Pergelaran seni budaya mewarnai peringatan 1.000 hari meninggalnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), selain kegiatan keagamaan seperti khataman Alquran dan tahlil akbar.
Pertunjukan wayang kulit dengan lakon “Kumbokarno Gugur” oleh Ki Dalang Enthus Susmono di kediaman keluarga Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Rabu malam, menjadi pembuka rangkaian peringatan 1.000 hari meninggalnya tokoh yang digelari Bapak Bangsa tersebut.
Dalam cerita wayang, Kumbokarno adalah sosok yang jujur dan berani memperjuangkan kebenaran yang diyakininya.
Meski berdiri di barisan sosok antagonis Rahwana, Kumbokarno tidak larut dalam keangkaramurkaan. Sebaliknya, dia selalu berusaha menasihati Rahwana untuk berbuat kebaikan.
Kumbokarno gugur dalam perang melawan bala tentara Rama. Namun, berperangnya Kumbokarno di pihak Rahwana bukan untuk membela keangkaramurkaan, melainkan membela tanah air yang dicintainya.
“Kumbokarno gugur sebelum semua cita dan cinta sang tokoh terhadap penegakan kebenaran terwujud utuh,” kata Achmad Suaedy, ketua panitia peringatan 1.000 hari meninggalnya Gus Dur.
Menurut Suaedy, puncak peringatan akan digelar Kamis (27/9)malam, persis 1.000 hari meninggalnya Gus Dur. Presiden RI ke-4 ini meninggal pada 30 Desember 2009.
Kegiatan di hari Kamis akan diawali pada pagi hari dengan kegiatan khataman Alquran oleh 50 santri Pondok Pesantren Ciganjur dengan target waktu enam jam.
Di malam harinya, peringatan dilakukan dengan kegiatan tahlil akbar oleh sekitar 10 ribu orang di Pondok Pesantren Ciganjur dipimpin oleh Habib Syech bin Abdul Qodir.
Pada malam yang sama, para tokoh seperti KH Mustofa Bisri dan Prof Quraish Shihab akan menyampaikan tausiyah di hadapan para santri, sahabat, Gusdurian (penggemar Gus Dur) dan tamu undangan asing seperti Duta Besar Amerika Serikat dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia.
Meski puncak acara dilaksanakan Kamis, rangkaian kegiatan masih berlanjut. Pada Jumat (28/9) akan digelar Festival Kebudayaan bertajuk “Ziarah Budaya” di Taman Ismail Marzuki.
Kegiatan yang dilangsungkan pada malam hari tersebut akan menampilkan pertunjukan musik “Tribute to Gus Dur” oleh putri Gus Dur, Inayah, yang akan memainkan gamelan bersama Glenn Fredly serta Chandra Malik dengan Kidung Sufi-nya.
Sejumlah seniman dan tokoh akan turut serta dalam acara itu, di antaranya adalah Arswendo Atmowiloto, Jaya Suprana, M Sobari, dan penyair Zawawi “Si Celurit Emas” Imron yang tampil dalam format “stand up comedy”.
Kegiatan akan dibuka dengan Doa Lintas Iman dari sembilan keyakinan di antaranya Islam, Katolik, Kristen Protestan, Mormon, Sunda Wiwitan, dan Syikh.
Peringatan 1.000 hari juga terus berlangsung dan diisi dengan berbagai kegiatan kampanye perdamaian. Keluarga besar Gus Dur akan menggelar aksi perdamaian dengan membuat tanda tangan cinta damai serta penyebaran stiker perdamaian yang berisi kutipan-kutipan pernyataan Gus Dur seperti “Perdamaian tanpa Keadilan ialah Ilusi”, “Tuhan tidak Perlu Dibela”, dan “Islam Agama yang RAMAH, bukan Agama yang MARAH”.
Menurut Suaedy, peringatan 1.000 hari Gus Dur dalam berbagai rupa juga digelar di luar negeri sepanjang tahun ini, di antaranya adalah diskusi pemikiran Gus Dur di Australia pada bulan November mendatang.
Rasanya GusDur lebih cocok sebagai Gunawan Wibisana dari pada Kumbakarna. Wibisana berani menolak mengikuti Rahawana dan berani menasehati sang angkara murka Rahwana ,penolakan ini menghasilkan kematian Wibisana. Dan akhirnya membawa Wibisana kepada Sri Rama yang akan mengalahkan sang angkara murka.