“SELAMA 12 tahun tinggal di Roma, baru kali ini saya datang ke tempat ini, berziarah ke Santuario Madre delle Grazie della Mentorella. Tempatnya sejuk dan damai,” kata Pastor F. Wahyudi MSC, anggota Dewan Jenderal Kongregasi Misionaris Hati Kudus (MSC) seusai acara pertemuan REHAT di Biara Suster Misionaris Claris, di Pisoniano, Lazio, Roma, Italia, Sabtu (2/9).
Udara segar pegunungan dan angin semilir mewarnai suasana REHAT.
Hadir dalam pertemuan REHAT itu para imam, suster dan bruder dari Indonesia yang tinggal dan berkarya di beberapa Generalat Kongregasi. Mereka adalah Pastor FX Wahyudi MSC, Pastor Sumarwata MSC, Pastor YB Rosaryanto OSC, Pastor Pankras SSCC, Sr. Laurentia Piranti PBHK, Sr. Clara Ruoh OSF, Sr. Veronica Endah MC, Sr. Rosalia FCJM, Sr. Emmanuella FCJM, dan Br. Yuwono SCJ.
Hadir pula Pastor YB Isdaryanto SVD, Wakil Rektor Collegio San Pietro, Pastor Y. Gunawan Pr yang sedang studi di Universitas Gregoriana, dan Pastor C. Dwijosukarno SCJ yang baru datang dua pekan lalu untuk menjalani Tahun Sabatikal.
Merefleksikan sakit
REHAT kali ini diisi dengan sharing pengalaman sekaligus refleksi mengenai sakit dan meditasi kesehatan. Dalam suasana sejuk udara pegunungan, Sr. Veronica bersharing mengungkapkan refleksi Kongregasi MC atas pengalaman sakit yang dialami Sr. Cicilia yang beberapa waktu lalu meninggal dunia.
“Sakit dan kematian saudari kami, Suster Cicil kemarin, menyadarkan kami akan hidup yang bermakna. Kualitas hidup seseorang tidak diukur dari lamanya hidup di dunia ini. Tetapi bagaimana berani menjawab tawaran Yesus memanggul salib hidup dengan sukacita,” tutur Sr. Veronica.
Lebih lanjut ia mengatakan demikian: “Penderitaan adalah bagian integral dari hidup manusia. Setiap orang cepat atau lambat akan mengalaminya. Karena itu, kita seharusnya belajar memanggul salib setiap hari, seperti disabdakan Yesus. Haruslah kita tahu mempersembahkan itu untuk memaknai nilai adi kodratinya. Dari situlah nilai pentingnya yaitu belajar memiliki semangat pengurbanan.”
Memaknai sakit
Hal ini semakin ditegaskan Beata Maria Ines Teresa Arias bahwa penyakit dan penderitaan merupakan mata uang emas murni yang bernilai. “Penyakit, penderitaan, rasa terganggu jika diterima dengan penuh cinta pada Tuhan adalah mata uang emas murni yang bernilai untuk membeli banyak jiwa bagi Tuhan”, papar Suster dari Surabaya ini mengutip kata-kata Beata Maria Ines Teresa Arias, pendiri Kongregrasi MC dalam Experiencias Espirituales.
Berharganya kesehatan
Sebagai anggota Dewan Jenderal di Roma yang mengurusi dan melayani para anggota seluruh dunia, para peserta REHAT menyadari betapa berharga dan mahalnya kesehatan. Banyak biaya yang disediakan untuk menjaga dan merawat kesehatan anggota kongregasi, baik yang masih muda maupun yang sudah memasuki lansia.
Dalam sharingnya, Br. Yuwono SCJ asal Sengonkerep Paroki Wedi – Klaten mengisahkan demikian. Sejak sepuluh tahun terakhir ini, ia rutin mengajak para biarawan/wati untuk menjalani meditas kesehatan. Para imam, suster, frater, novis, dan umat diajak untuk menjaga kesehatan dengan meditasi. “Saat di Palembang, hampir setiap malam saya melatih meditasi biarawan/wati dan umat. Bahkan di Rumah Sakit Caritas ada meditasi reguler. Ada pasien yang tidak terdeteksi
sakitnya secara medis, dengan meditasi ia bisa sembuh,” papar bruder dari Wedi, Klaten ini.
Ada empat komponen dalam meditasi, yakni konsentrasi, kesadaran, kelemah-lembutan atau cinta kasih, dan kebijaksanaan. Keempat hal ini diolah dalam meditasi, dan bisa mengantar orang pada hati dan pikiran yang bahagia.
“Dalam meditasi cinta kasih, misalnya, kita mendoakan diri kita, orang lain, keluarga kita, dan bangsa manusia agar mereka mengalami hidup damai dan bahagia. Karena sumber penyakit adalah pikiran,” tegasnya. (Berlanjut)
Kredit: Romo Yohanes Gunawan Pr/KAS
Sangat senang, mengingatkan kembali 30 tahun yang lalu mengunjungi sejumlah kota seperti trieste, Roma, venezia.