Lectio Divina 03.02.2022 – Dipanggil untuk Mewartakan Injil

0
382 views
Pergilah, susurilah tiap jengkal dan wartakan Injil, by Catholic Man Night.

Kamis. Hari Biasa, Pekan Biasa IV (H)

  • 1Raj. 2:1-4.10-12
  • 1Taw. 29:10.11ab.11d-12a.12bcd
  • Mrk. 6:7-13

Lectio

7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, 8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, 9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.

10  Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. 11  Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.”

12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, 13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Meditatio-Exegese

Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua

Yesus pasti mengalami sakit hati. Ia ditolak oleh orang-orang yang dikenal-Nya sejak kecil di Nazaret (Mrk. 6:1-5). Yang dulu hangat menyambut-Nya, sekarang tidak lagi. Komunitas asal, ternyata, tidak mau menerima pembaharuan.

Bahkan, dari tempat duduk di sinagoga, “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” (Luk. 4:29).

Mulai saat penolakan itu, Yesus berkeliling ke seluruh penjuru Galilea untuk mewartakan Kabar baik (Mrk. 6:6) dan juga mengutus ke dua belas murid pergi berdua-dua mewartakan Kabar Baik.

  • Tahun 70-an, saat Injil Markus ditulis, komunitas Kristen hidup dalam situasi sulit, seolah tanpa harapan. Masa depan seolah tertutup kabut kelam.
  • Tahun 64, Kaisar Romawi Nero memulai pengejaran, penangkapan, penganiayaan dan, bahkan, pembunuhan anggota jemaat. Pemberontakan melawan penjajah Romawi meledak di Palestina tahun 65. Lima tahun kemudian, Yerusalem benar-benar luluh lantak.

Kisah pengutusan para murid, setelah penolakan di Nazaret, merupakan upaya untuk menyalakan terang harapan dan mengobarkan keberanian.

Setelah ditolak, Yesus mengintensifkan dan memperluas pewartaan Injil ke daerah lain di Galilea. Ia melibatkan para murid, dua belas rasul, ”Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua” (Mrk. 6:7).

Dua orang adalah jumlah terkecil dari komunitas orang percaya. Mereka tidak sendiri, tetapi saling menopang, berdoa bersama, saling menolong, dan bersama mengatasi masalah. Di samping itu, Hukum Taurat mensyaratkan minimal dua orang saksi untuk bersaksi di depan pengadilan, terutama dalam kasus pidana (Bil.35:30; Ul. 19:15).

Dua saksi dimaksudkan untuk mendukung kesaksian atas mukjizat yang dilakukan Yesus dan kebenaran ajaran-Nya.

Kepadapara murid Yesus memberi wibawa dan kuasa, Εξουσια, exousia, untuk mengalahkan setan, memberitakan pertobatan, mengoles orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka (Mrk. 6:12-13). Yesus melarang mereka membawa roti, bekal dan uang.

Mereka harus bertindak seperti Abraham, yakni, mempercayakan diri atau menggantungkan hidup pada penyelenggaraan ilahi. Mereka harus percaya karena Allah menyediakan, Deus providebit (Kej. 22:8).

Yesus mengizinkan para murid-Nya membawa tongkat. Alat itu digunakan untuk melindung diri dari binatang buas atau perampok. Sepasang sepatu dipakai untuk membantu kaki untuk menjelajah wilayah yang lebih jauh.

Di tempat yang sangat jauh Yesus mau menunjukkan Kerajaan Allah mencakup seluruh alam semesta, κόσμος, kósmos (Mrk. 16:15).

Terlebih, Allah telah menguduskan tanah yang akan mereka pijak untuk berdiri (bdk. Kel. 3: 5; Yos. 5:15).

Ijin memakai kasut atau alas kaki barangkali menandakan pemisahan Gereja dari Sinagoga dan Bait Allah, agama Yahudi.

Di Bait Allah di Yerusalem, para imam tidak diizinkan memakai sandal, saat mereka menjalankan tugas pelayanan mereka (bdk. Misnah: Tamid, 1: 1Q-1: 2J; 5: 3).

Melalui penugasan pada dua belas rasul, Yesus sedang mempersiapkan dan melatih mereka dan para murid-Nya untuk menyebarkan Kabar Suka Cita.

Ia menyadari bahwa mereka akan meneruskan karya-Nya setelah kenaikan-Nya ke sorga.

Tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu

Para utusan Yesus harus tinggal di tempat orang yang menyambut mereka dengan tangan terbuka.

Di tempat itu, mereka harus menyatu, ambil bagian dalam tugas sehari-hari dalam keluarga, duduk makan bersama dari meja yang sama, dan tidak boleh hidup terpisah (bdk. Luk. 10:8).

Mereka layak diberi bagian makan, karena seorang pekerja patut mendapatkan upahnya (Luk. 10:7). Dalam keluarga yang menerima mereka, para murid dan seluruh anggota keluarga itu saling berbagi suka-duka dan hidup.

Maka, Ia bersabda pada mereka (Mrk. 6:10), “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu”, Quocumque introieritis in domum, illic manete, donec exeatis inde.   

Apabila para utusan Yesus ditolak, mereka harus keluar dari kota atau tempat itu, seraya mengibaskan debu di kaki sebagai peringatan.

Mengebaskan debu dari kaki menjadi  peringatan serius bahwa orang yang menolak warta yang dibawa para utusan Yesus sama dengan menolak Yesus Kristus (Kis. 13:51).

Barang siapa malu mengakui sabda-Nya, Anak Manusia pun akan malu pada pada orang itu di saat Ia datang dalam kemuliaan-Nya.

Tetapi barangsiapa menyambut seorang anak kecil, termasuk utusan-Nya, ia menerima Yesus dan Yang mengutus Yesus (bdk.  Mrk. 8:38; 9:37).

Mewartakan pertobatan, mengusir setan, mengoles orang sakit dan menyembuhkan mereka.

Para murid yang diutus Yesus harus bertindak sebagai penebus, yang dalam tradisi Perjanjian Lama disebut goêl (Im. 25:25-55; Bil. 35:19; Ul. 25:5).

Ia merebut kembali para sanak saudara yang dikucilkan karena sakit, cacat, miskin, dan penyingkiran sosial lainnya (Luk. 10: 9; Mrk. 6: 7.13; Mat. 10:8).

Dengan kata lain, para murid Yesus diutus untuk memberitakan pertobatan, mengusir setan, merawat orang sakit dan menyembuhkan mereka.

Kalau keempat hal itu dilaksanakan, lantanglah diseluruh dunia warta: “Kerajaan Allah telah datang!” (bdk. Luk. 10:1-12; 9:1-6; Mrk. 6:7-13; Mat. 10:6-16).

Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus bukan doktrin agama, katekismus, atau hukum. Kerajaan Allah bermakna Ia selalu hadir menyertai manusia (Mat. 1:23).

Ia hadir saat orang-orang, yang didorong oleh iman kepada Yesus, memutuskan untuk tinggal di dalam komunitas, bersaksi dan mewujudkan nyatakan bahwa Allah adalah Bapa dan Ibu bagi semua. 

Bapa Suci Fransiskus mengisahkan Santo Fransiskus Asisi, yang setia pada Tuhannya, mengabaikan segala kesulitan dan perbedaan menjumpai Sultan Malik-el-Kamil, di Mesir, saat Perang Salib berkecamuk.

Orang kudus dari Asisi itu tidak terlibat dalam adu argumen atau perdebatan, namun memperlakukan setiap umat manusia sebagaimana Allah  menerimanya.

Selanjutnya, beliau mengajarkan, “Santo Fransiskus tidak melancarkan perang kata-kata yang dimaksudkan untuk memaksakan ajaran; dia sebaliknya benar-benar menyebarkan kasih Allah. Dia mengetahui bahwa “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah.” (1Yoh. 4:16).

Dengan cara seperti ini, dia menjadi bapa bagi semua dan menginspirasikan visi tentang masyarakat persaudaraan.

Memang benar, “hanya orang yang menjumpai sesamanya, tidak menarik mereka ke dalam kehidupannya sendiri, namun membantu mereka menjadi  semakin menjadi dirinya sendiri secara penuh, dapat sungguh disebut sebagai bapa.” (Dikutip dari Ensiklik Tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial, Fratelli Tutti, 3-4)

Katekese

Yesus menganugerahkan pada mereka kuasa untuk menyembuhkan dan mengusir setan. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444 :

Rahmat yang dianugerahkan atas para Rasul layak untuk dipuji. Tetapi kemurahan hati Sang Pemberi anugerah melampaui segala pujian dan kekaguman. Ia memberi mereka, seperi saya katakan, kemuliaanNya sendiri.

Mereka menerima kuasa atas roh-roh jahat. Mereka menjatuhkan keseombongan setan yang selalu tampil tinggi hati dan sombong. Mereka mencampakkan kelicikan jahat setan. Melalui kuasa dan daya dari Roh Kudus, yang mengobarkan hati mereka seperti kobaran api, mereka membuat setan mengaduh dan meratap saat keluar dari orang yang dirasukinya … 

“Maka, Ia memuliakan para murid-Nya dengan menganugerahkan kuasa dan daya untuk mengusir roh jahat dan penyakit. Apakah Ia menghormati mereka tanpa alasan dan membuat mereka dikenal tanpa alasan yang masuk akal? Bagaimana Tindakan-Nya dapat dibenarkan?

Penting, bahkan menjadi sangat penting bahwa para murid dapat melakukan tanda heran, karena secara publik telah diangkat menjadi pelayan Kabar Sukacita yang kudus. Melalui karya mereka, mereka dapat meyakinkan manusia bahwa mereka adalah pelayan Allah dan perantara dari segala yang ada di bawah langit.

Para Rasul kemudian mengundang mereka semua untuk memohon pemulihan dan pengampunan melalui iman. Selanjutnya, menunjukkan jalan keselamatan dan hidup yang dibenarkan oleh Allah.” (Commentary On Luke, Homily 47)

Oratio-Missio

Tuhan, jadikanlah aku saluran kuasaMu yang menyembuhkan dan kasihMu yang mengampuni. Bebaskanlah aku dari kelekatan yang menghalangiku menemukan Kerajaan Surga. Dan semoga aku menjadi saksi Kabar Sukacita melalui kata dan tindakanku. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk menjadi utusanNya yang setia?

Et exeuntes praedicaverunt, ut paenitentiam agerent; et daemonia multa eiciebant et ungebant oleo multos aegrotos et sanabant – Marcum 6:12-13

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here