“Kata-Nya kepada mereka, ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’” (Luk 10, 2)
HARI-HARI ini koran masih memuat berita sekitar para pekerja. Kondisi ekonomi yang sulit bisa menjadi ancaman bagi para pekerja, yang mungkin bisa kehilangan pekerjaannya. Berita lain menyebutkan bahwa pembangunan sarana transpotasi perkeretaapian masih membutuhkan banyak tenaga kerja, yakni sekitar 20 ribu orang.
Tersedianya lapangan kerja rupanya tidak otomatis bisa diisi oleh banyak pencari kerja. Mereka masih harus membuat lamaran kerja, mengikuti proses seleksi sampai akhirnya ada keputusan diterima atau ditolak.
Para pencari kerja tidak begitu saja bisa memasuki setiap lowongan kerja. Sebuah pekerjaan menuntut pekerja dengan kualitas, kemampuan atau ketrampilan tertentu. “Bisa membahayakan dan mengacaukan kalau seorang ilmuwan sosial menangani pekerjaan dengan bahan-bahan kimia”, kata seorang bapak tadi pagi. Resiko kegagalan lebih besar dibandingkan dengan kemungkinan untuk berhasil. Lowongan kerja banyak ditulis dalam surat kabar; lahan pekerjaan masih tetap tersedia.
Tuaian memang masih banyak, tetapi pekerja sedikit. Kenapa? Mungkinkah banyak calon tenaga kerjanya tidak memenuhi syarat, tidak menunjukkan kualitas, kemampuan dan ketrampilan yang sungguh dibutuhkan? Mungkinkah pekerja yang ada sudah tidak produktif lagi, tidak kreatif dalam melaksanakan pekerjaannya, tidak inovatif dalam menemukan cara-cara baru untuk memanen hasil tuaian?
Pekerja macam apakah diriku ini? Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)