Rabu. Hari Biasa. Pekan Biasa XVIII (H)
- Yer. 31:1-7
- Mzm. Tanggapan: Yer. 31:10.11-12ab.13
- Mat. 15:21-28
Lectio
21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.”
23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” 24 Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” 26 Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
27 Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” 28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Meditatio-Exegese
Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud
Yesus tidak menghendaki perdebatan yang tak perlu dengan kaum Farisi dan ahli Kitab. Segera Ia meninggalkan Kapernaum dan pergi ke daerah Tirus dan Sidon, dua kota di tepi Laut Mediterania, lima mil sebelah utara Israel.
Ia pergi ke daerah itu juga untuk menghindari Herodes Antipas, yang mungkin menangkap-Nya setelah pemenggalan kepada Yohanes Pembaptis. Terlebih, di sepanjang perjalanan Ia perlu mendidik para murid.
Ketika Ia dalam perjalanan, seorang perempuan Kanaan mendatangi-Nya. Santo Matius menggunakan sebutan ‘perempuan Kanaan’, mulier chananea.
Dalam Perjanjian Lama, penduduk Kanaan dianggap sebagai orang yang penuh dosa, jahat dan pemuja dewa kafir, sehingga harus ditumpas habis (bdk. Kej. 10: 6.15-20; Ul. 20: 16-18).
Namun, justru dari tengah bangsa itu, muncullah seorang ibu yang berteriak-teriak memohon pertolongan untuk anaknya. Kasih seorang ibu mendorongnya melupakan seluruh kekelaman masa lalu untuk mencari pertolongan pada Yesus yang dikabarkan mampu menyembuhkan pelbagai penyakit.
Teriakan-teriakannya sepanjang jalan terasa mengganggu dan para murid meminta Yesus mengusirnya. Tetapi, seolah-olah Yesus acuh tak acuh terhadap ibu yang malang itu. Padahal Yesus sedang mengujinya untuk membangkitkan iman di dalam dirinya.
Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing
Saat perempuan Kanaan itu muncul, ia memanggil Yesus sebagai ‘Anak Daud’. Sepertinya ia mengakui gelar ke-Mesias-an Yesus sebagai keturunan Daud.
Namun, ia mendapatkan jawaban yang seolah tidak mengenakkan hati.
Yesus mengutip nubuat Nabi Yehezkiel bahwa tugas perutusan-Nya hanya untuk domba-domba yang hilang dari suku Israel (Yeh. 34). Ia diutus untuk mengumpulkan domba-doma yang tercerai berai dari kawanan bangsa Israel, menyembuhkan dan memulihkan umat Israel yang baru.
Tetapi, perempuan itu tidak mau mundur sejengkal pun. Ia malahan menyembah dan memohon, “Tuhan, tolonglah aku!”
Menanggapi permintaan itu Yesus menjawab, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Tradisi Rabbinik membedakan dua jenis anjing dalam Kitab Suci. Anjing yang dianggap najis adalah jenis anjing liar dan tinggal di hutan, seperti: serigala (Yeh. 22:27), rubah (Yeh. 13:4), buduk (Yer. 50:39); sedangkan anjing rumah tidak dianggap najis.
Santo Matius menggunakan kata κυναριοις, kunariois, dari kata kunarion, bermakna dimininutif dari kata kuon, anjing kecil/anak anjing rumah.
Bangsa Israel sering menyamakan bangsa asing seperti anjing, yang dianggap najis dan tidak digolongkan sebagai bangsa yang terikat perjanjian dengan Allah.
Untuk orang Yunani, kata anjing digunakan dengan acuan pada perempuan yang tidak tahu malu dan tidak terhormat. Santo Matius menulis ungkapan “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing.” (Mat. 7:6).
Jawaban ibu dari Kanaan itu ternyata sangat mencengangkan dan mengejutkan Yesus (Mat. 15:27), ”Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”, Etiam, Domine, nam et catelli edunt de micis, quae cadunt de mensa dominorum suorum.
Jawaban itu menyingkapkan iman perempuan bahwa rencana keselamatan Allah yang dilaksanakan Yesus bermula dari bangsa Yahudi (bdk. Yoh 4:22), seperti disingkapkan Yesus pada perempuan Samaria di Sumur Yakub.
Perempuan itu mengambil keuntungan bahwa, jauh di dalam lubuk hati Yesus, keselamatan dilimpahkan kepada siapa saja, tanpa batas, jika memiliki sikap batin bersih dan mau menerima uluran tanganNya.
Yesus ternyata memuji iman perempuan itu dan mengabulkan apa yang dimintanya, seperti yang dilakukanNya pada perwira Romawi yang meminta kesembuhan untuk anaknya (Mat 8:5-10).
Padanya, Yesus bersabda (Mat 15:28), ”Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”, O mulier, magna est fides tua! Fiat tibi, sicut vis.
Katekese
Ibu dari bangsa-bangsa bukan Yahudi. Santo Epiphanius, Orang Latin, Bapa Gereja akhir abad ke-5 :
“Setelah Tuhan kita meninggalkan wilayah bangsa Yahudi, Ia sampai ke daerah Tirus dan Sidon. Ia meninggalkan bangsa Yahudi di belakang dan mendatangi bangsa asing.
Mereka yang ditinggalkan-Nya di belakang tetap tinggal dalam kebinasaan; mereka yang didatangi-Nya memperoleh keselamaan yang dirindukan setelah lama dicampakkan.
Dan seorang perempuan datang dari wilayah yang diasingkan serta berseru-seru pada-Nya, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud!” Oh, misteri yang agung. Tuhan keluar dari bangsa Yahudi, dan perempuan itu keluar dari wilayah bangsa asing. Ia meninggalkan bangsa Yahudi di belakang, dan perempuan itu meninggalkan berhala dan cara hidup najis di belakang. Apa hilang, ia temukan. Dia yang diingkari karena hukum, sekarang ia percayai melalui iman.
Perempuan ini menjadi ibu bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan ia mengenal Kristus melalui iman. Maka, atas nama anaknya perempuan, umat dari bangsa bukan Yahudi, ia memohon kepada Tuhan. Anaknya perempuan telah tersesat karena berhala dan dosa dan menderita sangat parah karena kerasukan setan.” (Interpretation Of The Gospels 58 ).
Oratio-Missio
Tuhan, kasih dan belak kasihMu tak mengenal batas. Semoga aku selalu percaya padaMu dan mencari Engkau dengan ketekunan yang tak terpatahkan seperti ibu dari Tirus dan Sidon ini. Kuatkanlah imanku, agar aku mampu mengalahkan kejahatan yang bersemayam dalam diriku. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menumbuh kembangkan imanku?
O mulier, magna est fides tua! Fiat tibi, sicut vis – Matthaeum 15: 28