INI adalah syering yang disampaikan pihak keluarga almarhum Sr. Sisil MC saat berlangsung misa requiem di Kapel Generalat MC di Kota Abadi Roma, Italia, pada hari Sabtu siang waktu setempat. Hadir pada kesempatan istimewa ini adalah kedua orangtua alm. Suster Sisil MC dan kakak tertuanya yang bernama Bu Agnes.
Baca juga:
- Laporan dari Roma: Requiem untuk Sr. Sisilia R. Indriani MC, Psikolog Super Ceria (1)
- In Memoriam Sr. Caecilia MC, Si Malaikat Bersuara Merdu
- RIP Sr. Caecilia MC di Roma
Berikut ini nukilan kesaksian iman yang sempat kami catat dalam beberapa pokok pikiran.
Romo, Madre, Suster… keluarga dan teman-teman yang terkasih. Pada kesempatan ini, saya ingin sharing sedikit tentang almarhumah adik saya Sisilia yang sangat saya sayangi.
Dalam kesedihan, dalam kebimbangan dan juga dalam pengharapan, saya jadi tergerak untuk membaca ‘rekaman’ wa-wa saya bersama adik saya: Sisil. Ini mulai dari waktu ketika saya mulai tahu bahwa dia akhirnya harus diopname…
Saya lalu terhenti pada sebuah percakapan dengan alm. adik saya –Sisil– yang di sini ingin saya syeringkan.
Sudah pada waktu itu, Sisil berani bilang: “Mbak, siap-siap ya. Ini sepertinya sakitnya serius, Mbak doa ya…”
Saya hanya bisa menjawab dari jauh (saya ada di Indonesia dan Sisil ada di Roma –red.): “Oh…. iya Mbak berdoa.”
Sakit kanker serius
Sampai pada akhirnya, Sisil baru berani berterus-terang menceritakan sakitnya yang sesungguhnya..
Dalam jeda beberapa menit, Sisil lalu muncul lagi di jalur Wa: “Mbak baik-baik? Kok ngilang.. jangan sedih ya Mbak.. Mbak jangan nangis.”
Lalu saya menjawab: “Mbak bukan malaikat.. temen sakit aja sedih.. apalagi ini adik sendiri.. pasti sedih banget..”
Kami terus bercakap-cakap dan sengaja saya alihkan dengan pertanyaan: “Sudah nyiptain lagu apa selama dua pekan terbaring di RS?”
Dan Sisil pun lalu menjawab melalui jalur WA:
“Mbak… lagu-lagu selama ini mah ga pernah diciptakan kalo saya lagi sakit. Semua itu tercipta ketika sedang sehat. Bahkan lagu Salib Kecilku itu itu diciptakan pada tahun 2004, jauh hari sebelum sakit ginjal…”
Saya lalu menjawab demikian: “Oh.. Mbak kira malah itu terjadi setelah sakit.”
Lalu Sisil bilang:
“Mbak.. lagu itu sepertinya itinerary hidupku ya.. Tuhan pilih Iya –panggilan akrab Sisil– untuk ikut memikul salib-Nya.. retret Februari 2017 yang lalu, Iya sudah merasa kalo Tuhan mau minta Iya untuk ikut memikul salib-Nya lagi… Jadi ya Iya siap dengan itinerary yang sduah Tuhan tentukan…”
Terlepas dari segala kesedihan yang sekarang saya rasakan, saya bersyukur karena memiliki adik yang luar biasa.
Ia sedari awal sudah siap memikul salib-Nya. Meskipun berat dan sulit, ia tetap berjalan sampai ke Puncak Kalvari.
Transplatansi ginjal
Lima tahun berjalan pasca transplantasi ginjal adalah rahmat hidup yang sangat Sisil syukuri.. semangatnya lebih besar… kegembiraan dan keceriaannya lebih terpancar dari wajahnya.
Terima kasih untuk setiap orang yang boleh berjumpa dengan Sisil dalam perjalanan hidupnya.. bahkan ternyata dalam perjumpaan-perjumpaan itu, Sisil sudah mempersiapkan bagi dirinya sendiri, agar orang-orang yang dijumpainya itu mampu membukakan kami jalan untuk sampai ke Roma menemuinya.
Terima kasih untuk Konggregasi MC dengan segala kebijaksanaan dan kebaikkan hati Madre dan banyak Suster sehingga adik saya – Sisil– dapat menikmati setiap detik hidupnya dengan penuh syukur dan sukacita.
Kalau Sisil terbaring tanpa daya di RS, maka hati siapa pun tak akan tega memandangnya. Tetapi dengan mata iman, saya telah melihat bahwa Sisil sedang berjuang memikul salibnya untuk mencapai kemenangan.
Ini sebuah lagu yang dia ciptakan pada 2004 lalu. Itu terjadi ketika Sisil mengucapkan kaul pertamanya sebagai suster biarawati MC d ihadapan Tuhan.
Judul lagu itu adalah Salib Kecilku yang dia sebut dengan sangat jelas sebagai itinerary hidupnya..
Semoga dengan mendengar lagu ciptaannya ini, kita pun mampu memikul salib kita masing-masing seperti yang telah Sisil teladankan kepada kita dalam perjuangan hidupnya.