HARI Sabtu, 17 Februari 2018 diselenggarakan perayaan ulang tahun IRRIKA ke-63. Perayaan diisi dengan misa kudus, dialog dan refleksi atas perjalanan IRRIKA. Misa dipimpin oleh Pastor Markus Solo Kewuta SVD bersama di para imam konselebran. Acara berlangsung di Gereja Santa Catharina Sienna Roma, sebuah paroki militer di Italia.
Berdiri sejak tahun 1955
Kelahiran IRRIKA tepatnya pada tanggal 13 Februari. IRRIKA singkatan dari Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi.
Pada awal berdirinya pada tahun 1955, anggotanya hanya para imam yang sedang tugas belajar di Roma. Dalam perjalanannya, anggota berkembang para suster, bruder dan frater yang belajar maupun berkarya di Italia.
Penggagasnya waktu itu adalah Pastor J. Melsen O.Carm, Pastor Th. Kirdi Dipojudo O.Carm, Pastor Migeraya SVD, Pastor Leo Soekoto SJ, dan Pastor Justinus Darmojuwono Pr.
Yang menjadi ketua IRRIKA pertama adalah Pastor Justinus Darmojuwono Pr yang belakangan diangkat menjadi Uskup Agung KAS dan Kardinal pertama di Indonesia.
Sesuai namanya, IRRIKA menampilkan keanggotaan sebagai warga Negara Indonesia serentak sebagai warga Gereja Katolik. Paguyuban ini berdasar semangat iman Katolik dan cinta Tanahair.
Tujuan IRRIKA adalah menjalin persaudaraan dengan berbagi suka dan duka hidup di Italia, saling mengenal dan menghargai keanekaragaman budaya dan kekhasan wajah Gereja di Indonesia, saling mengasah dan mengasuh diri demi pelayanan Gereja dan masyarakat melalui diskusi, ceramah, seminar ilmiah, misa, rekoleksi Adven dan Prapaskah, ziarah, dan rekreasi.
Berani ambil keputusan
Dalam homilinya, Pastor Markus Solo SVD menegaskan pentingnya keberanian mengambil keputusan. Tawaran dan kesempaatan bisa datang hanya sekali.
Maka perlu orang siap menangkap kairos, kesempatan penuh rahmat yang ditawarkan Tuhan. Hal ini diteladankan oleh Lewi, sebagaimana dalam bacaan Injil hari itu.
“Lewi sebagai pemungut cukai berani mengambil keputusan menerima ajakan Yesus untuk mengikuti Dia. Ia tidak menyia-nyiakan kairos, kesempatan yang ada. Ia menerima Yesus dan mengadakan perjamuan di rumahnya,” tegas pastor ahli Islamologi dan berkarya di Kantor Hubungan Antaragama Vatikan ini.
Lewi tidak takut, lanjut Pastor Markus Solo, meskipun ia mendapat cap negatif dalam kalangan masyarakat Yahudi waktu itu terkait pekerjaannya. Pemungut cukai adalah sebuah pekerjaan yang dibenci masyarakat Yahudi karena menindas dan memeras rakyat yang sudah menderita akibat penjajahan kekaisaran Romawi kala itu.
Keberadaan anggota IRRIKA di Italia, kata Pastor Markus yang juga mantan Ketua IRRIKA tahun 2005-2006, adalah sebuah kairos. Maka pantas disyukuri dan terus dikembangkan agar menjadi berkat bagi banyak orang.
Memantapkan persaudaraan
Seusai misa syukur, diadakan dialog dan refleksi bersama atas perjalanan IRRIKA dengan dipandu oleh Pastor Leo Mali Pr selaku Ketua IRRIKA saat ini.
Hadir sebagai narasumber adalah Pastor Ag. Purnama MSF dan Pastor Markus Solo SVD.
Pastor Purnama datang ke Italia pertama kali saat studi tahun 1984, sedangkan Pastor Markus datang ke Italia tahun 2004. Masing-masing mensharingkan pengalaman mereka bergabung dengan IRRIKA pada zamannya.
“Setiap zaman mempunyai tantangan sendiri-sendiri. Zaman kami tahun 1984 masih sulit mendapat informasi dan berita dari tanahair. Yang ada hanya surat-menyurat. Itu pun lama. Maka kesempatan adanya kunjungan para uskup dimanfaatkan untuk berkumpul dan mendapatkan informasi tentang tanahair,” kenang Pastor Purnama MSF.
Suasana itu berbeda dengan zaman kepengurusan Pastor Markus Solo yang sudah mudah berkomunikasi karena perkembangan telpon/hp dan email. Tantangannya, tidak mudah mencari orang yang mau menjadi Ketua dan pengurus IRRIKA.
Disadari bersama bahwa IRRIKA dirasakan sangat berguna dan penting sampai saat ini bagi para anggotanya. Bisa saling menguatkan, meneguhkan perutusan satu sama lain, bahkan bisa saling membantu kesulitan yang ada.
Tak terduga
Secara tak terduga hadir pula dalam perayaan ulang tahun IRRIKA itu Pastor Yohanes Driyanto Pr (dari Bogor), Pastor Hieronymus Simorangkir Pr (dari Medan), dokter Christina Hari Nawangsih beserta suami Maruli Pakpahan (dari Semarang) yang sedang ada acara di Roma. Mereka ikut bergabung dalam acara IRRIKA.
“Begitu tahu hari ini ada acara IRRIKA, saya langsung mendaftar karena saya pernah menjadi sekretaris IRRIKA,” tutur Pastor Driyanto sambil mensharingkan pengalamannya menjadi pengurus IRRIKA yang tidak mudah pada zaman menjelang akhir Orde Baru karena para pastor diawasi dan dicap provokator dalam berdemonstrasi kala itu. Ia pun berharap agar suasana pertemuan IRRIKA diwarnai sukacita dan kegembiraan.
Berbagai terobosan diusulkan untuk kebaikan IRRIKA ke depan. Di antaranya, setiap Sabtu ketiga akan diadakan misa berbahasa Indonesia di Gereja Santa Chatarina Sienna Roma, mengadakan audiensi dengan nuntius (Duta Besar Vatikan untuk Indonesia) dan para uskup Indonesia saat datang ke Roma, menggiatkkan lagi acara seminar dan diskusi ilmiah, dsb.
Rangkaian perayaan ulang tahun diakhiri dengan doa, peniupan lilin, dan pemotongan kue ulang tahun.
Pastor Purnama dan Pastor Leo Mali didaulat meniup lilin. Pak Duta Besar tidak bisa hadir karena ada rapat kerja, dan isterinya mewakili beliau menerima potongan kue dari Ketua IRRIKA.
Para hadirin menikmati makan siang bersama dengan aneka menu yang sudah disiapkan, seperti soto, ayam goreng, nasi goreng, rendang, aneka sayur, krupuk, sambel, dan aneka snack atau jajanan pasar. Isteri Pak Dubes Ny. Agus Sriyono dan beberapa donatur, semakin melengkapi menu santap siang yang disediakan pengurus.
Kegiatan IRRIKA pada Masa Prapaskah ini adalah rekoleksi masa prapaskah dan pelayanan Sakramen Tobat bertempat di Napoli pada Sabtu, 10 Maret 2018.
Kredit foto: Romo Yohanes Gunawan Pr dari KAS dan Romo V. Palma Adi Hantoro Pr.
Romo Gun kami kagum dengan karya Romo di sela2 studinya, semoga sukses studi Romo ya…