Laporan Global tentang Krisis Pangan: Rawan Pangan Akut Capai Titik Tertinggi Baru

0
193 views
Ilustrasi - Kondisi rawan pangan akut melanda wilayah Afrika. (Ist via FAO)

JUMLAH orang yang menghadapi kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan pangan darurat yang menyelamatkan jiwa dan yang memerlukan dukungan mata pencaharian terus bertambah sampai ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Hal ini membuat semakin mendesak untuk mengatasi akar penyebab krisis pangan daripada hanya menanggapinya setelah terjadi.

Itulah intisari dari laporan tahunan yang diluncurkan bulan Mei 2022 lalu oleh Jaringan Global Melawan Krisis Pangan (Global Network Against Food Crises atau GNAFC) – aliansi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan lembaga-lembaga internasional. Pemerintah dan lembaga-lembaga non-pemerintah bekerja sama ingin mengatasi krisis pangan.

Laporan ini berfokus pada negara-negara dan wilayah di mana tingkat keparahan krisis pangan melebihi sumber daya dan kapasitas lokal. Dalam situasi ini, mobilisasi masyarakat internasional diperlukan.

Angka-angka pokok dokumen tersebut mengungkapkan, pada tahun 2021 sekitar 193 juta orang di 53 negara atau wilayah mengalami kerawanan pangan akut di tingkat krisis atau lebih buruk (IPC/CH Fase 3-5).

Ini merupakan peningkatan hampir 40 juta orang dibandingkan dengan jumlah rekor yang sudah ada di 2020. Dari jumlah tersebut, lebih dari setengah juta orang (570.000) ada di Ethiopia, Madagaskar Selatan, Sudan Selatan, dan Yaman; diklasifikasikan sebagai fase paling parah bencana kerawanan pangan akut (IPC/CH Fase 5). Kondis itu memerlukan tindakan segera untuk mencegah meluasnya keruntuhan mata pencaharian, kelaparan, dan kematian.

Bila melihat 39 negara atau wilayah yang ditampilkan di semua edisi laporan tahunan, jumlah orang yang menghadapi krisis pangan atau lebih buruk (IPC/CH Fase 3 atau lebih tinggi) menjadi hampir dua kali lipat antara 2016 dan 2021, dengan kenaikan terus-menerus setiap tahun sejak 2018.

Akar penyebab krisis pangan tren yang mengkhawatirkan ini adalah akibat banyak penyebab yang saling mempengaruhi. Mulai dari konflik hingga krisis lingkungan hidup dan perubahan iklim, dari krisis ekonomi hingga krisis kesehatan dengan kemiskinan dan ketidaksetaraan sebagai penyebab dasar.

Konflik tetaplah penyebab utama kerawanan pangan. Sementara analisis mendahului invasi Rusia ke Ukraina, laporannya menemukan bahwa perang ini mengungkap kerapuhan sistem pangan global yang saling bergantung, dengan konsekuensi serius bagi keamanan pangan dan gizi global.

Negara-negara yang sudah menderita tingkat tinggi kelaparan akut sangat rentan terhadap risiko yang diciptakan oleh perang di Eropa Timur, terutama karena mereka sangat bergantung pada impor pangan dan input-input untuk pertanian dan sangat rentan terhadap guncangan harga pangan global.

Faktor utama penyebab

Faktor-faktor utama di balik meningkatnya kerawanan pangan akut pada tahun 2021 adalah:

  • Konflik. ini merupakan penyebab utama ini yang telah menjerumuskan 139 juta orang di 24 negara/wilayah ke dalam kerawanan pangan akut; meningkat dari sekitar 99 juta di 23 negara/wilayah pada tahun 2020;
  • Cuaca ekstrem (lebih dari 23 juta orang di 8 negara/wilayah; naik dari 15,7 juta di 15 negara/wilayah);
  • Guncangan ekonomi – (lebih dari 30 juta orang di 21 negara/wilayah, turun dari 40 juta orang di 17 negara/wilayah pada tahun 2020 terutama karena dampak pandemi COVID-19.

Pergeseran paradigma penemuan-penemuan laporan menunjukkan perlunya prioritas yang lebih besar terhadap pertanian petani kecil sebagai respons kemanusiaan garis depan, untuk mengatasi kendala akses dan sebagai solusi untuk membalikkan tren jangka panjang yang negatif.

Lebih jauh, mendorong perubahan struktural dalam cara penyaluran pembiayaan eksternal, sehingga bantuan kemanusiaan dapat dikurangi dari waktu ke waktu melalui investasi pembangunan jangka panjang, dapat mengatasi akar penyebab kelaparan.

Secara paralel, kita perlu secara kolektif mempromosikan cara-cara yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam memberikan bantuan kemanusiaan.

Demikian pula, koordinasi untuk memastikan bahwa kegiatan kemanusiaan, pembangunan dan pemeliharaan perdamaian dilakukan secara holistik dan terkoordinasi, dan menghindari konflik yang lebih lanjut akan berkontribusi pada pembangunan ketahanan dan pemulihan.

Global Report on Food Crises 2022

PS:

  • Naskah asli diterjemahkan oleh Romo Martin Harun dari dokumen FAO hasil tulisan Sonia Nguyen, 04 Mei 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here