PADA hari Jumat, 6 September 2019, Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya di Mosambik dan kemudianmelanjutkan ke Madagaskar dan Mauritius.
Sebelum memimpin misa untuk umat Katolik yang datang dari seluruh penjuru Mosambik dan para peziarah dari negara-negara tetangga, Sri Paus mengunjungi Rumah Sakit Zimpeto.
Walaupun cuaca hujan dan cukup dingin, umat yang memenuhi stadion berkapasitas lebih dari 40 ribu orang tetap antusias mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai puncak kunjungan Paus di Mosambik.
Umat Mosambik telah menunggu dan mempersiapkan kunjungan Paus selama berbulan-bulan. Umat di wilayah-wilayah luar Maputo bahkan mengumpulkan uang untuk membiayai utusan-utusan mereka yang akan menghadiri Perayaan Ekaristi ini. Juga ada umat yang datang dari negara-negara tetangga seperti Zambia, Zimbabwe, Malawi, Swaziland, Afrika Selatan dan Tanzania.
Perayaan Ekaristi penuh warna dengan konselebran para Uskup dan para imam disemarakkan dengan koor berjumlah seribu orang, yang terdiri dari kaum awam, suster, seminaris bahkan imam. Mereka telah berlatih selama berbulan-bulan. Kemajemukan budaya diungkapkan dalam tarian-tarian dan lagu-lagu liturgi lokal dari pelbagai penjuru Mosambik.
Belas kasih
Dalam khotbahnya Sri Paus mengambil inspirasi dari Injil Lukas 6:27: “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: ‘Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu’.”
Paus menunjuk kepada mereka yang membenci, merendahkan, mencerca dan melecehkan, sebagaimana dialami dalam perang saudara yang melanda Mosambik antara 1977 dan 1992.
“Banyak dari antara anda yang masih dapat menceriterakan kisah-kisah anda sendiri tentang kekerasan, kebencian dan konflik. Bahkan ada yang masih takut bahwa luka-luka masa lampau akan dibuka dan akan membalikkan kemajuan yang sudah dicapai menuju perdamaian,” kata beliau.
Paus mengajak semua orang untuk mengedepankan rekonsiliasi dan pengampunan serta mencintai satu sama lain, bahkan mencintai para musuh.
Beliau juga menegaskan betapa pentingnya perdamaian dan belaskasih. “Kita menginginkan suatu masa depan yang penuh damai,” beliau menegaskan.
Di akhir Perayaan Ekaristi, Paus mengajak semua orang untuk berpegang teguh pada pengharapan.
“Berpeganglah pada pengharapan. Jangan membiarkan anda dirampas daripadanya. Tidak ada jalan yang lebih baik daripada tetap bersatu,” kata Sri Paus mengakhiri pesannya.
Terimakasih sudah meminati laporan saya dari Maputo, Mosambik. Demikian, saya mengakhiri laporan.
Maputo, 7 September 2019