Sabtu (H)
- Am. 9:11-15
- Mzm. 85:9,11-12,13-14
- Mat. 9:14-17.
Lectio
14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” 15 Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
16 Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. 17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”
Meditatio-Exegese
Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?
Puasa merupakan salah satu dari tiga keutamaan dalam agama Yahudi, selain memberi sedekah dan berdoa. Praktik puasa pun sudah berakar dalam tradisi agama itu selama berabad-abad. Yesus pun mengikuti tradisi berpuasa selama empat puluh hari (Mat. 4:2).
Namun, Ia tidak mewajibkan para murid-Nya berpuasa. Ia membebaskan mereka untuk berpuasa atau tidak. Murid Yohanes Pembaptis dan orang Farisi bertanya-tanya pada Yesus, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”
Yesus menyamakan puasa dengan duka cita. Ia sendiri mengidentifikasikan diri sebagai Mempelai Pria. Saat mempelai pria sedang menjamu sahabat-sahabatnya dalam pesta perkawinan, mereka tidak harus berpuasa.
Ketika Yesus masih bersama para murid, itulah saat pesta itu berlangsung. Maka, mereka tidak berpuasa. Tetapi saat mempelai itu pergi, saat berpuasa tiba.
Kepergian-Nya mengacu pada saat Ia menyerahkan nyawaNya di kayu salib. Ia paham dan merasakan apabila Ia tetap berkarya dan mewartakan Kerajaan Allah, para penguasa terus mengincar kematian-Nya, sama seperti burung nazar mengincar bangkai (Mat. 24:28).
Aggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula
Santo Matius menyajikan dua ‘perumpamaan’ dengan makna serupa: secarik kain yang belum susut pada baju yang tua dan anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua. Bila menambal kain tua dengan secarik kain baru, saat dicuci, kain tua pasti terkoyak lebih lebar.
Bila mengisi anggur baru pada kantong kulit yang tua, wadah itu pasti robek dan anggur tumpah tak berguna. Sabda-Nya (Mat. 9:17), ”Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”, sed vinum novum in utres novos mittunt, et ambo conservantur_.
Keyakinan yang dibela kaum Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis disamakan dengan secarik kain tua atau kantong kulit tua. Mentalitas mereka belum beranjak dari mentalitas mempertentangkan tradisi lama yang mereka anggap telah teruji dan tradisi baru yang belum tentu bermakna.
Yesus bersabda, “Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” (Mat 13:52). Di samping tradisi rasuli, Gereja tidak mempertentangkan Perjanjian Baru dan PerjanjianLama atau memilih salah satu Perjanjian Baru atau Perjanjian Lama. Gereja memilih keduanya, karena keduanya adalah anugerah.
Tuhan menuntun untuk dengan bijaksana menggunakan keduanya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia tidak menghendaki para murid-Nya dengan hati panas hanya berpegang pada salah satu saja dan menentang pembaharuan yang dihembuskan Roh Kudus.
Gereja selalu harus membaharui diri, Ecclesia semper reformanda. Ia menghendaki hati para murid-Nya terbuka menerima anggur baru dari Roh Kudus. Dengan cara itu, Ia membaharui muka bumi, et renovabit faciem terrae.
Katekese
Tak perlu berpuasa saat Mempelai Laki-laki hadir. Santo Hilarius dari Poitiers, 315-367 :
“Orang Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis berpuasa; sedangkan para rasul tidak. Tetapi Yesus menjawab mereka dengan menunjukkan aspek rohani dan menunjuk pada murid Yohanes bahwa Ia adalah Sang Mempelai Laki-laki. Yohanes mengajarkan bahwa seluruh harapan hidupnya terletak pada Kristus. Namun, sementara ia terus berkhotbah, para muridnya belum dapat diterima oleh Tuhan.
Hingga pada masa Yohanes, hukum dan para para nabi yang datang silih berganti, dan jika Hukum Taurat tidak segera berakhir, tak satu pun dari para muridnya akan menerima iman seperti dalam iman dalam Injil.
Kenyataan bahwa para murid Yesus tidak berpuasa selama Sang Mempelai bersama mereka melukiskan suka cita atas kehadiranNya dan sakramen roti yang suci, yang tidak diperlukan sementara Ia hadir, yakni, terus mengingat Kristus dalam jiwa.
Namun, seketika Ia pergi, Yesus berkata bahwa mereka akan berpuasa, karena siapa pun juga yang tidak percaya bahwa Kristus telah bangkit tidak akan pernah makan roti hidup. Melalui iman akan kebangkitan, sakramen roti sorgawi diterima. Barang siapa tidak bersama Kristus akan ditolak, karena mereka tanpa roti hidup” (dikutip dari Commentary on Matthew 9.3).
Oratio-Missio
- “Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?” (Mzm. 85:9)
- Apa yang perlu kulakukan untuk selalu membaharui diri dan ambil bagian dalam memajukan komunitas imanku terdekat?
sed vinum novum in utres novos mittunt, et ambo conservantur – Matthaeum 9:17