Home BERITA Lectio Divina 06.04.2021 – Aku Melihat Tuhan

Lectio Divina 06.04.2021 – Aku Melihat Tuhan

0
Aku Melihat Tuhan by Juan de Flandes.

Selasa. Oktaf Paskah I (P)

  • Kis. 2:36-41.
  • Mzm. 33:4-5,18-19,20,22.
  • Yoh. 20:11-18.

Lectio

11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”

14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 15 Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”

16 Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!,” artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”

18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. 

Meditatio-Exegese

Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus

Mesias, kata dalam bahasa Ibrani, dan, χριστος,  Kristos, dalam bahasa Yunani, memiliki makna yang sama: yang diurapi.

Istilah ini merujuk pada raja bangsa Israel yang diurapi Allah. Pada saat keruntuhan sistem kerajaan, bangsa Israel merindukan sosok Mesias dibangkitkan dari keturunan Daud. Ia akan diurapi Roh Allah.

Melalui serangkaian argumentasi yang rumit, penulis Kisah Para Rasul, Santo Lukas, menyingkapkan identitas asli Yesus Kristus. Ia merupakan penggenapan seluruh janji Allah akan Mesias. Tanda bahwa Yesus diterima dan dibenarkan Allah secara definitif adalah kebangkitan-Nya dari antara orang mati. 

Bagi Santo Lukas, Allah tidak meninggalkan Yesus, seperti saat Yesus berseru dalam kesepian-Nya (bdk. Luk. 23:44-49; Mrk. 15:33-41 dan Mat. 27:45-56). Ia tidak akan meninggalkan Yesus di dunia orang mati dan membiarkan tubuh-Nya rusak dan membusuk.

Allah yang membangkitkan Yesus menggenapi nubuat pemazmur, “Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah … bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.” (Mzm. 16:8-10).

Makam kosong bagi Santo Lukas merupakan kunci untuk memahami argumen kebangkitan Yesus. Makam kosong dari dirinya tidak bicara apa-apa.

Berbeda dengan Daud, yang jenazahnya masih bersemayam di makamnya di Yerusalem, jasad Daud masih ada di sana dan tidak dibangkitkan.

Sebaliknya, jenazah Yesus tidak didapati di dalam makam itu. Maka, kalau makam itu tidak kosong dan jasad-Nya masih di sana, warta tentang kebangkitan menjadi tidak bermakna.

Menggunakan argumen Mzm 110:1, “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”, Santo Petrus menyingkapkan bahwa bukan Daud yang dibangkitkan dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah.

Tetapi, Yesus, Anak Daud, yang dibangkitkan, naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan-Nya. Oleh sebab itu (Kis 2: 36), “seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”, certissime ergo sciat omnis domus Israhel quia et Dominum eum et Christum Deus fecit hunc Iesum quem vos crucifixistis.

Mengimani bahwa Yesus, yang disalibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus, menuntut para pengikut-Nya untuk “bertobatlah, memberi dirimu dibaptis agar diampuni, dan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis. 2:38).

Singkatnya, berbalik kepada-Nya dan hidup seturut dengan bimbingan Roh Kudus.

Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis

Tangis Maria Magdalena mengungkapkan kekecewaan. Ia terpuruk karena orang yang memesona hatinya telah gagal. Sosok yang dipercayainya ternyata mati di kayu salib dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri di bawah salib.

Walau kecewa dan putus asa, ia tetap menghormati Sosok yang dikenalnya dengan baik.

Ia ikut menguburkan-Nya dan pada rembang pagi di Minggu itu, ia kembali ke makan untuk merawat jenazah-Nya. Sayang, begitu sampai, didapatinya makam telah kosong!

Saat, ia terpuruk, terdengarlah sapaan, “Ibu, mengapa engkau menangis?” Spontan perempuan dari Magdala itu menjawab, “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan” (Yoh. 20: 13).

Maria dari Magdala mencari Yesus, yang dikenal dan dilayaninya selama tiga tahun.

Ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus

Sama seperti kedua murid yang berjalan ke Emmaus tidak mengenali Yesus, Maria menganggap Sosok yang dijumpainya adalah seorang tukang taman.

Padanya, Maria bertanya, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” (Yoh. 20:15).

Ia masih mencari Yesus yang dahulu. Ia mencari Yesus di masa lampau, yang dikalahkan musuh dan dihitung sebagai penjahat.

Di tengah kegalauan Maria, Yesus menyingkapkan diriNya dengan suara yang sungguh dikenal Maria. “Maria,” sapa-Nya.

Inilah tanda untuk mengenali-Nya. Ia menjawab, “Rabuni.” (Yoh. 20: 16). Yesus telah kembali menemuinya, Ia adalah Sosok yang sama dengan Dia yang disalib dan disaksikan bersama ibu-Nya.

Dia adalah Yesus yang dikenalnya dengan baik dan dikasihinya. Seruan-Nya tidak berubah, sama seperti Gembala yang baik, saat bersabda, “Ia memanggil masing-masing menurut namanya dan domba-Ku mengenal suara-Ku.” (Yoh. 10:3.4.14).

Aku telah melihat Tuhan

Saat bertemu Yesus, Maria berkeinginan untuk terus bersama-Nya. Ia tidak mau Yesus pergi meninggalkannya sendiri.

Tetapi, sabda-Nya menyentakkan kesadaran, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yoh. 20:17).

Ungkapan μη μου απτου, me mou haptou, Janganlah engkau memegang Aku, harusnya dipahami : janganlah ada keberatan di hatimu, karena Aku harus pergi kepada Bapa. Kisah ini mirip dengan ketiga rasul yang terus ingin bersama Yesus tinggal di gunung ketika Ia menampakkan kemuliaan-Nya (bdk. Mat. 17:1-13; Mrk. 9:2-13; Luk. 9:28-36).

Tetapi, Yesus justru mengutus Maria untuk mewartakan kebangkitan-Nya. Katanya kepada para rasul (Yoh 20:18), “Aku telah melihat Tuhan.”, Vidi Dominum. Ia menjadi yang pertama yang melihat Yesus yang bangkit. Maria dari Magdala menjadi apostola apostolorum, rasul bagi para rasul.

Katekese

Alleluia, Paskah. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430 :

“Karena terdapat dua periode waktu – yang satu adalah sekarang, dengan ditandai oleh pencobaan dan kesulitan hidup; dan yang lain yang akan datang, hidup dalam damai dan suka cita abadi – kita dianugerahi dua masa liturgi. Masa itu adalah masa sebelum Paskah dan sesudah Paskah.

Masa sebelum Paskah menandai pencobaan dan kesulitan yang kita alami dalam hidup di sini dan kini; sementara masa sesudah Paskah yang kita rayakan sekarang menandai kegembiraan yang akan menjadi milik kita di masa yang akan datang.

Apa yang kita rayakan sebelum Paskah adalah apa yang kita alami dalam hidup sekarang; apa yang kita rayakan setelah Paskah menunjuk pada sesuatu yang belum kita miliki.

Maka inilah alasan mengapa kita terus melakukan puasa dan doa pada masa itu; tetapi sekarang, masa puasa telah berakhir dan kita memusatkan perhatian pada masa sekarang untuk memuliakan-Nya.

Inilah makna kata Alleluia yang kita nyanyikan bersama” (dikutip dari Commentary on Psalm 148, 1-2)

Oratio-Missio

  • Tuhan, semoga aku tidak gagal mengenali suaraMu dan kehilangan penglihatan untuk mengenali kehadiramMu saat membuka Kitab Suci. Bukalah telingaku untuk mendengarkan sabdaMu yang hidup. Amin.
  • Apa yang perlu kulakukan di tengah pandemi untuk tetap setia menjadi saksi kebangkitanNya?

Venit Maria Magdalene annuntians discipulis, “Vidi Dominum.” – Ioannem 20:18.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version