Home BERITA Lectio Divina 04.06.2021 – Kristus Anak Daud

Lectio Divina 04.06.2021 – Kristus Anak Daud

0
Ilustrasi: Yesus Kristus Anak Daud by Vatican News.

Jumat. Pekan Biasa IX (H)  

  • Tob.11: 5-7.
  • Mzm.146: 2abc.7.8-9a.9bc-10.
  • Mrk.12: 35-37.

Lectio

35 Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: “Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud? 36 Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.

37 Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat.

Meditatio-Exegese

Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud?

Perbedaan pendapat antara Yesus dengan para pemuka agama Yahudi makin meruncing. Ia mengecam ketidakmampuan para pemuka agama untuk menyatukan hati-budi-tindak.

Ia bersabda, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat. 23:2-3).

Ajaran keagamaan yang marak pada waktu itu adalah Mesias, Kristus, Yang Diurapi, akan datang sebagai Anak Daud (bdk. 2Sam. 7:12-16). Maka, Mesias yang akan datang itu tampil sebagai raja perkasa, kuat dan disegani.

Pandangan ini diungkapkan pada Minggu Palma saat orang banyak berseru, “Diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” (Mrk. 11: 10). Orang buta di Yeriko berseru-seru dengan cara yang sama, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” (Mrk. 10:47).

Yesus tegas menolak ajaran yang berlaku umum. Ia mengutip mazmur Daud, “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” (Mzm. 110:1).

Kemudian, ditambahkan-Nya, “Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?”

Jadi, Ia mendasarkan penolakan pada dua alasan.

Mesias yang dirindukan bukanlah raja, pahlawan perang, atau penakluk yang menjadikan kepala musuh sebagai tumpuan kaki.

Mengomentari kecaman Yesus, Santo Markus mencatat suka cita pendengar Yesus atas kecaman-Nya. “Orang banyak mendengarkan Dia dengan penuh minat.” (Mrk. 12: 37).

Dan sejarah keselamatan mencatat bahwa Mesias yang dirindukan kaum ‘miskin di hadapan Allah’, anawim, adalah Dia yang datang sebagai Hamba Yahwe yang menderita. 

Daud sendiri menyebut Dia Tuannya

Kebangkitan Yesus menjadi cahaya untuk menerangi seluruh perjalanan sejarah keselamatan dari masa lalu.

Dalam terang kebangkitan-Nya, jemaat Kristen mulai membaca ulang seluruh Perjanjian Lama dan menemukan makna baru yang sebelumnya seolah tertutup selubung (bdk. 2Kor. 3:15-16). 

Setelah selubung itu dihilangkan Tuhan, mereka mulai mencari sabda yang menuntun pada penguatan iman mereka akan Kristus yang bangkit dari kematian.

Mereka menemukan pelbagai macam gelar yang disematkan pada Yesus Kristus.

Refleksi iman mereka berlandaskan pada pernyataan Allah dalam Kitab Suci: Mesias (Mzm. 2:2), Anak Manusia (Dan. 7:13; Yeh. 2:1), Anak Allah (2Sam. 7:13), Hamba Yahwe (Yes. 42:1; 41:8), Penebus (Yes. 41:14; Mzm. 19:15; Rut. 4:8).

Terlebih, dalam Septuaginta (LXX) Kitab Suci yang digunakan jemaat Yahudi dalam perantauan dan jemaat Kristen, gelar Tuhan, κυριος, kurios, digunakan kira-kira 6.000 kali.  

Seluruh tema besar dalam Perjanjian Lama mengarah dan mencapai puncak  kepenuhannya dalam diri Yesus.

Kebangkitan Yesus membuktikan apa yang direnungkan para Bapa Gereja: seluruh Perjanjian Lama sekarang menjadi Perjanjian Baru.

Katekese

Yesus adalah Anak Daud dan Anak Allah. Santo Cyrilus dari Alexandria, 375-444 :

“Kita juga akan bertanya pada kaum Farisi jaman ini tentang pertanyaan yang sama. Mereka mengingkari bahwa Ia yang lahir dari Perawan yang suci adalah Anak Allah Bapa dan Dia sendiri juga Allah. Mereka juga membagi seorang Kristus menjadi dua orang anak.

Biarkan orang-orang macam ini menerangkan pada kita bagaimana Anak Daud adalah Tuhannya, yang tidak lebih seperti mempertuhankan manusia laksana dewata.

Duduk di sisi kanan Bapa merupakan jaminan dan janji akan kemuliaan terluhur.

Siapa pun yang bersama menduduki tahta yang sama memiliki martabat yang setara, dan siapapun yang dimahkotai dengan kehormatan yang setara harus dipercayai memiliki kodrat yang setara.

Duduk di sisi Allah hanya memiliki makna tunggal, yakni: maha kuasa. Tahta mewartakan bahwa Kristus memiliki kuasa dan dan memerintah  atas segala sesuatu.

“Bagaimana  Daud menyembah Anak Daud sebagai Tuhan, yang duduk di sisi kanan Allah Bapa dan bertahta di sorga?  Apakah hal itu serentak sesuai dengan firman yang benar  tentang misteri bahwa Sang Sabda yang sehakikat dengan Allah Bapa?

Walaupun dalam keserupaan dan setara dengan Dia, Tuhan Yesus menjelma menjadi manusia. Ia menjadi manusia, dengan sempurna, tetapi tanpa meninggalkan kemuliaan martabat ilahi-Nya yang tak tertandingi. Ia tetap dalam kodrat itu sebagaimana telah Ia miliki sejak semula.

Ia tetap Allah, walau Ia menjadi manusia dan serupa dengan kita. Maka Dia adalah Tuhan dari Daud sesuai dengan kemuliaan ilahi, kodrat dan kuasa-Nya. Ia adalah anak Daud menurut garis keturunan manusiawi.” (dikutip dari Commentary On Luke, Homily 137.52)

Oratio-Missio

  • Tuhan, aku percaya bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Daud dan Anak Allah. Engkaulah Tuhanku dan pada-Mu kuserahkan hidupku. Kuatkanlah aku agar Engkau tetap selalu menjadi Tuhanku dalam budi, hati, rumah, kerja dan seluruh kegiatanku. Amin.
  • Apa yang plerlu aku lakukan agar hidupku diarahkan oleh Kristus, Tuhanku?

Dixit Dominus Domino meo: Sede a dextris meis, donec ponam inimicos tuos sub pedibus tuis – Marcum 12:36

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version