ADA 42 imam dari berbagai negara berkumpul dalam Pertemuan Focolare, pada hari Jumat, 13 Oktober 2017. Lokasi pertemuan di Focolare Silvano Cola, Via degli Scipioni 265, Roma. Bahasa yang digunakan dalam pertemuan itu adalah bahasa Italia. Sebagian besar adalah para imam diosesan (praja) yang sedang studi di Roma. Ada yang berasal dari Amerika, Italia, Polandia, Perancis, Uganda, Rwanda, Brasil, Kamerun, Senegal, Cina, Korea, Vietnam, Filipina, dan Indonesia.
Saya (penulis) adalah satu-satunya imam dari Indonesia yang hadir dalam pertemuan itu. Saya mengenal gerakan Focolare ini sejak di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Yogyakarta. Saya pernah beberapa kali mengikuti kegiatan ini saat di Yogyakarta.
Batik made in Indonesia
Saat melihat saya memakai baju collar batik, ada seorang imam dari Italia berkomentar, “Ah, batik. Apakah pastor dari Indonesia? Baju batikmu bagus,” katanya sambil menyalami saya dengan ramah.
Ternyata batik sudah dikenal sebagai produk sangat khas dari Indonesia.
Pertemuan Focolare tersebut diawali dengan ibadat sore bersama. Kemudian Pastor Michele Kim Nuri dari Korea memandu pertemuan yang sangat penuh persaudaraan dan kehangatan itu. Ia menjelaskan bahwa Roma sebagai rumah bersama untuk kita (Roma: Casa Commune per Noi). “Supaya kita saling mengenal, silakan para pastor memperkenalkan diri. Siapa namanya, dari mana, tinggal di collegio mana, dan studi apa di Roma ini,” kata Pastor Nuri dengan ramah.
Setelah semua memperkenalkan diri, dilanjutkan dengan sharing pengalaman dan merenungkan sabda kehidupan (una parola per la vita). Ada beberapa pastor yang mensharingkan pengalamannya terkait dengan semangat persaudaraan, karya perutusan studi di Roma, dan perjalanan imamatnya.
Ada pastor yang baru dua bulan lalu yang ditahbiskan menjadi imam. Ia pun mensharingan pengalamannya menjadi imam baru. Bahkan ada pastor yang tertarik ikut Focolare karena ibunya juga ikut kegiatan Focolare Perempuan.
Gerakan Focolare mendunia
Dalam pertemuan itu juga diisi dengan menyanyi dan menonton video kegiatan Focolare Internasional. Chiara Lubich, sang pendiri, menyampaikan pesannya dalam video itu.
Gerakan Focolare ini sudah tersebar di mana-mana. Gerakan religius akar rumput (awam) ini sekarang hadir di 182 negara dan anggotanya mencapai lima juta orang.
Anggotanya terdiri dari imam dan umat awam. Focolare berarti tempat perapian atau pendiangan di rumah. Perapian ini biasanya ada di rumah di daerah dengan empat musim. Di kala musim dingin, biasanya seluruh anggota keluarga atau komunitas berdiang dan menghangatkan diri di sekitar pendiangan tersebut sambil berbagi cerita.
Gerakan ini didirikan di Trento, Italia Utara, pada tahun 1943. Pendirinya adalah seorang perempuan awam yang bernama Chiara Lubich. Ia lahir tanggal 22 Januari 1920 dan meninggal dunia pada tanggal 14 Maret 2008. Di tengah situasi Perang Dunia II waktu itu, Chiara Lubich bersama teman-temannya berusaha menghidupi Injil, Sabda Kehidupan.
Dasar spiritualitas yang digali adalah spiritualitas persatuan (Yoh 17:21). Di tengah kehancuran yang disebabkan oleh Perang dunia II, Chiara Lubich menyadari hanya Tuhanlah satu-satunya yang kekal, yang tidak dapat dihancurkan oleh apa pun.
Gerakan Focolare dikukuhkan oleh Paus Yohannes XXIII pada tahun 1962 dengan nama “Karya Bunda Maria.” Gerakan Focolare bertujuan untuk mewujudkan doa Yesus kepada Allah Bapa: “Semoga mereka semua menjadi satu” (Yoh 17:21).
Di Indonesia Gerakan Focolare ini juga sudah berkembang di berbagai kota, seperti Medan, Jakarta, Yogyakarta, Mertoyudan di Magelang, Bantul, dan Klepu. Mereka rutin berkumpul dalam aneka jenjang umur, dari anak-anak, remaja, dan dewasa.