Lectio Divina 04.01.2024 – Menunjukkan dan Mengantarkan pada-Nya

0
244 views
Kami telah menemukan Mesias, by Vatican News

Kamis. Hari Biasa Masa Natal (P)

  • 1Yoh. 3:7-10
  • Mzm. 98:1.7-8.9
  • Yoh. 1:35-42

Lectio

35 Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!” 37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.

38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” 39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat.

40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).”

42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Meditatio-Exegese

Lihatlah Anak domba Allah

Yohanes mengenal Yesus sebagai “Anak domba Allah” (Yoh. 1:36). Ia tidak pernah menyesatkan siapa pun, karena ia berbuat benar dan benar berasal dari Allah (bdk. 1Yoh. 3:7-10). 

Ketika ia menyatakan Yesus sebagai Anak domba Allah, Yohanes menyingkapkan bahwa Yesus adalah Dia yang diutus untuk menebus  manusia dari dosa dan maut. Darah Anak domba Paskah (Kel 12) membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan dari bencana kematian.

Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus menjadi “Anak domba Paskah kita” (1Kor. 5:7). Ia membebaskan manusia dari dosa dan maut.

Darah-Nya, yang ditumpahkan di kayu salib, tak hanya membersihkan, menyembuhkan dan membebaskan dari perbudakan dosa dan dari maut, yang menjadi upah dosa (Rm. 6:23). Tetapi juga mengalahkan musuh, yang “membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”  (Mat. 10:28).

Yohanes pasti sangat paham dengan dengan ibadat kurban domba di Bait Allah untuk menyucikan umat dari dosa (Kel. 29). Sang ayah, Zakharia pasti sering mengajaknya pergi membantunya melaksanakan upacara kurban bakaran di Bait Allah (bdk. Luk. 1:8-10).

Dalam Yesus, Yohanes melihat kurban yang sejati dan satu-satunya yang mampu membebaskan manusia dari dosa, kematian dan cengkeraman kuasa neraka. Yohanes mampu mengenal Yesus sebagai Anak Allah dan Sang Juruselamat (Yoh 1:29) karena Roh Kudus menyingkapkan misteri itu padanya.

Inilah karunia iman. Allah menganugerahkan Roh Kudus secara cuma-cuma, agar manusia mampu memahami – dengan mata batin dan mata iman yang telah diterangi-Nya – misteri dan rencana-Nya “untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus” (Ef. 1:10). 

Apakah yang kamu cari?

Yohanes menunjukkan kerendahan hatinya ketika secara terus terang mengaku bahwa ia bukan Mesias. Ia hanya mempersiapkan jalan bagiNya (Yoh 1:19-23).

Ia justru menunjukan dan mengantar para muridnya untuk berjumpa dan mengikuti Sang Musias, Kristus, Yang Diurapi (Yoh. 1:36). Dan kedua muridnya mengikuti sarannya, yakni: mengikuti Yesus (Yoh. 1:37).

Merasa diikuti orang, Yesus menoleh dan mengambil inisiatif dialog, “Apakah yang kamu cari?” (Yoh. 1:38). Mereka menjawab dengan balik bertanya, “Guru, dimanakah Engkau tinggal?” (Yoh. 1:38).

Kata ‘tinggal/diam’, dari kata Yunani, μένω, meno, dalam Injil Yohanes, memiliki beragam makna. Misalnya: Yesus tidak hanya tinggal/diam di Galilea, Yudea, atau Yerusalem, tetapi Ia juga tinggal/diam di dalam Bapa (Yoh 14:10-11), Ia juga tinggal/diam di rumah Bapa serta mempersiapkan tempat bagi para murid-Nya untuk tinggal/diam bersamanya.

Tinggal/diam juga bisa bermakna bersatu (Yoh. 6:56): “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.”,Qui manducat meam carnem et bibit meum sanguinem, in me manet, et ego in illo.

Saat Ia bersabda (Yoh 1: 39), “Marilah dan kamu akan melihatnya”,Venite et videbitis, Ia mengajak untuk datang dan berkumpul bersama dengan-Nya. Inilah tahap pertama perkembagan iman/pengenal akan Yesus.

Perjumpaan ini selalu bermakna untuk saling mengenal pribadi masing-masing, terlebih pribadi Dia yang mengajak untuk tinggal bersama-Nya.

Kami telah menemukan Mesias

Ketika Andreas berjumpa dengan Yesus dan menemukan bahwa Ia adalah Mesias (Yoh. 1:41), segera ia memberitahu dan mengajak Simon, kakaknya, berjumpa dengan-Nya. Ia mengajak Simon untuk “datang dan melihat”-Nya sendiri. Maka, Andreas adalah Rasul-Nya yang pertama dan Gereja menghormatinya dengan gelar Protokletos, yang pertama dipanggil.

Ketika Yesus melihat Simon datang, Ia menyambutnya seperti yang dilakukan-Nya pada Andreas. Saat itu juga Ia menyingkapkan bahwa Ia telah mengenal siapa Simon, asal usulnya, sebelum ia bertatap muka denganNya, “Engkau Simon, anak Yohanes” (Yoh 1: 42).

Kemudian  Ia memberi nama baru bagi Simon, “Kefas”, ungkapan dalam bahasa Aram, dalam Yunani ‘Petros’ dan Latin ‘Petrus’, karang. Sabda-Nya (Yoh. 1:42), “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”, Tu es Simon filius Ioannis; tu vocaberis Cephas ” — quod interpretatur Petrus.

Pada masa Israel kuno, sebutan “karang” berarti pujian atau penghormatan tertinggi bagi seseorang. Merujuk pada Abraham, tradisi para rabbi Israel mengatakan ketika Allah berjumpa dengan Abram, Ia bersabda, “Aku telah menemukan karang, yang di atasnya akan Kubangun dunia.”

Melalui Abraham Ia membangun umat bagi diriNya. Melalui iman Petrus mengenal Sang Mesias, Kristus, Yang Diurapi, Putera Allah yang tunggal. Perjanjian Baru menggambarkan Gereja sebagai rumah rohani yang dibangun di atas batu yang hidup, yakni persekutuan iman para anggotanya (bdk. 1Ptr. 2:5).

Katekese

Murid pertama yang merindukan Mesias. Santo Yohanes Chrysostomus, 349-407:

“Setelah tinggal bersama Yesus dan mempelajari tentang apa yang dilakukan-Nya, Andreas tidak menyimpan harta karun iman untuk dirinya sendiri. Ia bergegas dan berlari menjumpai saudaranya.

Ia ingin memberitahukan perbuatan baik yang telah dibagikan Yesus padanya. Tetapi mengapa Yohanes belum mengatakan apa yang mereka bicarakan? Bagaimana kita kita tahu mengapa mereka ‘tinggal bersama-Nya’?

Amati apa yang dikatakan Andreas pada saudaranya, “Kami telah menemukan Mesias, artinya: Kristus.” (Yoh. 1:41). Dalam waktu singkat, kalian paham bagaimana ia menunjukkan tidak hanya tidak hanya betapa Sang Guru bijaksana begitu meyakinkan dan kerinduan jiwa yang dialaminya sejak semula.

Ungkapan ‘kami telah menemukan’ menyatakan bahwa jiwa tiap pribadi merindukan kehadiran-Nya, menantikan kedatangan-Nya dari surga. Maka, semangatnya berkobar untuk segera mengabarkan pada yang lain kabar gembira ini.

Inilah kasih persaudaraan, persahabatan alami yang membuncah ketika seseorang ingin mengulurkan tangan pada sesama ketika persaudaraan mencapai pengalaman rohani. Juga, perhatikan bagaimana ia menambahkan kata sandang, bukan sekedar berbicara tentang ‘seorang Mesias’, tetapi ‘Sang Mesias’. Mereka mengharapkan Sang Mesias yang tidak seperti diharapkan orang-orang lain.” (Homilies On The Gospel Of John 19.1)

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah aku dengan kuasa Roh Kudus agar pengenalanku dan kasihku pada Yesus, Putera-Mu makin tumbuh. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk mengenalkan Yesus Kristus pada sesama dan membawa mereka pada-Nya? 

Dicit eis: “Quid quaeritis? – Ioannem 1:38

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here