Sabtu. Pekan Biasa VIII (H)
- Sir. 51:12-50
- Mzm. 19:8.9.10.11
- Mrk. 11:27-33
Lectio
27 Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, 28 dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”
29 Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 30 Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!”
31 Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 32 Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.
33 Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”
Meditatio-Exegese
Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang dari pelataran Bait Allah. Mereka menjual binatang persembahan dan menyediakan uang Yahudi untuk pajak Bait Allah. Uang Romawi dianggap najis dan harus ditukar dengan uang halal.
Namun, praktek perdagangan dan penukaran uang monopolistik pasti sarat penyimpangan. Maka, Yesus mengusir orang-orang Lewi dari pelataran Bait Allah.
Dalam hati-Nya berkobar ungkapan pemazmur (Mzm. 69:10), “Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.”, Quoniam zelus domus tuae comedit me.
Tindakan-Nya segera diketahui para imam, ahli Taurat dan tua-tua bangsa itu. Mereka menemui-Nya dan bertanya atas kuasa dari mana Ia melakukan semua itu: masuk ke Rumah Tuhan dan mengusir para pedagang dan penukar uang (bdk. Mrk. 11:15-16).
Para imam, ahli Taurat dan tua-tua bangsa itu mengira merekalah penguasa dan seluruh tindakan orang di tempat suci harus atas ijin mereka. Yesus melakukan segala sesuatu tanpa ijin dan perintah mereka. Alasan itulah yang menjadi landasan pengejaran atas Diri-Nya dan percobaan untuk membunuh-Nya.
Hal yang sama dialami para jemaat yang dibina Santo Markus pada tahun 70-an Masehi, saat ia menulis Injil. Mereka yang menentang kekejaman penguasa di Kekaisaran Romawi pasti dikejar-kejar, ditangkap, dihukum, dipaksa meninggalkan iman, bahkan, dibunuh.
Untuk menghindari aniaya, beberapa anggota jemaat berupaya untuk memadukan Kabar Sukacita dengan kebijaksanaan kekaisaran (bdk. Gal. 6:12). Ajaran baru yang campuraduk pasti manipulatif, menipu.
Melalui kisah penyucian Bait Allah, Santo Markus mengingatkan para murid Tuhan untuk tidak gentar terhadap apa pun, termasuk pengejaran, pemenjaraan, bahkan pembunuhan. Di samping, mereka tidak membiarkan diri atau menyerahkan diri pada paham manipulatif yang disebarkan oleh pihak musuh Kerajaan Allah, termasuk kekaisaran.
Kehendak untuk berkuasa dan mengendalikan segala sesuatu seolah-olah diri sendirilah pemegang kuasa mutlak tetap berkembang bik, baik di lingkungan masyakat maupun di Gereja, bahkan di keluarga. Orang yang gila kuasa selalu mengejar-kejar mereka yang memiliki cara berpikir, merasa dan bertindak yang berlainan.
Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu
Yesus ditanya para pemimpin agama dan tua-tua, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” (Mrk. 11:28). Pertanyaan ini menyingkapkan ketidak jujuran mereka.
Yesus menjawab mereka dengan bertanya, “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” (Mrk. 11:29-30).
Ia menunjukkan bahwa Ia tidak bergantung pada siapa pun dan merdeka. Jawaban-Nya sederhana, tetapi menggemakan sikap-Nya yang tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular (bdk. Mrk. 10:16).
Bagi Yesus, baptisan Yohanes berasal dari Allah. Ia sendiri dibaptis oleh sepupu-Nya itu (Mrk. 1:9-11). Sebaliknya, orang yang berkuasa telah merancang atau merencanakan kematian Yohanes (Mat. 13:3-12). Mereka menolak pesan Yohanes.
Para pemimpin bangsa itu sadar akan sulitnya menjawab pertanyaan Yesus. Mereka saling lempar kata, “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” (Mrk. 11:31-32).
Maka, mereka menjawab, “Kami tidak tahu.” (Mrk. 11:33). Jawaban itu membuka kedok mereka sendiri, yakni: kehendak untuk tetap mencengkeram kekuasaan dan wewenang atas rakyat jelata. Dan di antara mereka telah diambil keputusan: Yesus harus dihukum mati (Mrk. 3:6).
Ketidak jujuran para pemimpin umat menjadikan mereka tidak layak menerima jawaban dari Yesus (Mrk. 11:33), “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”, Neque ego dico vobis in qua potestate haec faciam.
Katekese
Kuasa Yohanes Pembaptis berasal dari surga. Santo Hilarius dari Poitiers, 315-367 :
“Sebelum hal ini terjadi, orang-orang Farisi telah menyaksikan banyak hal yang lebih tepat disebut mukjizat-mukjizat besar. Tetapi sekarang mereka merasa terusik dan bertanya pada Yesus untuk menunjukkan atas kuasa dari siapa Ia bisa melakukan semua karya agung itu.
Misteri agung di masa depan tercakup dalam konsekuensi atas tindakan yang dilakukan sekarang. Mereka merasakan adanya desakan untuk mengajukan pertanyaan khusus ini, karena mereka telah memperhitungkan lebih dulu setiap ancaman atau risiko yang telah dikenali dalam peristiwa ini.
Tuhan menjawab bahwa Ia akan memberitahu mereka dengan kuasa apa Ia melakukan seluruh tindakan-Nya hanya jika mereka mereka menjawab pertanyaan-Nya tentang apakah mereka memandang Yohanes Pembaptis berasal dari surga atau manusia. Mereka tercekat, akal menjadi tumpul saat mengetahui ancaman yang muncul dari tanggapan mereka.
Jika mereka mengakui Yohanes berasal dari surga, mereka akan dihukum oleh pengakuan mereka sendiri karena tidak percaya akan kuasa yang berasal dari saksi surgawi. Namun, mereka juga takut berkata bahwa ia adalah sekedar manusia biasa, karena banyak orang percaya bahwa Yohanes adalah seorang nabi.
Maka, mereka menjawab bahwa mereka tidak tahu (dan justru karena itu mereka menyingkapkan sikap mereka sendiri bahwa Yohanes berasal dari surga), karena mereka takut bahwa akan dihadapkan pada kebenaran yang mereka akui.
Maka, mereka mengatakan kebenaran yang menguntungkan mereka sendiri, bahkan itu dikatakan dengan niat untuk berlaku lacur atau licik. Kelicikan mereka hanya dapat dilakukan melalui ketidak percayaan bahwa mereka tidak tahu bahwa Yohanes Pembaptis berasal dari surga.
Dan mereka tidak mampu mengenali bahwa kuasa Yohanes Pembaptis juga berasal dari manusia , karena ia tidak berasal dari manusia.” (Commentary On Matthew 21.10)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkaulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Kobarkanlah semangat dalam hati dan budiku agar aku selalu mengembangkan pengenalanku akan Dikau, menemukan suka cita dalam sabda-Mu dan menghayati dalam hidupku sehari-hari. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk selalu berpegang pada iman akan Yesus?
Neque ego dico vobis in qua potestate haec faciam – Marcum 11:33