Kritis

0
274 views
Ilustrasi - Berpikir secara kritis. (Creativity)

Renungan Harian
Minggu 11 April 2021
Minggu Paskah II (Kerahiman Ilahi)
Bacaan I: Kis. 4: 32-35Beb
Bacaan II: 1Yoh. 5: 1-6
Injil: Yoh. 20: 19-31
 
BEBERAPA
tahun yang lalu ada seorang ibu yang bercerita tentang pengalaman akan gangguan “roh halus”.

Ibu itu bercerita bahwa di rumahnya sering ada kejadian-kejadian yang aneh dan sulit untuk dinalar.

Salah satu hal yang paling menonjol adalah televisi di rumah sering nyala sendiri. Artinya, di rumah itu tidak satu orang pun yang menyentuh televisi itu. 

Karena merasa terganggu dengan kejadian itu maka atas saran teman-temannya mengundang orang “pinter” untuk mengusir makhluk pengganggu itu.
 
Ada beberapa orang “pinter” menegaskan bahwa di rumah itu ada makhluk halus yang mengganggu.

Atas saran orang “pinter” itu beberapa barang seperti guci, beberapa hiasan disingkirkan, karena barang-barang itu yang menyebabkan makhluk halus itu datang dan betah di rumah itu.

Maka, ibu itu menyingkirkan benda-benda yang dimaksud. Namun gangguan itu tetap ada, televisi masih sering menyala sendiri.

Orang “pinter” lain menegaskan juga adanya gangguan makhluk halus, maka beberapa barang yang ditunjuk supaya disingkirkan, namun tidak ada hasilnya.
 
Atas saran teman yang lain, ibu itu diminta mengundang seorang imam yang dikenal mempunyai kemampuan untuk mengusir makhluk halus.

Imam itu datang dan berdoa di tempat ibu itu.

Imam itu mengatakan bahwa tidak ada makhluk halus yang mengganggu. Imam itu menyarankan agar memanggil tukang servis televisi. 

Lewat tukang servis itu diketahui bahwa timer di televisi itu diatur sedemikian sehingga akan menyala sendiri pada jam-jam tertentu.
 
Betapa penting sikap kritis berhadapan dengan sebuah peristiwa, tidak serta merta langsung mempercayai.

Kritis tidak berarti selalu meragukan segala hal atau selalu hanya mengandalkan akal budi, akan tetapi kritis yang membawa pada sikap diskretif, sehingga tidak mudah terperosok.
 
Demikian pula dengan hidup beriman.

Sikap kritis dan penggunaan akal budi amat penting sehingga hidup beriman menjadi semakin dewasa.

Pengalaman-pengalaman rohani perlu untuk selalu dikritisi, ditimbang-timbang agar tidak mudah dijerumuskan pada pengalaman-pengalaman kegembiraan rohani semu.
 
Dalam sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Yohanes, Thomas ditegur oleh Yesus karena sikap ketidakpercayaan akan kebangkitan Tuhan.

Namun meskipun demikian sikap kritis Thomas, yang tidak begitu saja percaya menjadikan ia mengalami pengalaman iman yang mendalam sehingga sampai pada pengalaman pengakuan “ya Tuhanku dan Allahku”.

“Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-KU dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku beriman dengan kritis dan bijak?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here