Lahir Kembali di Zaman Edan (4)

0
415 views
Ilustrasi: Berbuat menjawab tantangan. (Ist)

NIKODEMUS menjadi bingung, ketika Yesus berkata bahwa orang mesti dilahirkan kembali. Spontan mungkin kita akan berkata Nikodemus itu oon, alias be-o-de-o.  

Tetapi kalau kita jujur, barangkali sampai hari ini pun kita tak pernah menangkap maksud Yesus itu. Apalagi setelah ‘lahir kembali’ dirumuskan menjadi “dilahirkan dari air dan Roh”.

Istilah tersebut di di kemudian hari sering diartikan secara sempit: dipermandikan.

Pemahaman tersebut diperkuat oleh sejarah Gereja, yang mengutamakan “agama” lebih daripada “iman”. Demikian sehingga banyak orang, termasuk pemimpin agama, yang memaknai lahir kembali sebatas sama dengan permandian Kristiani.

Bahkan sekarang ini, ‘lahir kembali’ punya makna lebih terbatas lagi. Yakni bahwa ‘lahir kembali’ disamakan  dengan ‘lahir dalam Roh’ atau ‘babtis dalam Roh’, menurut terminologi Gerakan Kharismatik.  

Sempitkan makna

Tidak ada yang salah dengan memberi makna ‘lahir kembali’ itu seperti di atas,  cuma agak terlalu sempit dan rentan bahaya.

Sempit, sebab orang hanya dapat lahir kembali, bila ia dibabtis, atau bila ia ikut kelompok Kharismatik.

Lah, orang lain, yang belum atau tidak babtis yang jauh lebih banyak, apa mereka tak mungkin lahir dari Roh? Atau apa yang sudah dibabtis dan atau jadi orang Kharismatik dengan sendirinya lahir dari Roh?

Bahaya, sebab pemaknaan itu dapat membawa orang ke  kemandegan, dan akhirnya tak ada kehidupan. Padahal esensi dari Roh adalah gerak kehidupan.

Sayang memang bahwa Gereja baru bicara banyak tentang Roh ya, setelah dalam Gereja lahir Gerakan Kharismatik. Maka bisa dimaklumi kalau kebanyakan dari kita kurang memahami, apalagi mendalami karya Roh.

Terserah. Itu urusan agama dan para teolog.

Sebaiknya kita kembali ke maksud  Yesus. Ia pun tidak menerangkan banyak, kecuali membandingkan antara Roh dan dan “angin”.

“Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi”.

Maksudnya kiranya sederhana saja: kita mendengar bunyinya, dan merasakan terpaannya. Alias kita tahu akibatnya dan merasakan buahnya. Kalau demikian, sebetulnya kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang lahir kembali atau tidak, akan tampak dari perbuatannya, dampaknya bagi orang lain.

Karena itu, jangan justru menjadi mapan.

Jangan karena sudah dipermandikan, lalu kita merasa tak perlu dilahirkan kembali. Setiap orang perlu lahir kembali dari Roh. Artinya, kita ini perlu terus menerus diperbarui oleh Roh.

Roh bisa datang dari kiri atau kanan, dari atas atau bawah. Ia dapat lewat orang baik atau orang buruk, bisa lewat kemesraan atau kekasaran. Dapat lewat anugerah atau bahkan ‘musibah’. Yang terpenting adalah kesiapsediaan kita untuk membuka diri, membuka hati dan budi kita untuk menanggapi dan mengikuti Roh itu.

Di keluarga

Peristiwa di tengah keluarga sering jadi jalan buat kita untuk “dilahirkan” kembali. Sebut saja misalnya: kehamilan, kelahiran, sakit bahkan kematian.

Meskipun ada orang yang berkali-kali menggugurkan kandungan. Ada pula yang bertahun menanti kehamilan tak kunjung ada tanda-tandanya. Buat yang terakhir ini, kehamilan pasti dapat jadi saat lahir kembali. Peristiwa gagal atau putus cinta pun dapat jadi saat untuk lahir kembali.

Di sekolah

Ada banyak orang yang telah mengalami bahwa tinggal kelas, tak lulus ujian, ternyata jadi saat lahir kembali dari Roh.

Di kantor

Kebangkrutan suatu usaha pasti mengenaskan. Tetapi ada juga yang mengalami bahwa itu bisa jadi saat lahir kembali dari Roh. Peristiwa PHK, untuk sementara orang bisa juga jadi saat lahir kembali.

Di masyarakat

Ada banyak sekali contohnya. Lahirnya aneka LSM adalah karena situasi masyarakat yang tidak adil dll. Lahirnya banyak komunitas: ICW, Kontras, Perempuan Bersatu, Green Peace, dll juga karena dipicu situasi masyarakat.

Di lingkungan agama

Juga tak sulit mencari contoh. Pengejaran terhadap pengikut Kristus justru menjadi saat indah untuk lahir kembali. Penindasan agama, juga demikian. Di zaman ini, kalau  ada umat yang merasa tertekan, terancam, atau sudah ‘diserang’ (dibom) juga dapat jadi momen untuk lahir kembali.

Umat jadi punya greget, semangat untuk bersaudara dll.

Jadi, bukan peristiwanya yang penting. Tetapi respon dan reaksi kita terhadap gerak Roh yang mendorong kita lahir kembali itulah yang penting.

Roh bisa datang dari mana saja, kapan saja.

Maksud dan tujuannya satu, mendorong untuk lahir kembali sebagai anak-anak Allah, bukan anak-anak dunia ini saja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here