Lectio Divina 05.062023 – Tahu Apa Yang Menanti karena Mengikuti-Nya

0
123 views
Menganiaya dan membunuh utusan pemilik kebun anggur, by Codex Aureus Epternacensis

Senin. Minggu Biasa IX. Peringatan Wajib St. Bonifasius (M).

  • Tb. 1:1a.2a.3; 2:1b-8
  • Mzm. 112:1-2.3-4.5-6
  • Mrk. 12:1-12

Lectio

1 Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: “Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.

2 Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. 3 Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. 4 Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan.

5 Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. 6 Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.

7 Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. 8 Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. 9 Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu?

Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. 10 Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: 11 hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.”

12 Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.

Meditatio-Exegese

Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah

Yesus hadir di Bait Allah pada minggu terakhir hidup-Nya. Ia kembali ke halaman Bait Allah (Mrk. 11:27). Di tempat ini para imam, ahli Taurat dan tua-tua agama Yahudi menemui dan berselisih pendapat dengan-Nya.

Disajikan pelbagai pokok perselisihan pendapat: jual beli di Bait Allah (Mrk. 12:11-26), perselisihan dengan para iman, tua-tua dan ahli Taurat (Mrk. 11:27 dan 12:12), dengan kau Farisi dan Herodian (Mrk. 12:13-17).

Lalu perselisihan dengan orang Saduki (Mrk. 12:18-27) dan sekali lagi dengan ahli Taurat (Mrk. 12:28-40). Semua diakhiri dengan pujian Yesus pada janda miskin yang memberi persembahan seluruh hidupnya hari itu untuk Allah (Mrk. 12:41-44).

Perselisihan pendapat membantu untuk memahami dengan jelas tujuan tugas pengutusan Yesus. Di samping, perselisihan itu menyingkapkan niat yang selalu muncul dari lubuk hari para pemegang kuasa.

Mereka menangkapnya dan membunuhnya

Perumpamaan tentang kebun anggur merupakan tanggapan langsung Yesus pada mereka yang berkuasa. Perumpamaan ini meringkas seluruh sejarah Israel. Ringkasan yang indah ini dikutip dari perumpamaan yang dituturkan Nabi Yesaya (Yes. 5:1-7).

Melalui kisah ini, Yesus menanggapi para penentang-Nya yang mempertanyakan, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” (Mrk. 11:28).

Melalui perumpamaan tentang kebun anggur dan para penyewa, Yesus menyingkapkan asal usus kuasa milik-Nya. Dialah Sang Anak, Pewaris (Mrk. 12:6). Ia juga menyingkapkan penyelewengan yang dilakukan para penyewa, yakni para imam dan tua-tua. Mereka abai dalam merawat umat Allah (Mrk. 12:3-8).

Ia membela kuasa para nabi yang diutus Allah tetapi dibunuh para penyewa kebun anggur (Mrk. 12:2-5). Ia menelanjangi kekuasaan yang memanipulasi agama dan membunuh sang anak, karena mereka tidak ingin kehilangan sumber pemasukan yang bmereka kumpulkan demi mereka sendiri (Mrk. 12:7).

Mereka berusaha untuk menangkap Yesus

Allah menjatuhkan penghukuman tegas pada mereka yang memegang kekuasaan dan menyelewengkannya. Para pemimpin umat memahami dengan baik makna perumpamaan ini. Tetapi mereka tidak bertobat.

Mereka bersikukuh melaksanakan rencana untuk menangkap Yesus (Mrk. 12:12). Mereka menolak ‘batu penjuru’.

Sabda-Nya (Mrk. 12:10), “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.”, Lapidem quem reprobaverunt aedificantes, hic factus est in caput anguli.

Tetapi para pemuka umat tidak berani terang-terangan menangkap-Nya, karena takut pada orang banyak. Maka para murid dan tiap pribadi yang mengikuti-Nya harus tahu apa yang menanti jika mengikuti Yesus.

Orang-orang yang berkuasa pada zaman Yesus adalah orang-orang yang sama dengan yang dijumpai hari ini imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua (Mrk. 11:27), orang Farisi dan Herodian (Mrk. 12:13), dan  orang Saduki (Mrk. 12:18).

  • Para imam: mereka memegang kuasa untuk mengelola dan menyelenggarakan upacara kurban di Bait Allah, tempat seper sepuluh penghasilan dikumpulkan. Imam agung menempati kedudukan utama dalam hidup iman umat, khususnya setelah pembuangan Babel. Ia dipilih dari keluarga yang berpengaruh dan kaya.
  • Tua-tua: mereka adalah pemimpin wilayah, di desa dan kota. Mereka berasal dari keturunan 12 kepala suku kuna.
  • Ahli Taurat: mereka memiliki kewenangan untuk mengajar. Mereka mencurahkan seluruh hidup untuk mempelajari Hukum Tuhan dan mengajarkannya pada umat untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari. Tidak semua ahli Taurat berasal dari keturunan yang sama, sebagian dari golongan Farisi atau Saduki.
  • Farisi: kata ini bermakan ‘memisahkan diri’. Mereka berusaha keras agar melalui pelaksanaan Hukum secara murni, umat berhasil menjadi murni, suci seperti dituntut Hukum Tuhan dan Tradisi. Melalui teladan hidup dan norma saat itu, mereka menguasai hampir semua desa di Galilea.
  • Herodian: kelompok orang yang mengikat diri dengan Herodes Antipas, penguasa Galilia, 4 sebelum Masehi – 39 sesudah Masehi. Kaum Herodian membentuk kelompok elit yang tidak mengharapkan Kerajaan Allah di masa depan, tetapi kerajaan itu sudah ada dan hadir dalam kepemimpinan Herodes.
  • Saduki: kelompok elit yang berasal dari saudagar kaya dan tuan tanah. Mereka sangat konservatif. Mereka tidak menghendaki perubahan sosial yang diperjuangkan orang Farisi, misalnya: iman akan kebangkitan badan dan malaikat.
  • Sanhedrin: Mahkamah Agama Yahudi yang terdiri dari 71 orang anggota. Mereka berasal dari imam besar, tua-tua, Farisi dan ahli Kitab. Mahkamah ini memiliki kuasa amat besar atas umat dan mewakili bangsa Yahudi di hadapan penguasa Romawi.

Katekese

Batu penjuru: Sumber Keselamatan. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936:

Perumpamaan ini, yang mirip dengan cerita cinta, harus dipahami sedikit demi sedikit untuk menangkap tahap-tahap kasih antara Allah dengan umat-Nya. Kisah ini nampaknya menjadi sejarah kegagalan.

Allah, Bapa umat beriman, yang merawat umat seperti apa adanya, karena mereka sedikit dan mengasihi-Nya dan dibayangkan selalu mencurahkan kasih, nampaknya gagal. Maka, sejarah keselamat dapat disebut sebagai sejarah kegagalan.

Kegagalan itu dimulai  sejak saat pertama bahkan gagal dalam mimpi Allah, karena ada darah yang ditumpahkan, yakni darah Habel. Dari kisah ini terus berlanjut: darah seluruh nabi yang diutus untuk berbicara pada umat, membantu melindungi kebun anggur, hingga darah Anak-Nya.  Namun, di akhir terdapat Sabda Allah yang membuat kita merenung.

Apa yang akan dilakukan pemilik kebun anggur? Ia akan datang dan menempatkan umatnya di hadapan hakim. Tentang hal ini Yesus bersabda, “Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: 11 hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” (Mrk. 12:10).

Sejarah kegagalan berbalik arah. Apa yang ditolak menjadi kekuatan. Maka, nabi, orang diutus untuk berbicara pada umat, yang tidak pernah didengarkan, yang ditolak, akan memancarkan kemuliaan-Nya.

Dan Anak, yang terakhir diutus, yang benar-benar dicampakkan, diadili, tidak didengarkan dan dibunuh, akan menjadi batu sendi.

Walau bermula dari mimpi tentang kasih dan mampak menjadi sejarah kasih, tetapi nampaknya berakhir dalam sejarah kegagalan, sejarah ini berakhir dengan kasih Allah yang agung. Keselamatan-Nya mencampakkan penolakan. Melalui Anak-Nya yang ditolak, Ia menyelamatkan kita semua.” (Meditasi Pagi Di Kapel Domus Domus Sanctae Marthae, 1 Juni 2015).

Oratio-Missio

Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepada-Mu, atas seluruh anugerah yang Engkau berikan pada kami. Syukur atas seluruh derita dan penghinaan yang Engkau tanggung demi kami. Ya, Penebus yang berbelas kasih, sahabat dan saudara kami, semoga kami semakin mengenalmu, mengasihi-Mu lebih mesra, dan mengikuti-Mu lebih dekat, demi keselamatan kami. Amin. (Doa Santo Richardus dari Chichester, abad ke-13, terjemahan bebas)

  • Apa yang perlu kulakukan untuk setia mengikuti-Nya?

Lapidem quem reprobaverunt aedificantes, hic factus est in caput anguli – Marcum 12:10

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here