Lectio Divina 06.11.2022 – Allah Orang Hidup

0
483 views
Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, by Sébastien Bourdon, abad ke-17

Minggu. Hari Minggu Biasa XXXII (H)

  • 2Mak. 7:1-2.9-14
  • Mzm. 17:1.5-6.8b.15
  • 2Tes 2:16-3:5
  • Luk. 20:27-38

Lectio (Luk. 20:27-38)

Meditatio-Exegese

Kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya

Tanpa henti Allah mengundang umat untuk taat pada hukum-Nya. Penulis Kitab Kebijaksanaan, Yesus bin Sirakh, menekankan bahwa rasa segan atau takut akan Tuhan adalah mahkota kebijaksanaan (Sir. 1:22), “Puncak kebijaksanaan ialah ketakutan akan Tuhan.”, Corona sapientiae timor Domini.

Kisah iman keluarga Makabe tidak hanya berhenti pada pernyataan akan kesetiaan, tetapi menjadi saksi akan kesetiaan pada Yahwe. Kesetiaan mereka tuntas hingga kematian menjemput. Dan terus menerus menginspirasi satu generasi ke generasi lain untuk menjadi pahlawan iman.   

Abad ke-6 sebelum Masehi, penguasa Persia mengijinkan bangsa Yahudi pulang dari pembuangan di Babilon ke Yehuda. Kemudian pada abad ke-4, Alexander Agung mengalahkan kemaharajaan Persia.

Setelah Alexander mati dalam usia muda , para jenderal perangnya membagi-bagi wilayah kekuasaannya, termasuk wilayah Yunani-Syria yang dikuasai Jenderal Seleukid. Wangsa ini kemudian menjajah bangsa Yahudi, seperti kesaksian Kitab Makabe 1 dan 2.

Abad ke-2 sebelum Masehi, Antiokhus Epifanes, penguasa Seleukid, memaksa setiap warga negara jajahannya mengikuti gaya hidup, bahasa, perilaku, adat istiadat dan agama Yunani. Bahkan, ia tak hanya mendirikan patung dewa Zeus di Bait Allah di Yerusalem, tetapi juga mempersembahkan kurban bagi dewa-dewi Yunani di sana.

Sejarahwan Yahudi, Flavius Josephus, melaporkan bahwa Antiokhus tidak hanya merampas harta benda Bait Suci dan membantai penduduk Yerusalem. Ia memaksa orang Yahudi yang saleh melanggar Hukum Musa dengan makan makanan najis, seperti babi (bdk. Im 11:1-8).

Ia juga memaksa umat Allah mendirikan altar berhala di atas altar Allah dan kurban babi harus dilaksanakan di atas altar baru itu. Umat harus mengabaikan ibadat pada Allah mereka.

Umat harus mendirikan kuil dan altar untuk berhala di setiap kota dan desa. Sunat dilarang. Siapa pun yang melanggar pasti dikenai hukuman hingga hukum mati (1Mak. 1:60-dst). (bdk. Antiquities of the Jews, 12:5.3-4; 12.6.1-3; Wars of the Jews, 1.1.1-2).

Di tengah upaya penghancuran iman akan Allah, dikisahkan tujuh pahlawan tanpa nama. Anak petama berkata orang yang jujur lebih memilih mati daripada berdosa (2Mak. 7:2), karena Allah akan mengganjar mereka (2Mak. 7:6).

Yang kedua mengatakan bahwa Allah akan membangkitkan mereka untuk menyongsong hidup kekal (2Mak. 7:9).

Anak ketiga mengungkapkan bahwa mereka akan dibangkitkan dan akan dipulihkan sesudah kematian (2Mak. 7:11).

Yang keempat mengungkapkan bahwa mereka yang berbuat jahat tidak akan memperoleh ‘kebangkitan untuk kehidupan’ (2Mak. 7:14).

Anak kelima menyingkapkan bahwa orang-orang jahat akan menerima penghukuman setelah kematian (2Mak. 7:17).

Anak keenam menyatakan bahwa ketika orang benar menanggung derita, derita mereka disebabkan karena mereka dihukum atas dosa mereka sendiri (2 Mak 7:18). Si bungsu dan ibunya bersaksi bahwa semua yang dikatakan saudara dan keenam anak lain adalah benar; tetapi, si bungsu menambahkan bahwa kematian yang mereka terima merupakan penebusan atas seluruh umat (2 Mak 7:37-38). 

Sang ibu berhasil mendidik dan menanamkan nilai kasih pada Allah dan setia pada Hukum-Nya pada ketujuh anaknya. Ketujuh orang bersaudara bersaksi tentang kepercayaan mereka akan kebangkitan orang benar dan janji akan hidup abadi oleh kuasa Sang Pencipta.

Masing-masing orang dengan gagah berani menerima konsekuensi sebagai martir dari pada mengingkari iman. Mereka berpegang teguh pada janji yang diberikan Allah seperti disampaikan kepada Nabi Daniel oleh Malaikat Mikhael pada abad ke-6 sebelum Masehi.

“Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.

Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu. Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.” (Dan. 12:1-2).

Yesus juga berbicara tentang dua situasi yang bertolak belakang akan dialami oleh mereka yang dibangkitkan dari kematian (Mat. 25:31-46). Hidup abadi dianugerahkan pada mereka yang setia dan mau menerima Dia; sedangkan kematian abadi diterima pendosa yang tidak mau bertobat dan mengingkari Yesus dengan menyangkal kewajiban mereka terhadap mereka yang miskin dan menderita.

Sabda-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”, Quamdiu fecistis uni de his fratribus meis minimis, mihi fecistis.

Orang Saduki tidak mengakui adanya kebangkitan

Kaum Saduki hanya percaya pada apa yang tertulis dalam lima kitab Taurat Musa. Mereka juga tidak menerima hukum-hukum lain yang diturunkan dari perintah pokok, seperti kaum Farisi  (bdk. Flavius Josephus, Antiquities of the Jews, 13.5.9; 13.10.6; 18:1.3; Jewish Wars, 2.8.14).

Dan, karena kebangkitan badan tidak ditulis dalam kelima kitab itu, mereka percaya bahwa jiwa mati bersama dengan kematian badan (bdk. Flavius Josephus, Antiquities of the Jews, 18.11-17). Santo Lukas menulis tentang kaum Saduki dengan pernyataan “tidak mengakui adanya kebangkitan” (Luk. 20: 27; Kis 23:8).

Mereka berasal dari kaum berpunya Yahudi – para imam, tuan tanah, dan pedagang (bdk. Flavius Josephus, Antiquities of the Jews, 13.10.6). Pengaruh mereka di Bait Allah dan Mahkamah Agama Yahudi amat besar.

Jabatan imam agung selalu jatuh pada kaum kolot ini. Namun, pengaruh dan aliran keagamaan ini lenyap bersamaan dengan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 70 Masehi.

Anak turun Imam Zadok (2Sam. 8:17; 15:35; 1Taw. 15:11; 16:39) disebut kaum konservatif atau kolot. Karena tidak percaya akan kebangkitan, mereka percaya ajaran tentang hukum pembalasan. Allah akan mengganjar orang yang setia melakukan perintah-Nya dengan kekayaan dan kemakmuran; dan Ia akan menghukum mereka yang berbuat jahat dengan kemiskinan dan penderitaan.

Maka, dapat dimengerti bahwa kaum Saduki tidak pernah mau menerima pembaharuan dalam tata hidup kemasyarakatan. Praktik keagamaan harus dipertahankan seperti apa adanya, tidak perlu berubah, karena Allah juga tidak berubah.

Wajar bahwa kelompok para imam ini bertentangan dengan para Farisi (bdk. Flavius Josephus, Antiquities of the Jews, 13.10.6). Tetapi dalam banyak kesempatan kedua kelompok itu bersatu melawan Yesus (bdk. Mat 3:7; 16:1).

Kisah perempuan yang bersuami 7 orang bersaudara ini secara fiktif dan kreatif diciptakan untuk mendukung kepercayaan mereka.  Kalau kehidupan setelah kematian sejajar dengan apa yang dialami sekarang – orang kawin-mawin, lalu siapa yang menjadi suami perempuan itu?

Inilah cara pandang mereka ketika harus mencari pembenaran atas hukum perkawinan ipar (Ul. 25:5-6). Dalam tradisi bangsa Semit kuna, termasuk bangsa Israel, saudara laki-laki atau kerabat dekat dari orang yang meninggal tanpa punya anak laki-laki wajib menikahi si janda agar :

  • menjamin keturunan orang yang sudah meninggal – anak laki-laki yang akan dilahirkan dianggap sebagai anak orang yang telah meninggal; dan
  • menjamin hidup janda itu. Perjanjian Lama mengisahkan dua kasus: Tamar dan Ruth.

Kitab Kejadian (Kej. 38:6-26) mengisahkan, “Sesudah itu Yehuda mengambil bagi Er, anak sulungnya, seorang isteri, yang bernama Tamar. Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia. Lalu berkatalah Yehuda kepada Onan, “Hampirilah isteri kakakmu itu, kawinlah dengan dia sebagai ganti kakakmu dan bangkitkanlah keturunan bagi kakakmu.” (Kej. 38:6-8).

Tetapi Onan juga dihukum dan mati, karena ia melakukan apa yang jahat (Kej. 38:10). Ia tahu bahwa secara hukum anak laki-laki yang akan dilahirkan Tamar tidak diakui sebagai keturunannya.

Maka setiap kali menghampir isteri kakaknya itu, ia membiarkan benihnya terbuang, supaya ia jangan memberi keturunan kepada kakaknya (Kej. 38:9). Mengetahui perilaku Onan dan tak menghendaki diperistri anaknya yang ketiga, Syela, Yehuda mengirim pulang Tamar kepada orang tua si menantu.

Tetapi, Tamar, kemudian menyamar sebagai pelacur di tepi jalan, tidur dengan Yehuda, yang tak mengenali menantunya sendiri dan mengandunglah ia anak kembar. Sadar akan kuatnya bukti yang dikuasai Tamar, Yehuda hanya mampu berkata, “Ia benar. Aku yang salah.” (bdk. Kej 38:26).

Kitab Ruth mengisahkan cerita yang sama tentang Ruth sendiri, seorang perempuan Moab, yang tetap menjanda, setelah menikah dengan salah seorang anak dari Elimelekh. Bersama dengan ibu mertuanya, Naomi, Ruth bertahan hidup dengan memungut sisa bulir gandum. Akhirnya, ia dinikahi Boaz, kerabat suaminya yang telah meninggal.

Perkara yang dikemukanan para Saduki mengingatkan akan kisah Tobia, anak Tobit, yang menikahi Sara, anak Reguel, janda dari tujuh suami. Semua suaminya mati dibunuh oleh Asmodeus, setan jahat itu,  sebelum memasuki kamar pengantin (Tob. 3:8). Tobia yang berhati mulia memiliki hak untuk menikahi anak Reguel karena perempuan itu masih terhitung satu suku dengannya (Tob. 7:9).

Yesus membungkam mulut para Saduki, karena tujuan perkawinan bukan melulu relasi suami istri. Tetapi juga mencakup kerja sama dengan Allah dalam menciptakan generasi berikut, bila dianugerahi keturunan.

Sabda-Nya, “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan.” (Luk. 20:34), karena orang yang hidup di dunia ini akan mati. Tetapi, “mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati.” (Luk. 20:35-36) tidak kawin dan tidak dikawinkan. Hidup tidak dilenyapkan, tetapi diubah.

Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub

Menggunakan kitab yang sama dengan yang diyakini kaum Saduki, Yesus mematahkan pemahaman mereka yang keliru. Saat Allah menyatakan  diriNya pada Musa, Ia bersabda (Kel. 3:6), “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.”, Ego sum Deus patris tui, Deus Abraham, Deus Isaac et Deus Iacob

Ia adalah Allah bapa leluhur Musa – Abraham, Ishak dan Yakub. Ia menjadi sahabat para bapa bangsa yang wafat ratusan tahun lalu, tetapi masih terus hidup bersama-Nya. Persahabatan antara Allah dengan para bapa bangsa – Abaraham, Ishak dan Yakub – tidak pernah terputus, kendatipun terhalang oleh kematian.

Pemazmur bermadah (Mzm. 73:23-24), “Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.”, Ego autem semper tecum; tenuisti manum dexteram meam. In consilio tuo deduces me et postea cum gloria suscipies me.

Merenungkan tentang kematian Kristus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Santo Paulus menulis, “Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.” (Rm. 6:10).

Yesus bersabda, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:25-26)

Katekese

Teladani para Makabe. Santo Yohanes Chrysostomus, Bapa Gereja, 340-407:

“Seluruh kekegigihan mereka dibuktikan di tengah amukan bahaya. Maka kita juga harus meneladan dengan cara menghadapi kecenderungan berbuat dosa secara tak masuk akal, amarah, kerakusan akan harta milik, hawa nafsu badani, kesombongan diri dan yang serupa lainnya.

Karena jika kita mampu mengendalikan api itu, seperti para Makabe lakukan dengan mengendalikan kecenderungan yang tak teratur, kita pasti mampu seperti mereka dan ikut ambil bagian dalam iman dan kemerdekaan rohani mereka.” (Homiliae in Maccabaeos, 1, 3).

Oratio-Missio

Semoga Tuhan Yesus meletakkan tangan-Nya di bola matamu juga, agar kami tak hanya melihat apa yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga yang tak dapat dilihat oleh mata. Semoga Ia membuka mata agar kami memperhatikan tidak perkara yang terjadi saat ini, tetapi juga perkara yang akan terjadi kelak.

Semoga Ia membuka membuka mata hati, agar kami memandang Allah dalah Roh. Demi Tuhan, Yesus Kristus, yang mulia dan berkuasa sepanjang segala masa” (terjemahan bebas: Doa Origenes, Bapa Gereja,  185-254)

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk memperoleh anugerah hidup bersama dengan Allah? 

Deus autem non est mortuorum sed vivorum; omnes enim vivunt ei – Lucam 20: 38

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here