Selasa. Pekan Paskah V (P). Pesta St. Filipus dan Yakobus (M)
- 1Kor. 15:1-8.
- Mzm. 19:2-3.4-5.
- Yoh. 14:6-14.
6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”
8 Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” 9 Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. 12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.
Sebab Aku pergi kepada Bapa; 13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. 14 Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”
Meditatio-Exegese
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup
Santo Yohanes tidak memaparkan doktrin atau ajaran tentang Yesus saat untuk membina jemaat yang direksanya. Ia menyajikan rangkaian dialog antara Yesus dengan para murid-Nya untuk menangkap, memahami, menghayati dan melaksanakan sabda-Nya.
Ia juga melukiskan saat Tomas bertanya tentang tujuan kepergian Yesus dan jalan mana yang harus ditempuh (Yoh 14:5). Kemudian Filipus meminta, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” (Yoh 14:8).
Atas dua pertanyaan dan permintaan itu, Yesus tidak marah dan jengkel. Ia mengajak mereka berdialog untuk masuk pada inti relasi dengan-Nya dan Bapa-Nya. Pertanyaan Tomas menjadi sarana bagi Yesus untuk menyingkapkan identitas diri-Nya.
Ia bersabda (Yoh 14: 6), “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup.”, εγω ειμι η οδος και η αληθεια και η ζωη”, ego eimi he hodos kai he altheia kai he zoe, Ego sum via et veritas et vita.
Santo Yohanes berkali-kali menggemakan identitas Yesus yang sehakekat dengan Bapa-Nya melalui ungkapan εγω ειμι, ego eimi (bdk. Kel. 3: 14). Dalam perikop ini, disajikan tiga kata kunci dalam sabda-Nya: Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Jalan bukan hanya sekedar jalur yang harus ditempuh untuk menuju titik tujuan, tetapi juga mengacu pada cara untuk melakukan sesuatu.
Maka, jalan-Nya harus menjadi jalan manusia. Dan inilah jalan yang pernah ditempuh-Nya dan, sekarang, ditawarkan-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mrk. 8:34; Mat. 16:24; Luk. 9:23).
Tanpa kebenaran manusia tidak dapat menentukan pilihan yang baik dan benar. Hidup membuktikan banyak hal berjalan serong. Manusia mudah kena tipu daya atau disesatkan, khususnya oleh berita bohong, kepercayaan palsu dan kejahatan yang masih tinggal di dunia.
Maka manusia harus memusatkan diri pada Sang Kebenaran agar tidak diperdaya oleh kepalsuan, tipu daya dan kejahatan. Saat memandang wajah-Nya, manusia melihat citra Bapa. Memandang wajah Yesus, berarti manusia memandang wajah Allah.
“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.”(Yoh 14:9). Yesus Kristus adalah Wajah Belas kasih Allah, Misericordiae vultus Patris est Christus Iesus (Paus Fransiskus, Bulla Misericordiae Vultus, 1).
Tanpa hidup, yang ada hanya kematian. Yesus menjelaskan makna hidup. Dialah jalan, karena “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6). Dialah pintu yang dilalui domba untuk masuk dan keluar kandang (Yoh. 10:9).
Setelah melalui jalan dan pintu, manusia menemukan Hidup. Yesus adalah Hidup. Karena berjalan seperti yang dilakukan Yesus, manusia disatukan dengan Bapa dan dianugerahi hidup abadi.
Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami
Setiap manusia, termasuk para rasul, rindu untuk melihat Bapa. Puluhan kali Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Bagaimana orang bisa melihat Bapa yang selalu dikisahkan Yesus?
Jawaban Yesus sangat sederhana, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Terasa nada teguran pada Filipus karena ketidakmampuan dalam mengenal-Nya.
Namun, di balik itu, Yesus menyingkapkan bahwa Bapa tidak jauh dari manusia. Ia berdiam dalam diri Yesus. Maka, cukuplah dengan melihat Yesus, manusia bertatap muka dengan Bapa. Sabda-Nya (Yoh. 14:11), “Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”, ego in Patre, et Pater in me est.
Namun, pengenalan yang dibatasi hanya melalui Kitab Suci, ternyata tidak cukup. Itu hanya membuat hati murid-Nya berkobar-kobar.
Melihat Yesus mengikuti ketaatan yang dihayatinya. Setiap saat Ia taat dan melakukan apa yang diperintahkan Bapa kepada-Nya (bdk. Yoh 5:30; 8:28-29. 38).
Tanda-tanda atau karya yang dilakukan-Nya menyingkapkan karya Allah. Maka, kalau Ia mengampuni perempuan yang hendak dirajam karena zinah, Ia pasti mengampuni manusia. Kalau Ia hadir dalam perkawinan di Kana, Ia juga hadir di dalam perkawinan keluarga Katolik.
Kalau Ia membangkitkan Lazarus dari mati, Ia juga membangkitkan kita untuk hidup kekal. Ia tidak jauh. Ia dekat.
Sabda-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40).
Barangsiapa percaya kepada-Ku
Relasi intim dengan Bapa bukan hanya menjadi milik Yesus. Intimitas itu bisa menjadi milik siapa pun yang percaya pada-Nya. Manusia juga bisa melakukan perbuatan yang indah untuk sesamanya seperti yang dilakukan Yesus pada saat Ia hidup dan berkarya.
Permohonan yang dilambungkan pada-Nya akan dikabulkan bila sesuai dengan rencana keselamatan Allah. Tetapi, tiap pribadi harus yakin bahwa Yesus selalu membelanya. Ia akan pergi tetapi tidak akan meninggalkan manusia sendirian, tanpa perlindungan.
Ia berjanji akan pergi kepada Bapa dan memohon agar Bapa mengutus Pembela dan Penghibur lain, yakni Roh Kudus. Bila Yesus tidak pergi kepada Bapa, Roh Kudus tidak datang dan menyertai manusia (Yoh. 16:7).
Dialah yang membimbing manusia untuk selalu setia meneruskan apa yang diperbuat Yesus. Ketika menghadapi pengadilan sesat, Ia menyingkapkan kebenaran.
Ketika menghadapi kekerasan dan kesewenangan, Ia memperlihatkan pengampunan. Ketika menghadapi kesedihan, Ia membawa penghiburan.
Maka, sebagaimana Bapa bekerja dalam diri Yesus, Yesus terus berkerja dalam diri para muridNya. Sebagaimana Bapa dimuliakan dalam karya Anak-Nya, Bapa-Nya pun dimuliakan melalui pekerjaan pada murid-Nya.
Katekese
Roh Kudus memampukan kita di jalan kekudusan. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936:
“Biarkanlah rahmat baptisan Anda berbuah di jalan kekudusan. Biarkanlah agar segalanya terbuka kepada Allah, dan untuk tujuan itu pilihlah Dia, pilihlah Allah selalu dan selalu. Janganlah berkecil hati,
sebab daya kuasa Roh Kudus memampukan Anda untuk melakukan semuanya, dan akhirnya, kekudusan merupakan buah dari Roh Kudus dalam hidupmu (lih Gal 5:22-23).
Kalau Anda merasa godaan melekat dalam kelemahanmu, tataplah Kristus yang tersalib dan katakanlah, “Tuhan, aku adalah seorang pendosa yang hina, akan tetapi Engkau sanggup melakukan mukjizat untuk menjadikanku sedikit lebih baik”.
Di dalam Gereja, yang kudus namun dibentuk dari para pendosa, Anda bisa menemukan segala sesuatu yang Anda perlukan untuk bertumbuh menuju kekudusan.
Tuhan telah mengaruniakan kepada Gereja dengan anugerah Kitab Suci, sakramen-sakramen, tempat-tempat suci, kehidupan komunitas, kesaksian para kudus, serta aneka ragam keindahan yang mengalir dari kasih Allah, “seperti pengantin yang mengenakan perhiasan” (Yes. 61:10).” (Ensiklik Gaudete et Exultate, Bersukacitalah dan Bergembiralah, 15).
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah hatiku dengan suka cita atas kehadiranMu. Nyalakanlah dalam hatiku harapakan akan hidup kekal bersama Bapa di surga. Dan ajarlah aku untuk selalu berbelas kasih pada sesamaku. Amin.
- Yesus Sang Wajah Belas kasih Allah. Bagaimana wajahku sendiri?
Ego sum via et veritas et vita – Ioannem 14: 35