Jumat, 12 Februari 2021
Bacaan I: Kej 3:1-8
Injil: Mrk 7:31-37
“PENYESALANKU yang paling dalam adalah tidak mendengarkan nasihat pada waktu yang tepat,” kata seorang ibu dengan penuh sesal.
“Semuanya, waktu itu seakan tertutup oleh janji manis seorang pemuda, hingga saya meninggalkan suami dan dua anakku,” katanya.
“Suamiku sangat baik, dia berusaha mempertahankan saya dan pernikahan kami, tapi bagi saya semuanya tertutup oleh bayang-bayang pemuda itu,” katanya
“Akhirnya dengan tidak baik, saya lari dari rumah, meninggalkan anak dan suamiku, untuk mengejar cinta pemuda itu,” katanya
“Betapa hancurnya hatiku, ketika uang tabungan dan perhiasanku habis, barulah saya tahu bahwa pemuda itu sudah punya anak dan isteri,” katanya.
“Dia tidak punya pekerjaan apa-apa, uang tabungan saya selalu diambil dan dikirimkan untuk isteri dan anaknya,” katanya.
“Ketika uangku habis, dia mulai kasar dan pergi berhari-hari tidak pulang, bahkan dia mengusir saya,” katanya penuh sesal.
“Dia tidak ada rasa cinta sama sekali padaku,” katanya.
“Ketika mulut, mata, telinga dan hati kita tertutup terhadap Tuhan dan perintah-Nya, maka kita dengan mudah mengikuti bujukan dan godaan setan,” pikirku
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya, “Effata!”, artinya: Terbukalah!
Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.
Ketika kuasa kejahatan sedang menari dan mengendalikan diri kita, kita bagai orang buta, tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.
Telingan kita tertutup oleh riuh rendahnya suara kenikmatan hingga kita tidak mendengar suara Allah.
Efrata, terbukalah.
Demikian hendaknya terjadi dalam hidup kita sebelum semuanya berantakan seperti yang dialami oleh seorang ibu yang berkisah di atas.
Bagaimana kita menata kembali yang telah jatuh berantakan?