Bacaan 1: Yos 24:14-29
Injil: Mat 19:13-15
Hidup sukses, bahagia, sejahtera dan makmur adalah impian setiap manusia. Meski itu bukanlah tujuan hidup orang beriman, namun tak mudah untuk mencapai kehidupan semacam itu di dunia.
Ada rambu-rambu kehidupan yang mesti diperhatikan dan dijalani.
Ibarat sebuah mobil, harus rutin dirawat dan mengikuti rambu-rambu lalu lintas agar tidak mengalami kecelakaan fatal namun bisa sampai tujuan dengan selamat.
Tujuan hidup orang beriman katolik adalah kehidupan kekal.
Hidup bahagia selamanya bersama Kristus di surga, sebab disana tidak ada penderitaan namun sukacita kekal. Diperlukan penyerahan diri secara total pada Kristus untuk mendapatkannya.
Sebelum melepas bangsa Israel kembali ke tanah pembagian masing-masing suku, Yosua memberikan banyak nasihat agar hidup mereka bahagia sejahtera sesuai yang dikehendaki-Nya. Yosua mengingatkan agar mereka setia senantiasa beribadah hanya kepada Allah saja dan bukan ilah yang lain.
“Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu.”
Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem.
Tindakan Yosua menyerahkan mereka yang dianggapnya bangsa lemah dalam iman kepada Allah, menjadi teladan bagi kita dalam menuntun generasi muda katolik dalam penyertaan Allah.
Ada kecenderungan ketidaktakutan manusia pada Allah dan Gereja dalam kehidupan zaman “now”.
Peletakan tangan Yesus kepada anak-anak dalam bacan injil melambangkan kuasa Ilahi dalam menyalurkan berkat-Nya sebagai wujud penyertaan-Nya dalam kehidupan mereka. Kelemahan mereka sebagai anak-anak merupakan berkat sebagai pemilik Kerajaan Surga.
“Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.”
Pesan hari ini
Jaga kesetiaanmu pada Allah agar hidupmu tidak ruwet.
Memberikan iman katolik pada anak-anak dalam baptisan adalah pilihan terbaik, bukti mereka adalah anak-anak Allah.
“Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya.”