Selasa (U)
- Yes. 11:1-10
- Mzm. 72:2,7-8,12-13,17
- Luk. 10:21-24
Lectio
21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” 23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
Meditatio-Exegese
Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi
Yesus bersyukur kepada Bapa karena Ia menyingkapkan kepada para murid kebijaksanaan dan pengetahuan akan Allah.
Ucapan syukur Yesus mengungkapkan pengakuan iman akan Allah sebagai Bapa dan Pencipta, asal dan tujuan segala ciptaan, dan kebaikan hati serta kasihNya melulu dicurahkan pada semua anak-Nya. Seluruh hidup manusia sebagai pria dan wanita berasal dari-Nya (Ef 3:14-15)
Doa ini juga berisi peringatan bahwa kesembongan dapat menjauhkan manusia dari kasih dan relasi mesra dengan Allah. Kesombongan menutup jiwa untuk menerima anugerah pengetahuan akan Allah dan relasi kasih denganNya.
Kesombongan, yang selalu digunakan setan untuk mengelabuhi manusia, selalu mengarahkan pada ilusi seolah-olah sama dengan Allah, ”Kamu akan menjadi seperti Allah.” (Kej. 3: 4). Sedangkan, pada hakekatnya, seperti diungkapkan Santo Agustinus, uskup Hippo, manusia hanyalah pengemis di hadapan Allah. Hanya dapat bergantung pada-Nya, seraya memohon kerelaan hati-Nya untuk menganugerahkan kerahiman dan belas kasih-Nya.
Engkau nyatakan kepada orang kecil
Kesederhanaan hati manusia terletak pada disposisi batin untuk mengakui ketergantungan pada Allah. Manusia harus mencari “keutamaan tertinggi” atau “summum bonum” terletak dalam diri Allah.
Kerendahan hati menjadi mahkota seluruh keutamaan, karena kerendahan hati menundukkan hati untuk mengharapkan rahmat dan kebenaran.
Kerendahan hati berlawanan dengan kesombongan, sumber segala dosa. Kitab Amsal menyingkapkan, “orang yang rendah hati dikasihani-Nya” (Ams 3:34; Yak 4:6).
Maka, biarlah Yesus, Tuhan kita, menyembuhkan luka batin kita karena kesombongan. Biarkan Roh Kudus mengubah kita agar semakin serupa dengan Yesus, yang lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29). Dari Ibu Maria, Bunda Yesus Kristus, kita belajar dan mendidik diri untuk rendah hati.
Dan untaian rosario selalu mengantar pada ketergantungan pada Allah, seperti yang diucapkannya pada Malaikat Gabriel (Luk 1:38),”Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”, Fiat mihi secundum verbum tuum.
Katekese
Kuasa Kerajaan Allah. Santo Cyrilus dariAlexandria, 376-444 :
“Yesus juga memberikan pada para rasul yang suci kuasa dan daya untuk membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, menyembuhkan orang sakit, dan menumpangkan tangan untuk memohon naungan Roh Kudus dari surga pada siapa pun yang mereka kehendaki. Ia memberikan kuasa untuk mengikat dan melepaskan dosa manusia.
Sabda-Nya adalah ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” (Mat 18:18).
Inilah kuasa yang sekarang kita punya atas kehendakNya. Berbahagialah mata kita dan mata mereka yang mengasihi-Nya. Kita telah mendengan pengajaranNya yang mengagumkan.
Ia telah memberikan pada kita pengenalan akan Allah Bapa, dan Ia telah menunjukkan-Nya pada kita dalam kodrat-Nya sendiri. Hal-hal yang oleh Musa hanya ditunjukkan melalui contoh dan lambang. Kristus telah menyingkapkan kebenaran pada kita.
Ia telang mengajarkan kita menghormatiNya bukan melalui darah atau dupa, tetapi terlebih melalui korban rohani dan yang mengatasi segala pemahaman” (dikutip dari Commentary On Luke, Homily 67).
Oratio-Missio
- Allah yang mahatinggi dan agung, terangilah hati kami saat kami dirundung kegelapan dan anugerahkanlah iman sejati, harapan yang pasti dan kasih yang sempurna. Berilah kami kepekaan dan pengenalan akan diri-Mu, sehingga kami mampu melakukan apa saja untuk memenuhi kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin. (Doa Santo Fransiskus Asisi, 1182-1226, terjemahan bebas)
- Apa yang aku lakukan untuk semakin menjadi sederhana, rendah hati dan miskin di hadapan Allah dan sesama?
Multi prophetae et reges voluerunt videre, quae vos videtis, et non viderunt, et audire, quae auditis, et non audierunt – Lucam 10:24