PINTU Museum Vatikan dibuka oleh petugas saat jam menunjukkan pukul 16.30 waktu Roma (21.30 WIB), hari Rabu, 4 Oktober 2017, seperti tertulis dalam undangan. Para tamu undangan, sebagian besar para pastor dan suster dari Indonesia, mulai memasuki museum untuk menghadari peresmian “Taman Borobudur” di dalam komplek Museum Etnologi Vatikan.
“Taman Borobudur” ini diresmikan oleh Gubernur Kota Vatikan Kardinal Giuseppe Bertello, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwasata Mancanegara Kementerian RI Bapak I Gede Pitana, dan Direktur Museum Vatikan Ms. Barbara Jatta.
Menurut Duta Besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, HE Antonius Agus Sriyono, “Taman Borobudur” ini dirancang oleh arsitek gabungan Indonesia-Vatikan. “Dari Indonesia ada nama Bapak Hernowo Muliawan. Persiapan pembangunan kurang lebih setahun dan pembangunan fisik sekitar 10 bulan. Biaya keseluruhanya kurang lebih Rp 7 milyar,” tutur Agus Sriyono.
Pembukaan “Taman Borobudur” di Museum Etnologi Vatikan ini telah dilaksanakan pada 18 November 2016. Waktu itu, acara ini dibuka oleh Kardinal Giuseppe Bertello bersama Menteri Pariwisata RI Arief Yahya.
Hadir juga dalam acara pembukaan kala itu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, dan mantan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro.
Batu Candi dari Magelang
Kardinal Giuseppe Bertello, dalam sambutannya, mengapresiasi keberadaan “Taman Borobudur” yang dinilai sangat istimewa bisa berada di Museum Vatikan. Ia juga memaknai peresmian ini bertepatan dengan Peringatan Santo Fransiskus dari Assisi, sang pencinta dan sahabat alam semesta.
Taman ini makin mempercantik museum dan memberi daya tarik bagi para turis yang berkunjung ke museum. Relief candi di panel-panel mempunyai nilai seni yang tinggi. Seni itu bisa membawa orang pada Tuhan dan seni itu menyatukan banyak orang.
Di tengah taman itu ada stupa, patung Sang Buddha, dan Candi Borobudur. Batunya didatangkan dari daerah Magelang.
Mengingat cuaca di Roma diwarnai empat musim, demi keawetan dan keamanan bangunan, maka desainnya sudah dirancang sedemikian rupa. Stupa yang terpasang setinggi 3,6 meter dengan diameter 3,8 meter.
Ir. Hernowo Muliawan, M.Sc., sang arsitek berasal dari Banteng-Yogyakarta ini, memaparkan bahwa ia sangat bangga dan bersyukur diberi kesempatan merancang “Taman Borobudur” itu. “Mengingat iklim dan cuaca di Roma, kami membuat stupa itu terbuat dari bahan dasar aluminium yang disesuaikan dengan karakter batu candi,” tutur arsitek yang ramah dan lembut ini.
Museum Etnologi Vatikan setiap tahunnya dikunjungi lebih dari tujuh juta wisatawan. Oleh karena itu, keberadaan “Taman Borobudur” diharapkan akan menjadi sarana yang efektif bagi promosi pariwisata Indonesia.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwasata Mancanegara Kementerian RI, I Gede Pitana mengungkapkan bahwa Candi Borobudur termasuk keajaiban dunia. UNESCO mencatat Candi Buddhis terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9 itu masuk daftar peninggalan sejarah dunia (World Wonder Heritages).
“Candi Borobudur adalah kebanggaan bangsa Indonesia. Ini Candi Buddhis terbesar. Meskipun Indonesia mayoritas Islam, pemerintah komitmen pada semboyan bersama ‘Bhinneka Tunggal Ika’— Unity in Diversity,” papar I Gede Pitana di hadapan 100 tamu undangan yang hadir.
Potong tumpeng
Sebelum masuk ke “Taman Borobudur”, ada acara potong tumpeng. Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan HE Antonius Agus Sriyono menjelaskan makna tumpeng bagi orang Indonesia. Tumpeng sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Lalu tumpeng dipotong oleh I Gede Pitana dan diserahkan kepada Kardinal Giuseppe Bertello, Ms. Barbara Jatta, dan HE Antonius Agus Sriyono.
Acara peresmian ini dimeriahkan oleh musik gamelan dan tarian khas Bali. Mereka didatangkan secara khusus dari Indonesia. Ada empat penari dan lima penabuh. Mereka mempersembahkan tari pendet sebagai penyambutan dan menampilkan tarian yang mengisahkan riwayat hidup Sang Buddha (Siddharta Gautama). Penampilan mereka begitu menarik dan dinamis karena adanya musik gamelan Bali yang mengiringinya.
Kadek Sidik, salah satu penari yang memerankan Sang Buddha, menuturkan bahwa mereka merasa sangat senang bisa datang ke Roma. “Kami sangat senang. Untuk tampil di sini kami berlatih selama 6 kali,” ungkap mahasiswa Magister Seni dari ISI Denpasar, Bali.
Kerukunan umat Bberagama
Agus Sriyono menuturkan bahwa kehadiran “Taman Borobudur” di Museum Vatikan ini sangat simbolik dan penuh makna. “Secara simbolik merupakan wujud kerukunan umat beragama antara umat Buddhis sebagai ‘pemilik’ Candi Borobudur; umat Islam mayoritas penduduk Indonesia yang menyumbangkan tenaga, pikiran dan uang untuk terwujudnya “Taman Borobudur”; serta umat Katolik yang bertempat di Vatikan yang merupakan kiblat umat Katolik seluruh dunia”, jelas Agus.
Museum Vatikan punya banyak koleksi barang seni budaya dari Indonesia, khususnya koleksi etnologi yang jumlahnya hingga 1.150 buah. Jumlah ini nomor dua terbanyak setelah China. Jika Anda datang ke Roma-Vatikan, masuklah ke Museum Vatikan.
Kunjungi “Taman Borobudur”, karya anak bangsa yang membanggakan dunia.
Museum Vatikan berisi aneka kumpulan museum kesenian publik dan patung di Vatican City, yang menampilkan karya-karya koleksi Gereja Katolik Roma. Paus Julius II membangun museum-museum ini pada abad ke-16.
Setiap pengunjung ke museum ini pasti akan masuk ke Kapel Sistina, tempat para kardinal memilih Sri Paus baru. Ini karena rute pintu keluar museum harus melewati Kapel Sistina.
Pengunjung akan takjub akan keindahan Kapel Sistina dan Stanze della Segnatura yang didekorasi oleh Raphael.
Museum Vatikan telah merayakan ulang tahun ke-500 pada bulan Oktober 2006.