Selasa. Hari Biasa. Pekan Biasa XXII (P)
- 1Tes. 5: 1-6. 9-11
- Mzm. 27:1.4.13-14
- Luk. 4:31-37
Lectio
31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:
34 “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” 35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya.” Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.
36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar.” 37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.
Meditatio-Exegese
Entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia
Tradisi Kitab Suci sangat kaya dengan ungkapan ‘hari Tuhan’. Nabi Amos, misalnya, menyingkapkan makana ‘hari Tuhan’ yang membuat gentar dan menakutkan (Am. 5:18-20). Nabi Yesaya menyingkapkan makna yang penuh harapan, hari ketika Allah menyelamatkan Sion (Yes. 6:13; Yes. 49:8).
Dalam khotbah tentang akhir zaman (Mat 24; Mrk. 13; Luk. 21), Yesus menubuatkan kehancuran Yerusalam dengan gaya bahasa dan ungkapan yang mirip dengan Nabi Amos (bdk. Am. 8:9-14) ketika Ia bersabda tentang ‘hari Tuhan’.
Penghancuran Yerusalem menandakan berakhirnya masa sejarah keselamatan Perjanjian Lama dan menjadi pralambang kedatangan-Nya yang kedua sebagai Hakim atas seluruh alam ciptaan. Surat-surat Santo Paulus dan tulisan Perjanjian Baru lain, menyingkapkan ‘hari Tuhan’ sebagai saat ketika Yesus datang dalam segala kemuliaan sebagai Hakim (bdk. 1Kor. 1:8; 2Kor. 1:14).
Santo Paulus juga mengutip sabda-Nya yang digunakan saat bernubuat tentang kejatuhan Yerusalem untuk melukiskan bagaimana hari itu datang. Hari itu datang seperti pencuri (Mat. 24:43) dan rasa sakitnya seperti ibu yang sedang melahirkan (Mat. 24:19).
Maka, ia mengingatkan umat untuk mempersiapkan dirinya masing-masing menyongsong kedatangan-Nya di saat yang tidak diharapkan dan menyerukan untuk selalu berjaga-jaga. Karena masing-masing tak tahu kapan hari terakhirnya datang.
Sedangkan kedatangan Tuhan yang kedua akan mengejutkan seluruh alam semesta, termasuk manusia. Tiap pribadi manusia akan menghadapi kedatangan itu saat mereka berlaku benar atau pun berlaku jahat. Maka tidaklah bijaksana bila menunda-nunda pertobatan.
Pencuri beraksi tanpa kenal waktu. Ia hanya mengincar kapan pemilik harta lengah. Maka, menggunakan perumpamaan dari dunia kejahatan, Yesus mengajak tiap murid untuk selalu berjaga supaya saat pencuri datang, pemilik harta siap menghalau.
Artinya, tiap pribadi harus selalu dalam keadaan tanpa cela dan siap ketika menyambut kedatangan-Nya. Dengan kata lain, tiap pribadi harus dalam keadaan penuh rahmat baik di saat hidup maupun di saat mati, tidur, dikelilingi terang (1Yoh. 1:7) agar dianugerahi keselamatan.
Keselamatan dianugerahkan melalui Yesus. Nama Yesus bermakna Allah menyelamatkan. Tugas pengutusan itulah yang dilaksanakan Yesus Kristus (Mat. 1:21). “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:10).
Maka, Yesus Kristus adalah Sang Juruselamat, “Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12). Ia akan mengampuni dosa manusia (bdk. Kis. 5:31), karena itulah mengapa Ia wafat demi manusia.
“Dengan penderitaan” (Ibr. 2:10) Ia memenuhi tugas pengutusan yang dipercayakan pada-Nya. Melalui wafat-Nya, “Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi.” (Ibr. 5:9).
Kata murka bermakna penghukuman yang dijatuhkan pada mereka yang mati dalam keadaan dosa. Sedangkan keselamatan dalam Perjanjian Baru bermakna dilindungi dari bahaya dan hidup bebas dari
kecemasan. Maka, dibebaskan dari murka bermakna memperoleh keselamatan kekal.
Murka akan menimpa siapun, termasuk yang sudah dibaptis, bila ia menolak keselamatan yang ditawarkan Yesus. Pilihan untuk masuk dalam Kerajaan-Nya atau ditimpa murka berpulang pada tiap pribadi.
Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa
Warta Kerajaan Allah tak selamanya diterima dengan senang hati dan tanan terbuka. Maka, setelah ditolak orang sedesa-Nya, Yesus meninggalkan Nazaret menuju Kapernaum. Kota ini terletak di jalur perdagangan internasional yang merentang dari Mesir ke Babilonia.
Sebagai salah satu kota penting di jalur perdagangan internasional, Kapernaum, yang terletak di barat laut Danau Genesaret, diperlengkapi dengan pos penarikan pajak dan bea untuk para saudagar yang melintas di sepanjang jalur niaga. Kota itu juga dijaga satu garnisun tentara Romawi untuk menjaga keamanan.
Industri juga tumbuh subur di kota ini. Kapernaum mengolah ikan untuk dijadikan komoditi perdagangan dan membuat batu kilangan dan batu giling buah zaitun. Industri ini membuat Kapernaum makmur (David Padfield, 2017. www.padfield.com).
Yesus memilih Kapernaum sebagai basis pewartaan Kerajaan Allah karena letaknya yang strategis di jalaur perdangan internasional. Maka, kabar tentang Dia cepat menyebar ke penjuru Siria, dan “dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.” (Mat. 4:23-25).
Seperti biasa Yesus mengajar di sinagoga, yang dibangun karena kebaikan hati orang asing, perwira Romawi yang bersimpati pada agama Yahudi (Luk. 7:1-5). Barangkali pemimpin sinagoga menunjuk atau mengundang Yesus untuk tampil dan mengajarkan Kitab Suci.
Santo Lukas menggunakan kata διδασκω, didasko, mengajar. Kata ini bermakna lebih luas dari dari kata κηρυγμα, kerugma, mewartakan tentang keselamatan (bdk. Luk. 11:32).
Yesus pasti membacakan, menerangkan, mengajak orang untuk terlibat dalam tugas perutusan-Nya yang berpijak pada Yes. 61:1-2. Melalui nubuat nabi besar itu, Yesus mengumumkan tugas perutusan-Nya: mewartakan Kabar Suka Cita bagi kaum miskin; mewartakan pembasan bagi kaum tawanan; membuka mata orang buta; membebaskan para tawanan; dan mewartakan ‘Tahun Rahmat Tuhan’ telah datang.
Berbeda dengan orang Nazaret, pendengar Yesus di sinagoga takjub dan percaya. Mereka menerima Yesus, sebab perkataanNya penuh kuasa.
Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444, bersaksi bahwa sabda Yesus mampu menyembuhkan penyakit dan mengusir setan karena Ia adalah Sabda Allah Bapa yang hidup dan kuat (Yoh. 1:14; Ibr. 4:12): “Para hadirin, saksi perbuatan-Nya, takjub atas kuasa sabda-Nya.
Ia membuat mukjizat, tanpa menengadah untuk berdoa, tidak meminta kuasa dari orang lain untuk melakukannya. Karena Ia adalah Sabda Allah Bapa yang hidup dan kuat, melalui-Nya segala sesuatu diciptakan, dalam Dia segala sesuatu ada, dalam Dia setan dihancurkan dan mulut busuk roh jahat dibungkam.” (Commentary On Luke, Homily 12).
Diam, keluarlah dari padanya!
Yesus sadar akan kuasa setan. Kuasa itu selalu menghalangi-Nya melaksanakan kehendak Bapa. Cara yang dipakai oleh si jahat adalah cara yang sangat lembut, halus, tetapi menjebak. Dan siapapun yang terjerat tidak akan mampu melepaskan diri darinya. Roh jahat itu mengaku mengenal Dia.
Ia berusaha menyakinkan pendengarnya di sinagoga bahwa Yesus adalah Mesias, tokoh yang hebat dan dinantikan. Setan berusaha menggagalkan tugas perutusan-Nya (Luk. 4:34), ”Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.”, Scio te qui sis: Sanctus Dei.
Tanpa buang waktu Yesus menolak omongan setan. Ia tahu dari mulut mereka selalu keluar kepalsuan atau kebohongan atau pengalihan issue atau hoax, dalam istilah kekinian. Kuasa jahat merasuki banyak orang.
Kuasa itu mengasingkan dari pergaulan dengan komunitas yang menopang hidup mereka. Maka, Yesus mengusir dan mengalahkan mereka (Luk. 4:35), ”Diam, keluarlah dari padanya.”, Obmutesce et exi ab illo.
Yesus memulihkan orang-orang itu untuk menjadi diri mereka sendiri. Ia memulihkan hidup mereka agar mampu bertindak sesuai dengan nurani dan kemerdekaan-Nya.
Hari ini banyak orang juga terasing dari diri sendiri, karena ketergantungan pada sarana-sarana buatan. Ia menjadi budak konsumerisme dan materialisme. Ia menjadi pengikut setia propaganda/ajaran sesat.
Atau ia melilitkan diri pada pola hidup penuh hutang dan jerat rentenir. Bahkan, menjadi hamba atas pelbagai macam ketergantungan pada obat atau kenikmatan tak teratur.
Tidak mudah untuk membantu melepaskan dari seluruh jerat itu. Upaya pelapasan diri selalu dimulai dari pribadi yang bersangkutan.
Katekese
Penciptaan baru dimulai pada hari Sabat. Santo Ambrosius dari Milan, 339-397:
“Yesus melukiskan karya penyembuhan ilahi-Nya dimulai pada hari Sabat, untuk menunjukkan dari awal mula bahwa penciptaan baru dimulai ketika penciptaan lama berhenti. Ia menunjukkan pada kita bahwa Anak Allah tidak dikuasai oleh hukum, tetapi mengatasi hukum; dan bahwa hukum tidak dimusnahkan, tetapi digenapi (Mat. 5:17).
Karena dunia tidaklah cukup diciptakan melalui hukum tetapi oleh Sabda, seperti kita baca, ”kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kol. 3:9-10, Ef. 4:22,24).
Dengan jelas Ia memulai pada hari Sabat, sehingga Ia dapat menyingkapkan Diri-Nya sebagai Pencipta. Ia menggenapi karya yang telah dimulai dengan bersama-sama menjalin karya satu dengan karya lainnya.” (Exposition Of The Gospel Of Luke 4.58).
Oratio-Missio
Tuhan, sabdaMu adalah sabda kehidupan. Semoga aku tak pernah ragu akan kasih dan belas kasihMu yang menyelamatkan. Anugerahilan aku iman untuk selalu percaya dan melakukan sabdaMu dan bebaskanlah aku dari setiap dosa dan belenggu setan. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan dan aku benahi setelah membandingkan hidupku dengan hidup Yesus? Quod est hoc verbum, quia in potestate et virtute imperat immundis spiritibus, et exeunt? – Lucam 4:36