribu kapal,
Lalu ke manakah tempat yang aku tuju ?Tidak ada satu pun rumah selain rumahMu, ya Tuhan. Dan ketika cintaku untuk hidup mengering, Kau datang dan menuangkan membasahi dirimu sendiri untukku. (Kutipan Lagu “If” oleh David Gates yang dinyanyikan saat Misa Perdana Rm Herry)
Pengantar
Rm Kardinal, Provinsial, rekan-rekan Jesuit termasuk para novis, bruder, suster, para handai taulan, kerabat dan kolega Rm Herry, baik yang hadir di Taman Maria Ratu Damai maupun melalui livestreaming dan Youtube dan secara khusus keluarga Bapak Engelbertus Suratno dan Ibu Christina Suratinah beserta keluarga besarnya. Berkah Dalem.
Sunyi-senyap Sang Badai
Sampai detik ini dan entah sampai kapan, HANYA Tuhan yang tahu, sunyi-senyap diiringi
derai air mata, kepedihan batin, hati dan rasa, bahkan kegalauan tetap terbang membumbung tinggi, meliuk-liuk di antara dirgantara yang penuh kabut, badai topan air hujan dan angin. Itulah berita kesunyisenyapan dua hari lalu. Bagaikan kilat, petir halilintar, tsunami, merobek-robek dan mencabik-cabik hati, rasa, akal budi dan iman tentunya. Kami, terutama Bapak dan Ibu Ratno, keluarga Mbak Tutik, Mbak Esti, Mas Dono, kerabat, handai taulan dan banyak orang lain, terpana galau nan pedih, merasakan robekan dan cabikan karena Rm Herry masuk dalam Sunyi-Senyap Abadi. Bagaimana mungkin baru selesai renang langsung tanpa kulonuwun/permisi Rm Herry masuk dalam Sang SUNYI SENYAP itu
Sunyi-senyap sang Ilmuwan, Sang Martir
Rm Herry memang memilih, memeluk dan mencintai jalan sunyi-senyap ini selama hidupnya sebagai Jesuit, khususnya 2 dekade ini. Apa jalan sunyi-senyap itu? Membaca banyak sekali buku, memelototi kata perkata, baris per baris, alenea per alinea, halaman per halaman tanpa kenal lelah. Dia mengagumi , Teilhard de Chardin, Zoetmulder dan Vito Perniola, tiga sosok yang tangguh menelan kesenyapan melalui buku-buku yang dibaca dan dicerna. Kemudian dituangkan dalam mengajar yang banyak subyeknya di STF, menemani mahasiswanya menulis, skripsi, tesis dan disertasi, menguji, ceramah sana sini, menulis buku, dan lain-lain. Itu semua dia lakukan dalam askesis, penyangkalan diri dan ketekunan, jauh dari sorot lampu kamera TV, media sosial. Temanmu setia adalah Lark, Google Meet, Zoom gara-gara pandemi untuk kontak mengajar para mahasiswamu, kolega dan para Yesuit baik lokal maupun internasional. Martir Intelektual dalam sunyi-senyap.
Sunyi-senyap adalah Jalan Salib
Rm Herry menghayati dan merasuki tugas perutusan kesunyisenyapan, yaitu mengalami dan mencecap kehadiran Allah dalam dunia nyata, sekarang dan di sini. Dia memasuki tegangan kutub-kutub antara Allah, Yesus Kristus dan dunia sekaligus. Ignatius menempatkan Yesus, Rajanya sebagai gambaran yang hidup dalam tegangan itu. Mistik Yesus adalah sekaligus ilahi sekaligus insani, melalui peristiwa penjelmaan, kelahiran, hidup, karya, wafat dan kebangkitan-Nya. Menghadirkan Yesus sebagai Tuhan yang sangat dicintai dan masuk dalam sejarah manusia/dunia yang juga sangat dicintaiNya. Itulah mengapa Yesus digambarkan dalam Doa Sukur Agung ke V: “Tangan-Nya yang terentang antara langit dan bumi”(Salib), yaitu cinta akan Bapa-Nya dan dunia sampai sehabis-habisnya, dengan memberikan nyawa-Nya. SALIB. Itulah pilihan atau diskresi Yesus yang mencintai Allah Bapa-Nya dan dunia demi keselamatan manusia.
Sunyi-senyap penuh Cinta – Contemplatio Ad Amorem
Pungente dan Williams menterjemahkan “Contemplation to Advance in Love”, Kontemplasi untuk maju dalam menghayati Kasih dan pelayanan. Merasakan dicintai dan mencintai Tuhan sampai pada peristiwa Pantekosta. Cinta Ilahi ini pusatnya Iman, Christosentris dan pelayanan adalah perwujudannya. Keduanya rahmat yang dimohon (235) supaya semakin berkembang maju dalam penghayatan sehari-hari. Pusat Cinta adalah Salib, Kebangkitan, Kenaikan dan Pantekosta.
Cinta Allah Putra tanpa hiruk pikuk, justru dalam sunyi-senyap secara radikal lahir di
Bethlehem Penjelmaan dan sampai wafat di Salib adalah jalan kesunyisenyapan Tuhan. Dan bagi Rm Herry berati menyatukan diri, mengosongkan dirinya sehingga sampai nol dan 100% Tuhan. Inilah titik perjuangan dan pergumulan mistiknya. Beriman tidak setengah-setengah, total. Pilihan hidupnya adalah kesunyisenyapan, seperti halnya St Paulus: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (Filp. 3:10, bacaan 1)
Pilihan hidup dan perutusan seperti Yesus itulah yang menjadi jantung dan pusat spiritualitas Ignasius dan Rm Herry tentunya. Dan keistimewaannya bahwa dia menghayatinya tegangan tersebut secara kreatif dan berdaya guna, meski penuh likaliku, perjuangan dan pergumulan, Istilah yang sering muncul “Berdarah-darah”.
Sunyi-senyap yang Beraroma
Medan perang dia memang jauh dari hiruk pikuk genderang peperangan, namun itu tidak
benar, karena peperangan dia adalah dalam batin, hati, pikirannya, tutur kata dan aroma ini tidak bisa terkurung, diam, akan tetapi keluar bagaikan anak panah, melesat kemana-mana.. Pertama, Aroma Perpustakaan. Ini sangat jelas bahwa dia membaca banyak buku, dan luar biasa bacaannya, tidak hanya filsafat, sosiologi, politik, namun juga novel, puisi dll. Tidak sekedar membaca, tetapi menulis buku, artikel, jurnal dsb. Dia dikenal berbau perpustakaan yang mendalam. Begawan, Guru ilmu. Kedua Aroma Dunia, Riset lapangan melengkapi riset buku dan ini membawa dia ke dunia luas, banyak kolega, kelompok yang bersentuhan dengan dia, karangan bunga baik di Jakarta dan di sini membuktikan. Ketiga Aroma Ilahi. Dia mencintai Yesus sedalam-dalamnya, juga Serikat Yesus dan Gereja dengan caranya yang unik dan khas.
Sunyi-senyap tak lenyap
Lagu berakhir tetapi dentingan nada tidak, abadi. Engkau terbujur kaku, diam dalam sunyi senyap abadi, tapi Jiwa dan Cinta, warisan2mu bermelodi terus, tak pernah tidur, juga tidak lenyap. Sunyi senyap itu tak lenyap, bergema terus menerobos desah rintih kalbu dan berdaya ubah menjadi salib puncak Kemuliaan. Dulu sejak dalam kandungan sampai dua hari lalu, Bapa dan Ibu menggendongmu, tapi kini beralih engkau menggendong bapak dan ibu, kakak adik dan keluarga, kami para Yesuit, kolega, dan banyak orang. Seperti Bunda Maria, di awal menggendong Dia, namun di kaki Salib Dia menggendong Maria. Engkau di atas sana selalu menemani kami. Kangen adalah
jembatan antara engkau dan kami, tak peduli kangen melankolis, kangen pergumulan, kangen kekosongan, kepedihan, karena Cinta merangkum semuanya. “Take Lord, receive…” Amin
Sobat seiring dalam sharing kesunyisenyapan
Girisonta, 23 Desember 2020. Hari pemakamanmu Her
L. Priyo Poedjiono SJ