Lectio Divina 07.08.2022 – Agar Pantas Dijumpai-Nya

0
361 views
Agar pantas dijumpai-Nya. Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala, by Vatican News.

Minggu. Hari Minggu Biasa XIX (H)

  • Keb. 18:6-9
  • Mzm. 33:1.12.18-19.20.22
  • Ibr. 11:1-2.8-19
  • Luk. 12:32-48

Lectio (Luk. 12:32-48)

Meditatio-Exegese

Umat-Mu mengharapkan keselamatan orang benar

Allah selalu menyelamatkan manusia. Tindakan penyelamatan-Nya selalu dilakukan-Nya berulang-ulang sepanjang sejarah hinga akhir zaman. Ia menjanjikan penyelamatan sesaat setelah manusia jatuh dalam dosa (Kej. 3:15).

Penulis Kitab Kebijaksanaan menyingkapkan bahwa Allah selalu menyelamatkan orang-orang benar, walau jumlah mereka hanya sedikit. Mereka serin disebut sebagai kaum yang tersisa, kaum anawim. Mereka selalu mengenangkan perlindungan dan tindakan penyelamatan Allah.

Penulis suci memusatkan perhatian pada penghayatan dan pengenangan akan tindakan perlindungan dan penyelamatan Allah pada peristiwa keluaran dari Mesir. Saat itu, Allah melindungi dan menyelamatkan orang benar dan menghancurkan para musuh-Nya.

Setelah menghantar dengan kisah ketika bangsa Israel masuk padang gurun dan diberi air minum (Keb. 11:2-5), disajikan lukisan tentang karya keselamatan Allah. Allah menggunakan air untuk menguji dan menyelamatkan umat-Nya (Keb. 11:2-14; bdk Kel. 17:1-7; Bil. 20:2-13) dan untuk menghukum bangsa Mesir yang menggunakan air untuk membinasakan umat Allah (Kel. 7:17-21; Kel. 1:15-16).

Hewan menyebabkan kelaparan di antara orang Mesir (Kel.9:6). Tetapi Allah mengirim burung puyuh untuk memberi makan umat-Nya di gurun (Keb. 16:1-4; Kel. 7:26-8:3; Kel. 16:9-13; Bil. 11:10-32). Allah mengirim ular berbisa di antara umat-Nya, tetapi juga menyediakan ular tembaga untuk menyembuhkan dari gigitannya.

Sebaliknya, bangsa Mesir menderita karena gigitan belalang dan latat tanpa ada penawar untuk menyembuhkan (Keb. 16:5-4; Bil. 21:4-9; Kel. 8:16-20; 10:4-15). Allah menurunkan hujan es yang meluluh lantakkan Mesir.

Tetapi Ia menurunkan hujan manna yang menghidupkan atas umat-Nya (Keb. 16:15-29; Kel. 9:13-35; Mzm. 78:47-49; Mzm. 105:32; Kel. 16:1-36; Mzm. 78:25; 105:40).

Keb. 17:1-18:4  menyingkapkan Allah menulah bangsa Mesir dengan kegelapan (Kel. 10:21-22), sedang umat-Nya tinggal dalam terang (Kel. 10:23). Dengan pilar api Allah berjalan di depan umat-Nya (Kel. 13:21-22). 

Keb 18:5-25 menyingkapkan bahwa bangsa Mesir yang membunuh anak-anak Israel (Kel 1:15-16) kehilangan anak sulung mereka (Kel. 11:1-10; 12:29-30), pada saat anak-anak Allah yang suci mempersembah kurban Paskah (Kel. 12:1-28). Sehingga bangsa Mesir dipaksa mengakui Israel sebagai anak Allah (Keb. 18:13).

Akhirnya, dalam Keb 19:1-12 penulis suci menyingkapkan bangsa Mesir meratapi kematian mereka dan berhenti mengejar-kejar umat Allah, karena mereka tertumpas di Laut Teberau. Sedangkan bangsa Israel melintasi laut dengan selamat (Kel 14:1-31) dan bersuka cita merayakan penebusannya (Kel. 15:1-21).

Penulis Kitab Kebijaksanaan mengajak untuk bermenung dan mengingat malam saat Paskah pertama di Mesir (Kel. 12:1-36). Umat Israel menunjukkan kesetiaan mereka pada perintah Allah yang disampaikan melalui Musa untuk mempersembahkan korban bagi Allah (Kel. 12:3-14).

Setiap keluarga mempersembahkan domba atau kambing  jantan, tidak bercela, berumur setahun; dan mengoleskan darahnya dalam tanda salib di kedua tiang dan ambang pintu.

Iman mereka akan Allah memberi mereka keberanian untuk melakukan ibadat di rumah-rumah dan makan daging kurban Paskah dalam komunitas keluarga pada saat malaikat kematian bergerak ‘melewati’ kediaman mereka, dan saat itulah Allah mencabut nyawa seluruh anak pertama, baik manusia maupun hewan.

Ketaatan dan pewarisan iman pada Allah yang melindungi dan menyelamatkan dilakukan terus menerus kepada anak turun mereka, dari satu generasi ke generasi berikut tanpa henti.

Mereka menghayati dan mengenangkan peristiwa Paskah, pembebasan dari perbudakan Mesir (Kel. 13:3-10).

Perjamuan Paskah dalam Perjanjian Lama ini menjadi pralambang Paskah Yesus Kristus. Pada Paskah Perjanjian Baru, Yesus Kristus mempersembah diri-Nya sendiri dalam penetapan Perjamuan Ekaristi di kala Perjamuan Terakhir.

Korban, mengucapkan sumpah dan perjamuan kudus merupakan sarana untuk membuat perjanjian biblis (bdk. Kej. 32:44, 53-54; Kel. 24:5, 11). 

Bagi Gereja Katolik yang memegang sumpah Perjanjian Baru, umat mengenangkan dan menghayati Paskah terakhir dan perjamuan suci Yesus Kristus yang Ia persembahkan di Ruang Atas di Yerusalem.

Dalam perjamuan itu Ia mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam  perjamuan suci yang baru yang ditetapkan sebagai perjanjian baru dan abadi (Luk. 22:19-20; 1Kor. 11:24-25).

Dalam penetapan Ekaristi, darah yang curahkan bukan darah anak domba dan anak domba yang dikorban bukan yang diperanakkan oleh induk domba.

Darah yang dicurahkan dan yang dikorbankan adalah Anak Domba Allah yang dipersembahkan di altar salib demi penebusan dosa manusia (bdk. Yoh. 1:29).

Dan melalui pengenangan akan Paskah Kristus dari kematian menuju hidup dalam penyaliban dan kebangkitan-Nya Gereja memperbaharui perjanjian dan harapan untuk diterima dalam perjamuan abadi.

Umat menghayati peristiwa Paskah Kristus dan mengharapkan keselamatan kekal setiap kali ambil bagian dalam Perjamuan Ekaristi.

Perjamuan ini terus berlangsung dalam lintasan waktu hingga Perjamuan Kawin Anak Domba dan Mempelai-Nya di dalam kerajaan-Nya yang abadi (Why. 19:7-9).

Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala

Yesus selalu mengajak para murid-Nya untuk bersiap. Sabda-Nya, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat.” (Luk. 12:35) berarti sikap siap untuk segera melakukan sesuatu.

Ia mengingatkan akan kisah keluaran dari Mesir, saat bangsa Israel merayakan Paskah, “… kenakanlah pakaian lengkap dan siap untuk berangkat. Pakailah sandalmu di kakimu dan tongkat di tanganmu.” (Kel. 12:11).

Pada masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kaum laki-laki memakai pakaian seperti sarung. Ikat pinggang harus terikat di pinggang untuk mengikat kain, ketika seseorang bersiap untuk segera bekerja, berperang, berjalan jauh (bdk. Yer. 1:17; Ef. 6:14; 1Ptr. 1:13). 

Pelita harus terus siap dinyalakan, karena tugas dilaksanakan baik siang maupun malam. Tanpa pelita orang mengalami kesulitan berjalan dan bekerja di kegelapan malam.

Dua kata digunakan Santo Lukas untuk mengungkapkan sikap batin berjaga-jaga: προσδεχομενοις, prosdechomenois dari kata kerja prosdechomai, menunggu dengan penuh harapan, menanti-nantikan; dan γρηγορουντας, gregorountas, dari kata grégoreó, berjaga-jaga.

Nasihat untuk berjaga-jaga harus diterapkan pada, pertama: sikap batin untuk waspada terhadap musuh dan iblis. Roh jahat selalu menunggu dan mencari waktu yang tepat untuk memangsa (Luk 4:13).

Santo Petrus mengingatkan (1 Ptr 5:8), “Sadarlah dan berjaga-jagalah. Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”, Sobrii estote, vigilate. Adversarius vester Diabolus tamquam leo rugiens circuit quaerens quem devoret.

Berjaga-jaga, selanjutnya, menggambarkan sikap batin menyambut kedatangan Yesus, yang sudah mengetok di pintu (Why. 20:3). Para murid tidak tahu kapan Ia mengetok pintu. Sang Tuan tidak pernah memberitahu kapan Ia mengetuk pintu atau pulang.

Pada saat Yesus hidup di Palestina, siang hari dibagi dalam 12 jam (Yoh. 11:9). Selanjutnya, saat malam, waktu dibagi dalam empat periode jaga: setelah jam 18 hingga 21.00; 21.00-00 tengah malam; 00.00-03.00; dan pada waktu pukul 03.00 terompet dibunyikan yang disebut sebagai ‘kokok ayam’ (bdk. Mrk. 13:35).

Pada waktu Ia datang dan mengetok pintu, para murid atau hamba yang berjaga-jaga akan menyambut-Nya dengan ikat pinggang terikat. Mereka mempersilakan-Nya masuk rumah. Selanjutnya, peran akan berubah.

Yesus, Sang Tuan, Kurios, mengundang hamba-hambanya ambil bagian dalam perjamuan-Nya. Lalu, Ia bertindak sebagai pelayan, seperti yang disingkapkan-Nya pada Perjamuan Terakhir. Dia, yang adalah Guru dan Tuhan, sekarang  menjadi hamba bagi semua (bdk. Yoh. 13:4-17).

Janji kebahagiaan abadi yang disingkapkan Tuhan bertolak belakang dengan apa yang dialami biasa ditemukan. Umumnya, seorang majikan akan tetap meminta pelayanan terbaik, walau hambanya letih, lesu dan lemah setelah selesai membajak atau menggembalakan ternak baginya.

Belum selesai si hamba istirahat, mengatur nafas dan minum, sang majikan pasti meminta, “Layanilah aku, segera.” (bdk. Luk. 17:7-10).

Jika tahu pukul berapa pencuri akan datang

Pencuri datang pada saat yang tak diduga. Dia tidak pernah memberi tahu kapan ia datang. Hal yang sama berlaku untuk kedatangan Anak Manusia. Kedatanan-Nya terjadi pada saat yang tak disangka-sangka.

Tuhan bersabda, “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.” (Mrk. 13:32).

Sejak abad pertama banyak orang terlalu mencemaskan tentang hari akhir yang sering diungkapkan dengan nada pesimis sebagai hari kemurkaan, dies irae.

Inilah hari pembalasan Allah atas kejahatan manusia. Nada pesimis muncul karena sikap batin yang abai pada kehadiran Allah.

Rentang waktu antara kedatangan-Nya yang pertama dan kedatangan-Nya kelak semestinya menjadi waktu untuk mempersiapkan diri menyambut-Nya, dan mencari wajah-Nya yang berbelas kasih.  

Santo Lukas justru dengan rinci menggambarkan perilaku jahat selama masa menanti kedatangan Sang Tuan, κυριος, kurios

Pengurus rumah abai akan kehendak Sang Tuan:  memukuli hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, makan, minum dan mabuk (Luk. 12: 45).

Maka, saat Sang Tuan datang, pengurus yang jahat dibunuh dan dibuat senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Dan orang-orang yang abai pada kehendak Sang Tuan akan dipukul sesuai dengan tingkat kesalahan-Nya.   

Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan

Anak Manusia, Yesus Kristus, seperti dalam penglihatan Nabi Daniel (Dan. 7:13-14) juga datang pada saat yang tidak diduga-duga. Ia kelak akan datang di akhir jaman dan setiap orang pasti akan menghadap ke hadirat-Nya setelah kematian.

Ungkapan iman akan kedatangan-Nya dirumuskan dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel (Puji Syukur, 2), “Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati, kerajaan-Nya takkan berakhir”, Et iterum venturus est in cum gloria, iudiare vivos et mortuos, cuius regni non erit finis.

Kedatangan-Nya di masa yang akan datang, parousia, diawali di sini dan sekarang ini. Siapapun yang bernurani bening pasti sadar akan kehadiran Allah, yang tinggal di antara kita, Emanuel (Mat 1: 23).

Ia hadir dalam peristiwa hidup sehari-hari, terutama di antara yang miskin (bdk. Mat 25:40).

Kesadaran akan kehadiran-Nya dan melayani-Nya yang hadir di antara yang miskin menjadi tolok ukur pengadilan-Nya. Pengadilan-Nya dilaksanakan melalui kematian.

Orang Kristen mempercayai bahwa kematian merupakan pertemuan dengan-Nya dan sebagai langkah masuk dalam kehidupan abadi (bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1020).

Tentang kematian, Bunda Gereja mengajarkan: “Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam Kristus (Bdk. 2Tim. 1:9-10).

Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua.

Tetapi berulang kali ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin (bdk. Luk. 16:22) dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik (bdk. Luk. 23:43).

Demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru (bdk. 2Kor. 5:8; Flp. 1:23; Ibr. 9:27; 12:23) berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa (bdk. Mat 16:26), yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia.” (Katekismus Gereja Katolik, 1021).

Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?

Setelah Tuhan mengingatkan untuk berjaga-jaga, Petrus mengajukan pertanyaan pada-Nya. Pertanyaan itu menjadi kunci untuk memahami perumpamaan ini.

Di satu sisi, Yesus menekankan bahwa murid-Nya benar-banar tidak tahu kapan Allah meminta masing-masing menghadap-Nya untuk mempertanggung jawabkan hidup.

Di sisi lain, seraya menjawab pertanyaan Petrus, Yesus menjelaskan bahwa ajaran-Nya ditujukan pada masing-masing pendengar-Nya di segala jaman, termasuk sekarang.

Allah akan meminta setiap orang mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya: tiap orang memiliki tugas perutusan yang harus ditunaikan selama hidup.

Dan ia mempertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Allah dan diadili berdasarkan perbuatan yang dilakukannya, entah banyak entah sedikit.   

Para bapa Konsili Vatikan II, dalam, mengajarkan, “Tetapi karena kita tidak mengetahui hari maupun jamnya, atas anjuran Tuhan kita wajib berjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia hanya satu kali saja (lih. Ibr. 9:27), kita bersama dengan-Nya memasuki pesta pernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati (lih. Mat 25: 31-46).

Dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas (lih. Mat 25:26) diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal (lih. Mat 25:41), ke dalam kegelapan di luar, di temapat “ratapan dan kertakan gigi” (Mat 22:13 dan 25:30).” (Konstitusi Dogmatik Terang Bangsa-Bangsa, Lumen Gentium, 48).

Katekese

Berjaga-jagalah terus menerus dan tak mengenal lelah, Santo Augustinus, Uskup Hippo, 354-430:  

”Berjaga-jagalah dengan sepenuh hati; berjaga-jagalah dengan sepenuh iman; berjaga-jagalah dengan sepenuh cinta; berjaga-jagalah dengan sepenuh kasih.

Berjaga-jagalah dengan perbuatan baik […], perbaharui dan isilah minyak batinmu dengan suara hati yang bening; maka, Sang Mempelai akan memelukmu di haribaan-Nya dengan kasih-Nya dan mengantarmu masuk ruang perjamuan-Nya, tempat di mana pelitamu tidak pernah padam.” (Sermon, 93).

Oratio-Missio

 Tuhan, Engkau lebih dahulu mengasihiku dan Engkau mencurahkan kasihMu bagiku. Penuhilah katiku dengan suka cita dan sikap murah hati agar aku selalu siap sedia melayaniMu dan melakukan apapun yang Engkau minta dariku. Amin.       

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk hidup pantas di hadapan Allah, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan?  

Et vos estote parati, quia qua hora non putatis, Filius hominis venit – Lucam 12:40

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here