Lebih Jauh dengan Keuskupan Ketapang: Baru Sekali Datang ke Ketapang, Ditunjuk Jadi Uskup (7)

0
1,232 views
Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi saat misa krisma di Stasi Tanjung Beringin di kawasan hulu Sungai Laur. Ikut mendampinginya adalah Pastor Silvanus Ilwan CP, pastor Paroki Sepoton. (Mathias Hariyadi)

RUMOR kencang yang sempat beredar mengatakan seperti ini. Kedatangan Romo Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang (waktu itu) RD Pius Riana Prapdi ke Keuskupan Ketapang jauh-jauh hari sebelum akhirnya ditunjuk Paus Benedictus XVI itu terjadi dalam rangka ‘mempersiapkan’ jalan lapangnya  menjadi Uskup Keuskupan Ketapang. Terhadap rumor hoax ini, Mgr. Pius Riana Prapdi membantahnya dengan sangat serius.

“Jujur saja, saya harus mengatakan hal yang sebenarnya.  Tidak pernah terpikirkan dalam hati saya sebuah keinginan atau punya ambisi sekali waktu akan menjadi seorang uskup,” ujarnya kepada Sesawi.Net dalam sebuah perjalanan turne memasuki kawasan pedalaman Keuskupan Ketapang akhir Desember 2016 lalu.

Baca juga:   Lebih jauh dengan Keuskupan Ketapang: Koleksi Seni Bernilai di Altar Katedral St. Gemma (6)

Menurut Mgr. Pius Riana Prapdi, dia memang diberi tugas oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang (waktu itu) alm. Mgr. Johannes Pujasumarta Pr untuk pergi mengunjungi Keuskupan Ketapang. Namun, konteks kunjungan itu terjadi dalam rangka tugas yakni menyaksikan dari dekat semua karya dan lokasi para imam diosesan (praja) KAS yang secara resmi memang telah ditugaskan oleh Uskup KAS menjalani tugas pastoral sebagai ‘misionaris domestik’ di beberapa daerah di seluruh Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai Vikjen KAS itulah, maka tugas fungsional melakukan ‘monitoring and evaluation’ (monev) itu jatuh ke pundaknya.

Uskup Keuskupan Ketapang di Kalimantan Barat: Mgr. Pius Riana Prapdi ketika memimpin misa krisma di Stasi Tanjung Beringin, Paroki Sepotong -sekitar 350 km dari ‘pusat kota’ Ketapang. Lokasi ini hanya bisa ditempuh dengan jalur darat bersambung dengan sampan motor. (Mathias Hariyadi)

Karena itulah, jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya berangkat tugas, Mgr. Pius Riana Prapdi sudah merancang rencana perjalanan panjangnya: terbang berkeliling Indonesia untuk melihat dari dekat karya pastoral para pastor  ‘misionaris domestik’ asal KAS. Mereka ini memang tengah dikaryakan di luar wilayah KAS di beberapa lokasi di seluruh Indonesia: Keuskupan Manokwari-Sorong, Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Tanjung Selor di Kalimantan Utara, dan akhirnya Keuskupan Ketapang.

“Kunjungan saya ke Keuskupan Ketapang itu merupakan rute destinasi terakhir dari rencana perjalanan panjang secara keseluruhan. Ini untuk bisa menyaksikan sendiri  karya para imam diosesan KAS di luar KAS sekalian berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan mereka,” terang Mgr. Pius Riana Prapdi.

Saat di Ketapang dipanggil menghadap Nuntio

Vikjen KAS RD Riana Prapdi berada di wilayah Keuskupan Ketapang pada tanggal 19-25 Mei 2012. Dalam perjalanan mengunjungi Romo Alexander Joko Purwanto di Paroki Nanga Tayap itulah, tiba-tiba ada kabar penting datang menyapanya. Kabar penting itu berupa panggilan mendadak bahwa kalau memungkinkan waktuya, maka ia harus pergi ke Jakarta untuk sowan menghadap Dubes Vatikan untuk RI (Nuntio) Mgr. Antonio Guido Filipazzi.

Tidak dijelaskan tentang ‘materi’ pembicaraan apa yang akan diomongkan atau harus disampaikan oleh Vikjen KAS kepada Nuntio nantinya.

Bapak Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi berjalan di sebuah pendaikan sederhana di Stasi Tanjung Beringin bersama Pak Harun –karyawan Keuskupan Ketapang– untuk kemudian memimpin misa krisma di kapel sederhana di kawasan hulu Sungai Laur di Paroki Sepotong. (Mathias Hariyadi)

Rute penerbangan terakhir sudah fixed: dari Ketapang menuju Yogyakarta. Namun, perintah mendadak harus sowan menghadap Nuntio akhirnya ‘membelokkan’ rute penerbangan yang telah disusun rapi.  Sejatinya, rute perjalanan keliling Indonesia dan kemudian berakhir di Ketapang itu tidak pernah ‘menyertakan’ rute tambahan: pergi ke Jakarta.

“Karena diperintah harus datang menghadap, maka mau tak mau rencana terbang pulang dari Ketapang langsung ke Jawa langsung dibatalkan. Tiket yang sudah telanjur di-issued harus dijadwalkan ulang: dari Ketapang terbang ke Jakarta dan baru kemudian bisa kembali pulang ke Semarang,” terang Mgr. Pius yang mengaku agak ‘gelagapan’ ketika harus mengurus rescheduling rute penerbangan pesawat.

Tidak bisa menolak

Apa yang terbersit di benak Mgr. Pius Riana Prapdi ketika pada kurun waktu tanggal 19-25 Mei 2012 itu tiba-tiba menerima ‘perintah’ harus datang menghadap Nuntio di Kedubes Vatikan di Jakarta? Ia sama sekali tidak kepikiran bahwa dirinya telah ‘diincar’ Vatikan untuk dijadikan uskup.

Yang muncul di benaknya justru pikiran bahwa Dubes Vatikan untuk RI yakni Mgr. Antonio Guido Filipazzi akan mengajaknya berbicara tentang undangan resmi KAS kepada Nuntio. Sebelumnya memang telah konfirmasi dari Nuntio bahwa beliau memang berkenan ingin datang menghadiri acara Kongres Ekaristi yang telah diagendakan akan berlangsung di Gereja Ganjuran, Yogyakarta.

“Nuntio memang sudah menyatakan kesanggupan dan konfirmasinya akan datang. Nah, pikiran mengenai hal-hal teknis tentang acara itulah yang ‘mengisi’ benak saya, ketika saya harus mengubah jadwal rute penerbangan dari Ketapang menuju Yogyakarta menjadi Ketapang menuju ke Jakarta dan baru kemudian kembali pulang ke Semarang,” ujar mantan Vikjen KAS ini.

Misa krisma dengan umat katolik di Stasi Tanjung Beringin, Paroki Sepotong –sebuah kawasan permukiman terpencil di kawasan hulu (pedalaman) Sungai Laur; sekitar 350 km dari pusat kota Ketapang dan bersambung naik sampan motor selama dua jam perjalanan menyusuri arus Sungai Laur. (Mathias Hariyadi)

Akhirnya, Mgr. Pius datang menemui Nuntio di Kedubes Vatikan pada tanggal 25 Mei 2012,  ketika hari sudah malam pada pukul 21.00.  “Begitu mendarat di Jakarta dari Ketapang, saya langsung pergi dari bandara untuk menemui beliau,” ujarnya.

Saat itu, pikiran soal undangan dan hal-hal teknis acara serta tatacara protokoler masih menguasai hati dan pikirannya. Karena itu, ketika saat bertemu muka dengan Dubes, maka undangan menghadiri Kongres Ekaristi itulah yang dia sampaikan kepada Nuntio.

Ternyata, bukan perkara  itu yang akhirnya menjadi ‘bahan’ pembicaraan di antara mereka berdua.

Kepada Mgr. Pius Riana Prabdi, Nuntio Mgr. Antonio Guido Filipazzi mengatakan jelas dan singkat bahwa Paus telah menghendaki dan berkenan memilihnya menjadi Uskup. Paus Benedictus XVI resmi menugaskan dia menjadi Uskup untukKeuskupan Ketapang.

Mak pleng…. Kaget bukan kepalang dan ia tak percaya seperti disambar geledek di siang hari tanpa hujan.

Tawar-menawar

Mengaku tak pantas dan tak pernah bermimpi dan apalagi berkeinginan menjadi seorang uskup, maka Mgr. Pius Riana Prapdi mengemukakan ‘jurus’ tawar-menawar.

Satu, ia merasa dirinya sangat muda dan masih ada banyak imam senior lainnya yang dirasa lebih pas dan pantas untuk mengemban tugas dan jabatan mulia tersebut.

Dijawab Nuntio: Umurmu ‘kan sudah lebih dari 40 tahun.

Dua, ia merasa masih imam yunior.

Dijawab: Tidak juga, karena sudah tahbisan lebih dari 10 tahun.

Tiga, kalau ada orang lain yang lebih pas dan pantas, sebaiknya orang lain saja.

Dijawab: Tidak ada.

Mei 2012 adalah awal pertama kalinya Bapak Uskup Keuskupan Ketapang mengenal wilayah keuskupan ini dari dekat, ketika ia mengunjungi rekan-rekan imam diosesan KAS yang menjadi ‘misionaris domestik’ di Keuskupan Ketapang. Kunjungan ke Ketapang itu terjadi ketika Monsinyur masih mengemban tugas sebagai Vikjen KAS. Sebulan setelah kunjungan perdana ke Keuskupan Ketapang, Tahta Suci resmi mengumumkan Paus Benedictus XVI telah menunjuk RD Pius Riana Prapdi sebagai Uskup baru untuk Keuskupan Ketapang. (Mathias Hariyadi)

Empat, mengapa Paus memilihnya padahal dia sungguh tidak kenal ‘medan’ Keuskupan Ketapang. Ke Ketapang pun baru sekali saja dia lakukan. Itu pun pas sesuai dengan jadwal kunjungan Vikjen KAS harus menemui para imam praja ‘misionaris domestik’ di seluruh Indonesia, termasuk yang tengah berkarya di Keuskupan Ketapang.

Dijawab: Tidak masalah. Nanti juga akan kenal medan Keuskupan Ketapang.

Lima, mengapa tidak memilih saja ‘putera daerah’ untuk memimpin Gereja Lokal Keuskupan Ketapang?

Dijawab: Di Gereja Katolik tidak ada kategori seperti itu.

Enam, lalu harus bagaimana?

Dijawab: Tidak ada opsi lain, kecuali harus taat kepada Sri Paus.

Maka, ia pun hanya bisa diam seribu bahasa.

Pesan penting

Menjelang pamitan, Nuntio Dubes Vatikan untuk RI Mgr. Antonio Guido Filipazzi memberi beberapa nasihat penting sebagai berikut:

  • Informasi tentang penunjukan dirinya sebagai calon Uskup Keuskupan Ketapang ini harus disimpan rapi sebagai rahasia.
  • Dilarang menceritakan rahasia tersebut kepada siapa pun, bahkan kepada ‘superior’nya sendiri yakni Bapak Uskup KAS Mgr. Johannes Pujasumarta (alm).
  • Puasa ‘bicara’ selama kurang lebih satu bulan sampai akhirnya datanglah waktu yang dirasa tepat bagi Dubes Vatikan untuk RI boleh mengumumkan ‘rahasia’ tersebut kepada publik.
  • Boleh membuka ‘rahasia’ tersebut hanya kepada ibu kandung pada hari yang telah ditentukan oleh Nuntio.
Mgr. Pius Riana Prapdi menjadi Uskup pertama yang mengunjungi Stasi Tanjung Beringin di Paroki Sepotong setelah 20 tahun umat katolik di sini ‘tidak pernah melihat’ Uskup itu seperti orang macam apa. (Mathias Hariyadi)

Hari-hari berikutnya pasca ketemuan di Kedubes Vatikan untuk RI di Jakarta itu ikut membuat keseharian Mgr. Pius Riana Prapdi jadi super kagok. Terkena larangan ‘buka rahasia’ membuat dirinya susah ‘bergerak’ dan ‘bernafas’. Ujung-ujungnya, badannya mulai berangsur lebih kurus.

Sekali waktu, ketika berkesempatan datang mengunjungi rumah dan bertemu ibu kandungnya di kawasan Nandan di Yogyakarta, sang ibu kandung menegurnya penuh kasih: “Nak, kenapa badanmu sekarang lebih kurus?”

Pertanyaan ibu kandung kepada Mgr. Pius sungguh menohoknya. Kali ini, sedikit bohong bolehlah: “Nggih Bu, ini lagi ada banyak pekerjaan di KAS yang menyita perhatian.”

“Ya wis yen ngono …Ya sudah kalau memang begitu keadaannya,” kata Sang Ibu.

Pada hari yang telah ditentukan atas persetujuan Dubes Vatikan, maka aksi ‘buka rahasia’ itu akhirnya terjadi, ketika ia berbicara menerangkan hal yang sesungguhnya telah ‘terjadi’. Kepada ibu kandungnya, cerita ‘buka rahasia’ itu berlangsung sehari sebelum pengumuman resmi akan dirilis oleh Vatikan.

Lah gek piye?

Sebenarnya tawar-menawar babak kedua masih terjadi antara Mgr. Pius dengan Nuntio. Ini mengenai tanggal pengumuman kapan sebaiknya hal itu dilakukan.

Saat bertemu di Kedubes Vatikan di Jakarta, Nuntio sudah jelas mengatakan akan segera mengumumkan penunjukan Uskup baru untuk Keuskupan Ketapang  pada tanggal 1 Juni 2012. Berarti hanya sepekan setelah pertemuan dadakan tersebut terjadi antara mereka berdua di Kedubes Vatikan di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Alm. Mgr. Johannes Pujasumarta Pr, Uskup Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Bandung.

Terhadap ‘keputusan’ sepihak itu,  Mgr. Pius Riana Prapdi menawar lagi: sebaiknya pengumuman resmi itu jangan dibuat  ‘kecepatan’. Itu  karena di KAS masih akan berlangsung Kongres Ekaristi dan pemberkatan gedung Wisma Keuskupan yang baru hasil renovasi.  “Jadi, usul saya kepada Nuntio: Apakah tidak lebih baik  diumumkan saja pada tanggal 25 Juni 2012 bersamaan dengan HUT KAS. Ternyata beliau setuju,” terangnya.

Ternyata, rencana apik itu juga berjalan ‘di luar skenario’.

Pada tanggal 24 Juni 2012, Nuntio datang ke Yogyakarta memenuhi undangan KAS untuk menghadiri acara Kongres Ekaristi di Gereja Paroki Ganjuran. Seperti kebiasaan, sehari sebelum pengumuman resmi dirilis, maka Nuntio memberi amplop berisi pengumuman penunjukan Uskup baru kepada ‘kelompok terbatas’ yakni kepada Uskup terkait dimana calon uskup itu tengah berkarya dan berinkardinasi.

Usai misa Kongres Ekaristi, Nuntio bersama Uskup KAS (waktu itu) alm. Mgr. Johannes Pujasumarta langsung menuju sankristi untuk ganti busana imam. Kepada alm. Mgr. Pujasumarta, Nuntio lalu memberikan sebuah amplop. “Kepada saya pun juga diberikan sebuah amplop bertuliskan  dan kode ‘Confidential’,” terang Mgr. Pius.

Saat masih berganti pakaian imam usai perayaan ekaristi itulah, tanpa ba-bi-bu lagi Mgr. Pujasumarta langsung membuka amplop pemberian Nuntio.

Dalam sekejap, almarhum terbelalak dan hanya bisa  berkomentar pendek: Lah iki gek kepiye? Wah, bagaimana ini kok bisa jadi begini?

Selanjutnya, alm. Mgr. Puja ngarih-arih Mgr. Pius dengan omongan lirih ngeyem-yemi: Wis…wis… apik kuwi. (Ujaran bernada menghibur: ya… sudah…sudahlah itu bagus).

Mgr. Pius Riana Prapdi bersama anggota rombongan pengikut turne masuk ke pedalaman Keuskupan Ketapang: Meiva Lomboan (Manado), Royani Ping (Yayasan Bhumiksara, Jakarta), Maria Rosa (OMK lokal dari Sunga Daka), sejumlah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang tengah ber-KKN di Paroki Sepotong. Foto diambil di Stasi Selangkut Raya. (Mathias Hariyadi)

Menjadi jelas bagi semua pihak, kedatangan Mgr. Pius Riana Prapdi ke  Keuskupan Ketapang dan mampir di bulan Mei 2012 itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan penunjukan dirinya sebagai Uskup Keuskupan Ketapang untuk kemudian menggantikan pejabat lama Mgr. Blasius Pujaraharja.

Rumor tetaplah rumor. Dan anehnya, hingga kini pun  masih ada saja orang yang tetap percaya akan ‘hoax’ rumor seperti ini.

Dengan hati riang dan gembira serta raut muka ramah, Mgr. Pius Riana Prapdi menyapa ratusan umat Stasi Tanjung Beringin di Paroki Sepotong yang berada di kawasan hulu (pedalaman) Sungai Laur, sekitar 350 km dari pusat kota Ketapang. (Mathias Hariyadi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here