Kritik Yesus terhadap Kaum Beragama

0
186 views
ilustrasi: Wajah munafik, by Angela Green.

TUHAN Yesus mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di depan orang banyak (Matius 23:1). Mereka adalah pemimpin yang memiliki otoritas untuk mengajar (Matius 23:2). Namun mereka tidak layak diteladani, karena hanya mengajarkan tanpa melaksanakannya sendiri (Matius 23:3).

Pertama, mereka membuat banyak aturan supaya orang lain menaatinya tanpa mereka sendiri mematuhinya (Matius 23:4). Kedua, mereka menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk menarik perhatian (Matius 23:5). Ketiga, mereka mencari penghormatan untuk diri sendiri, baik dalam rumah ibadat maupun di tempat umum (Matius 23:6). Mereka itu suka disebut pemimpin (Matius 23:10).

Tiga hal di atas menunjukkan bahwa mereka itu bukan pemimpin yang sungguh berwibawa. Seorang pemimpin sejati tidak hanya mengajar dan memerintah, tetapi memberi contoh. Mereka melakukan yang dikatakannya. Mereka bertugas untuk memberdayakan para murid dan pengikutnya.

Pemimpin agama yang baik dan benar juga membimbing umatnya untuk percaya dan menghormati Tuhan. Pusat perhatiannya adalah Tuhan dan hidupnya untuk memuliakan Tuhan. Bukankah perintah utama menegaskan supaya orang mencintai Tuhan di atas segalanya?

Mencari penghormatan untuk diri sendiri bukan hanya menghasilkan sikap sombong, tetapi juga menjauhkan manusia dari Tuhan. Bukankah Tuhan membenci orang yang congkak hatinya (Amsal 16:5; Yakobus 4:6)?

Akhirnya, mereka juga menggunakan simbol-simbol agama untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya. Simbol-simbol bermanfaat dalam berkomunikasi dengan Tuhan. Seperti komunikasinya dengan sesama manusia menggunakan bahasa, alat-alat komunikasi, warna, dan lain-lain, demikian pula komunikasinya dengan Tuhan.

Semua itu mesti ditujukan kepada Tuhan, bukan pada manusia. Dilepaskan dari Tuhan semua simbol itu kosong dan tanpa makna. Demikian pula agama. Ketika dilepaskan dari Tuhan bisa kosong dan disalahgunakan untuk pelbagai kepentingan manusia.

Kritikan Yesus itu relevan hari ini. Karl Marx mengatakan bahwa agama itu seperti candu yang digunakan untuk membungkam kaum miskin (buruh) agar tidak melawan kaum kaya (pengusaha).

Kini, agama juga digunakan untuk kepentingan sosial, politik, dan ekonomi. Banyak pula yang mengaku diri beragama, tetapi tidak mewujudkan ajaran-ajarannya. Agama hanya seperti baju yang setiap saat bisa dikenakan dan dilepaskan sesuai dengan kebutuhan.

Minggu, 5 November 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here