Ksatria

0
316 views
Ilustrasi - Jantan ksatria. (Ist)

Renungan Harian
Selasa, 22 Juni 2021
Bacaan I: Kej. 13: 2. 5-18
Injil: Mat. 7: 6. 12-14
 
DULU waktu saya dan tiga orang adik masih kecil, kami sering bertengkar yang membuat bapak dan ibu jengkel.

Dan kalau itu terjadi, tidak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah, kami semua akan dimarahi oleh ibu. Seperti kebanyakan ibu yang lain, ibu kami sering marah dan ngomel karena kelakuan kami.

Dan bagi kami kalau ibu tidak marah dan ngomel adalah suatu hal yang aneh. Maka tidak ada hari tanpa mendengar ibu ngomel. Juga tidak ada hari tanpa keributan di antara saya dan adik-adik.
 
Suatu saat saya amat jengkel dengan adik yang paling kecil, karena dia amat usil. Dan parahnya, kalau dia diganggu dia marah sehingga membuat kami ribut.

Nah hari itu seperti biasa, saya ribut dengan adik dan seolah-olah mau berantem.

Mungkin ibu hari itu baru jengkel sehingga sulit untuk menenangkan saya dan adik. Maka ibu mengambil dua buah sabit dan membagikan ke kami berdua.

Ibu bilang: “Sudah sekarang berantem ini masing-masing satu sabit, biar ketahuan siapa yang menang.”

Ketika kami menerima sabit, kami malah tidak jadi berantem dan kami tertawa.

Ibu pun ikut tertawa tidak jadi marah.
 
Setelah kejadian itu, saya dan adik dipanggil bapak.

Sebagaimana biasa, kalau bapak ingin bicara serius, beliau memanggil kami dan diminta duduk di depan beliau. Setelah saya dan adik duduk bapak mulai bicara menasehati kami:

“Mas Iwan dan Dik Aji, dengarkan ini penting untuk kalian. Bukan hanya sekarang, tetapi juga untuk hidup kalian. Kalau kamu tidak mau dicubit, jangan pernah mencubit. Jadi apa yang tidak ingin dilakukan oleh orang lain pada dirimu, jangan kamu lakukan pada orang lain.

Sebaliknya kalau melakukan untuk orang lain, maka kamu harus berani terima kalau orang lain itu melakukan pada dirimu. I

tu salah satu sifat seorang ksatria.

Bapak mendidik kalian agar menjadi seorang ksatria.

Seorang ksatria itu seorang yang jujur, dan berani bertanggung jawab. Maka kalian juga harus jujur dan bertanggungjawab. Berani mengaku salah, berani minta maaf dan tidak menang-menangan dan menindas orang lain.”
 
Kami berdua hanya diam, dan rasanya juga tidak begitu mendengarkan apa yang dikatakan bapak.

Rasa yang dominan adalah rasa takut, karena bagi kami dengan cara itu bapak marah kepada kami.

Namun apa yang dikatakan bapak pada saat itu, saya sadari sebagai nasihat yang luar biasa dan amat penting bagi kehidupan saya.

Meski apa yang dinasihatkan bapak bukan hal yang mudah untuk dijalankan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah seluruh hukum Taurat dan Kitab Para Nabi.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku selalu bersikap ksatria dalam hidupku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here