Beberapa tahun lalu ketika saya masih kuliah, ada beberapa hari yang mengharuskan saya untuk pulang malam. Dan jalan yang sering saya lewati adalah Jalan Cideng, Jakarta Pusat.
Biasanya saya baru pulang dari kampus di siang hari dan tak pernah bertemu dengan seorang lelaki tua yang berjualan koran. Namun saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, tidak biasanya aku pulang malam. Ketika itu aku sedang berhenti di lampu lalu lintas. Kulihat seorang bapak tua itu yang sedang menjajakan koran dengan baju lusuh dan tanpa alas kaki.
Pertama tidak begitu kuperhatikan orang tua itu, sekadar memandangnya saja. Dan karena lampu hijau sudah menyala maka kendaraan langsung kulaju menuju rumah.
Beberapa hari kemudian ketika pulang malam lagi, saat melaju di jalan yang sama, aku terpaksa berhenti mendadak karena laju kendaraan yang kukencangkan tidak bisa mencapai kecepatan lampu yang sudah berubah menjadi merah. Sebagai warga negara yang taat hukum saya berhenti.
Cukup lama waktu menunggu lampu berubah menjadi hijau. Saat itu, kulihat lagi orang tua penjaja koran yang sama yang pernah kulihat sepintas di lampu lalu lintas ini masih sama menjajakan koran-korannya. Timbullah belas kasihan dari hatiku.
Kupanggil orang tua itu dan kubeli korannya, yang hanya seharga 2,500 rupiah. Uang 10.000 rupiah diterima. Sebelum dia sempat memberikan kembalikan, lampu lalu lintas segera berubah menjadi hijau dan aku langsung tancap gas. Sengaja aku tidak minta uang kembalian.
Sesampainya di rumah, aku mencoba membuka koran yang baru kubeli. Rupanya koran yang dijual pak tua ini sudah basi alias koran lama, 3 hari lalu. Namun, aku tidak kecewa.
Aku memang mau menolong pak tua itu. Aku bersyukur bisa memberikan uang lebih yang kumiliki untuk orang lain sambil berdoa dalam hati semoga uang tersebut dapat berguna bagi orang tua tersebut.