Kamis 7 Desember 2023.
Yes. 26:1-6.
Mzm. 118:1,8-9,19-21,25-27a;
Mat. 7:21,24-27
TIDAK ada sesuatu hal yang pasti selama kita hidup di dunia ini. Satu-satunya yang pasti didunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri.
Ketidakpastian itu terjadi selama kita ada di dunia ini, karena apa pun bisa saja terjadi atas kehidupan kita.
Hari ini tersenyum, besok bisa saja kita menangis. Hari ini kita kenyang dalam kelimpahan, besok atau suatu hari bisa saja kita mengalami kekurangan. Hari ini sehat bulan depan bisa saja sakit.
Inilah ketidakpastian kondisi hidup itu.
Dalam kehidupan yang serba tidak pasti seperti itulah kita dituntut untuk selalu siap sedia dalam segala hal.
Siap menghadapi apa pun yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita. Untuk itu kita perlu menjadi pribadi yang tangguh dan kuat. Untuk itu kita perlu berdiri dalam dasar kehidupan yang kuat.
“Saya ini ibarat ayam kampung yang hidup dari mengkais-kais untuk mendapatkan makanan,” kata seorang bapak. “Sejak kecil saya harus berjuang dalam kehidupan ini,” lanjutnya.
“Ayam kampung itu berkeliaran mencari makan di kebun, di tempat sampah atau di got,” ujarnya.
“Ayam kampung itu harus beradaptasi dengan cuaca yang ekstrim, dengan panas dan hujan, tidurnya di pohon-pohon dan di atas ranting,” sambungnya.
“Namun demikian, ayam kampung itu kuat dan tidak mudah jatuh sakit, jika dibandingkan dengan ayam potong yang segalanya terjamin,” pacarnya.
“Alam menjadi guru dan yang mendidik hingga ada kekuatan pada diri ayam kampung,” tegasnya.
“Demikian juga hidupku, terbentuk dan menjadi kuat seperti saat ini, karena mengalami banyak kesulitan dan perjuangan yang tiada henti,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”
Sabda Tuhan hari ini, berbicara mengenai dua macam dasar: pasir dan batu. Sekilas ketika di atas kedua dasar itu didirikan bangunan seperti tidak ada masalah.
Namun, ketika bangunan itu mengalami ujian berupa terpaan hujan dan badai, akan terbukti dasar manakah yang kuat menopang bangunan di atasnya.
Yesus menyamakan orang yang mendengar sabda-Nya tetapi tidak melakukannya seperti orang yang mendirikan rumah di atas pasir.
Pada masa-masa tenang mungkin tak terlihat ada masalah, tetapi ketika badai hidup menerpa maka kokoh atau hancurnya kehidupan seseorang akan menguak seberapa kuat fondasi hidup yang dijalaninya.
Alam sering kali menjadi guru dan dasar kehidupan ini. Kesulitan hidup seringkali menjadi batu dan pasir yang bisa diolah menjadi pondasi hidup kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sabar dan setia menjalani dididikan Allah melalui aneka kesulitan hidup ini?