Lectio Divina 01.05.2023 – Gembala versus Upahan

0
275 views
Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku, by Pat Marrin

Senin. Pekan Paskah IV (P).  (P)

  • Kis. 11:1-18;
  • Mzm. 42:2-3; 43:3.4
  • Yoh. 10:11-18

Lactio

11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. 17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.

18 Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”

Meditatio-Exegese

Gembala yang baik dan yang bukan gembala

Pergeseran terjadi pada bagian kedua dari perumpamaan tentang gembala. Pada bagian pertama Yesus menampilkan diri sebagai ‘pintu’ (Yoh. 10:9), “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput”, Ego sum ostium; per me, si quis introierit, salvabitur et ingredietur et egredietur et pascua inveniet

Pada bagian ini, Ia menyingkapkan identitas-Nya sebagai Gembala yang baik (Yoh. 10:11), Ego sum pastor bonus.     

Citra tentang gembala yang baik berakar dalam Perjanjian Lama. Ketika Ia bersabda, “Akulah gembala yang baik”, Ia menyingkapkan diri-Nya sedang memenuhi nubuat para nabi dan harapan seluruh umat.

Yesus menyatakan dua penanda yang menjadi ciri khas seorang gembala yang baik. Pertama, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi kawanan domba, bila mereka diserang bahaya.

Sabda-Nya (Yoh. 10:11), “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.”, Ego sum pastor bonus; bonus pastor animam suam ponit pro ovibus

Sebaliknya, ketika melihat serigala datang, para upahan meninggalkan domba-domba itu, lari, dan membiarkan serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu (Yoh. 10:12-13).  

Kedua, gembala dan domba saling memahami satu dengan yang lain. Gembala mengenal masing-masing domba dan memanggil dengan nama masing-masing, dan tiap domba mengenal suara sang gembala.

Gembala yang jahat harus berhadapan muka dengan muka melawan gembala yang baik dan iman yang benar yang dihayati para domba.

Penginjil Yohanes menampilkan kaum Farisi sebagai gembala yang jahat. Mereka memandang umat atau kawanan mereka sebagai kawanan yang bodoh dan layak dikutuk (Yoh. 7:49; 9:34).

Sebaliknya, Yesus menumbuhkan keyakinan pada diri tiap domba. Ia mengenal masing-masing domba dan tiap domba tidak pernah keliru mengenali suara sang gembala, “Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” (Yoh. 10:14).

Di tengah pergolakan jaman dan perebutan pengaruh atas para domba, masing-masing anggota komunitas iman harus memahami dua kaidah untuk membedakan mana gembala yang menuntun pada iman yang benar dan mana kaum penyesat.

  • Gembala harus peka terhadap reaksi masing-masing domba. Mereka tetap terus mengenali suaranya. Yang digaungkan oleh tiap gembala adalah sabda Allah dan Kabar Sukacita seperti diwariskan oleh para Rasul dan pengganti mereka.

Kesaksian semakin dikuatkan dengan teladan, bukan kata-kata. Ia bersabda, “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh. 13:15); 

  • Kawanan domba harus memasang teling dengan tajam untuk mengenali suara gembala. Masing-masing domba harus mampu membedakan mana suara gembala yang baik dan mana suara pencuri.

Membaca sabda-Nya, menghadiri perayaan sakramen dan ambil bagian dalam detak hidup komunitas iman membantu tumbuh kembangnya kepekaan telinga iman.

 Mengutip Nabi Yesaya, Santo Paulus menulis, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” (2Kor. 6:2; bdk. Yes. 49:8).  

Ada lagi pada-Ku domba-domba lain

Yesus merindukan satu kawanan domba dan satu gembala. Yesus membuka wawasan-Nya jauh lebih luas dari cakrawala yang mampu ditangkap panca indera. Di balik cakrawala itu terdapat domba-domba lain yang bukan berasal dari kawanan ini.

Mereka tidak mengenal dan mendengar suara Yesus. Tetapi mereka melakukan apa yang disabdakan-Nya. Mereka sadar bahwa Ia adalah Gembala yang baik dan akan mengikuti-Nya.

Kelapangan hati untuk merangkul semua menjadi ciri khas komunitas iman yang dibina Santo Yohanes.

Mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala

Tugas pengutusan dimandatkan Yesus pada setiap murid-Nya. Memang, semula tugas itu ditujukan pertama-tama pada kawanan domba dari umat Israel, seperti disingkapkan-Nya pada perempuan Samaria (Mat. 15:24). Para murid pun pertama-tama diutus untuk umat Israel (Mat. 10:5-6). 

Akan tetapi, mempertimbangkan buah-buah karya penebusan-Nya (Yoh. 10:15), Ia menyingkapkan bahwa tugas pengutusan-Nya diperluas hingga kawanan “domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini” (Yoh. 10:16).

Maka, para Rasul, seluruh pengganti mereka dan tiap pribadi muri-Nya diutus untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa (Mat. 28:19), bahkan kepada setiap makhluk (Mrk. 16:15). Tugas pengutusan itu dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria hingga ke ujung semesta (bdk, Kis. 1:8).

Tugas pengutusan ini memenuhi nubuat para bahwa tentang pemerintahan Sang Mesias, Kristus, yang mencakup seluruh alam semesta (bdk. Mzm. 2:8; Yes. 2:2-6; 66:18-19).

Warta Sukacita yang diterima setiap pribadi dari seluruh penjuru mata angin mendekatkan mereka pada Yesus dan semua yang dipersatukan oleh-Nya.

Santo Paulus menyatakan, “Karena itu ingatlah, bahwa dahulu… waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh,” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.” (Ef. 2:11-13; bdk.  Gal. 3:27-28; Rm. 3:22).

Kesatuan Gereja harus nampak dalam satu pimpinan yang nampak dan hadir. Maka bapa Konsili Vatikan II mengajar, “Kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petrus Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh Kristus di dunia.

Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya sia apa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah.” (Dekrit Tentang Ekumenisme, Unitatis Redintegratio, 3).

Maka, Gereja Katolik selalu menyerukan agar setiap pribadi datang, menyatukan diri dengan Gereja yang benar.

“Demikianlah Gereja, kawanan tunggal Allah, bagaikan panji-panji yang dinaikkan bagi bangsa-bangsa, sambil melayani Injil kedamaian bagi segenap umat manusia, berziarah dalam harapan menuju cita-cita tanah air di surga.” (Dekrit Tentang Ekumenisme, Unitatis Redintegratio, 2).

Katekese

Padang rumput yang hijau dan air yang tenang . Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Padang rumput yang disiapkan oleh gembala yang baik bagi kalian, tempat ia menggembalakan kalian untuk makan hingga kenyang, tidak terdiri atas pelbagai jenis rerumputan dan benda lain yang hijau.

Di antara mereka pasti ada yang terasa manis; yang lain pahit; yang lain lagi rumbuh subur di musim itu; namun kadang gagal sama sekali. Padang rumput kalian adalah sabda Allah dan perintah-perintah-Nya.

Semua telah ditaburkan seperti rerumputan yang manis. Padang rumput ini telah dicicipi oleh meraka yang berkata pada Allah, “Betapa manisnya sabda-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku” (bdk. Mzm. 119:103).” (Sermon 366,3,1)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah Gembala yang baik yang selalu menjaga hidup kami. Semoga aku selalu memperhatikan suara-Mu dan menyerahkan hidupku pada-Mu. Biarkanlah aku dekat pada-Mu agar aku selalu menemukan damai sejahtera dan suka cita karena kehadiran-Mu. Amin.

Apa yang harus aku lakukan untuk menggembalakan kawanan dombaku dan menyambut domba dari kawanan lain?

Ego sum pastor bonus; bonus pastor animam suam ponit pro ovibus – Ioannem 10:11

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here