Lectio Divina 08.09.2023 – Ia Akan Melahirkan Dia Yang Menyelamatkan Umat-Nya

0
241 views
Inilah silsilah Yesus Kristus, by Vatican News.

Jumat. Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria (P)

  • Mi. 5:1-4a atau Rm. 8:28-30
  • Mzm. 13:6ab. 6c
  • Mat. 1: 1-16. 18-23 atau Mat. 1:18-23

Lectio

18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” yang berarti: Allah menyertai kita.

Meditatio-Exegese

Hai Betlehem Efrata, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel

Di tengah ancaman kehancuran Kerajaan Utara, Nabi Mikha menggemakan harapan akan keselamatan. Bangsa yang memberontak melawan Allah akan dihancurkan dan buang. Mereka menggeliat, mengaduh, berjalan tertatih hingga Babel (Mi. 4:9-11).

Kekelaman tidak akan dibiarkan. Melalui Nabi Mikha, yang berasal dari Meresyet-Gat (Mi. 1:14), warta keselamatan digemakan dengan janji akan ‘seseorang yang akan memerintah Israel’ (Mi. 5:2), yang berasal dari Bethlehem, kota Daud, di Efrata, wilayah Yudea (Kej. 35:16.19; 1Sam. 17:19).

Nabi Mikha memperlawankan janji keselamatan dengan keadaan yang dihadapi umat dan Kerajaan Utara yang memberontak pada Allah. Raja Kerajaan Utara  yang harus tunduk pada Sanherib (Mi. 4:14) diperlawankan dengan Mesias sebagai raja yang jaya di Sion (bdk. Kej. 49:10-11; Bil. 24:15-19; Mzm 110; Yes. 9:1-6; 11:1-6; 32:1).

Raja yang besar dan berkuasa itu berasal keluarga miskin dari kota kecil dan tak diperhitungkan. Ia lahir di tempat itu, “hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel.” (Mi. 5:2).   

Bethlehem menjadi kota yang bermartabat, karena menjadi tempat kelahiran Daud. Maka, raja yang akan datang dan dilahirkan di sana pasti berasal dari keturunan Daud berdasarkan tradisi yang lama dihayati umat, seperti refleksi Nabi Mikha, “yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mi. 5:2).

Mesias dilahirkan dari seorang perawan ketika saat yang ditentukan tiba. Nabi Mikha mungkin teringat akan nubuat Nabi Yesaya tiga puluh tahun sebelum ia berkarya. Dalam Septuaginta digunakan kata παρθενος, parthenos.  Ia adalah seorang perempuan muda yang belum bersuami atau pun perempuan muda yang bersuami (bdk. Yes. 7:14).

Nubuat Nabi Yesaya dan Mikha dipenuhi dalam Perjanjian Baru. Mat. 1:23 melukiskan pemenuhan janji Allah dalam diri Yesus, yang diberi nama Imanuel, Allah menyertai kita. Ia menyertai dengan cara bertindak dan menggembalakan dalam kekuatan dan kemegahan nama Allah (Mi. 5:3).

Tak ada satu pun manusia, baik jelata maupun raja, yang tepat menggenapi nubuat para nabi kecuali Yesus. Ia memenuhi nubuat sebagai Mesias atau Kristus sesuai dengan warta Nabi Yesaya (Yes. 7:14; 9:5-6; 11:1-4) dan keturunan Daud (2Sam. 7:12-16; Mzm. 89:3).

Menjawab tuduhan kaum Yahudi tentang bahwa Yesus bukan Mesias atau Kristus dan Raja, para Bapa Gereja membela iman yang benar. Tertullianus, 155-220, menulis, “Karena anak-anak Israel menuduh bahwa kita telah melakukan kekeliruan yang sangat berat atas iman kepada Kristus, yang telah datang, baiklah kita menunjukkan pada mereka nubuat kedatangan-Nya […]

Ia lahir di Berhlehem di Yudea, seperti dinubuatkan nabi, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel.” (Mi. 5:1).” (Adversus Iudaeos, 13).

Santo Irenaeus menulis, “Pada jamannya, Nabi Mikha menyingkapkan daerah yang akan menjadi kelahiran Kristus: Bethlehem di Yudea. “Hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel.” (Mi. 5:1).

Bethlehem adalah tanah kelahiran Daud. Dan Kristus berasal dari keturunan Daud. Bukan hanya karena Ia dilahirkan dari Sang Perawan, tetapi Ia juga lahir di Bethlehem.” (Demonstratio praedicationis apostolicae, 63).

Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf

Santo Matius melukiskan bagaimana Yesus dikandung Ibu Maria (bdk. Luk. 1:25-38). Seluruh jemaat menghormati-Nya sebagai Bunda Allah, karena ia melahirkan seorang anak yang sungguh Allah dan sungguh manusia.

Menurut peraturan Hukum Musa, pertunangan berlangsung selama setahun sebelum resmi menjadi suami-istri dan kedua mempelai diizinkan hidup seperti layaknya perkawinan sah. Semenjak upacara pertunangan, surat cerai diperlukan bila ada keretakan.

Kedudukan pertunangan dalam tata urutan hukum Musa pun sangat tinggi, mengalahkan hukum perang. Prajurit yang belum bertunangan tetapi belum mengawini  tunangannya diijinkan pulang ke rumah untuk menghampirinya, supaya ia jangan mati dan orang lain mengawini mempelai perempuan itu (Ul. 20:7).

Seluruh kisah kelahiran Yesus mengajarkan, melalui pemenuhan nubuat Nabi Yesaya (Yes. 7:14), bahwa Yesus adalah anak turun Daud dari garis ayah, karena Yusuf adalah ayah-Nya yang sah. Ibu-Nya pun tetap perawan dan melahirkan-Nya sesuai nubuat nabi. Dan, Anaknya dikandung dengan cara yang ajaib dan tanpa campur tangan manusia. 

Yusuf, seorang yang tulus hati

Yusuf hanyalah seorang lelaki biasa. Tetapi, ia setia melaksanakan kehendak Allah, tepat seperti yang dikehendaki-Nya setiap saat sepanjang hidup. Maka, tradisi suci menghormatinya sebagai seorang pribadi yang tulus hati atau orang benar.

Dalam tradisi alkitabiah, pribadi yang tulus hati atau benar selalu dilukiskan sebagai hamba Allah yang baik dan setia. Ia selalu melakukan kehendak Allah, termasuk memelihara alam ciptaan-Nya (bdk. Kej. 7:1; Yeh. 18:5-9; Ams. 12:10) dan berperilaku terhormat serta berbela rasa pada sesama (bdk. Tob. 7:6; 9:6).

Maka, pribadi yang tulus hati dan benar selalu mengasihi Allah dan membuktikan kasihnya pada Allah dengan melakukan perintah-Nya serta melayani sesama.

Yusuf memandang tunangannya sebagai pribadi yang suci walau ia sadar akan tanda-tanda bahwa ia mengandung anak yang bukan darah dagingnya. Maka, ia menghadapi situasi pelik yang tidak dapat diurainya dengan akal budi.

Karena kepatuhan pada kehendak Allah, ia diam-diam merencanakan perceraian seperti diamanatkan Hukum Tuhan. Ia tidak ingin mencoreng nama baik istrinya di muka umum. Maka ia hendak menceraikan Ibu Maria diam-diam.

Namun, sikap diam Ibu Maria sungguh terpuji. Dengan sempurna ia tunduk pada kehendak Allah, bahkan hingga taraf yang paling ekstrim. Ia tidak pernah membela diri dan kehormatannya. Ia memilih menderita karena kecurigaan orang dan menanggung malu.

Ibu Maria tidak mengumbar apa yang dilakukan Allah secara ajaib pada dirinya. 

Kedua pribadi itu seolah-olah dibiarkan dalam keadaan dan pencobaan yang sulit. Yang membuat mereka keluar dari pencobaan dan kesulitan adalah kesetiaan pada Allah.

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus

Saat menghadapi kesukaran dan pencobaan, Yusuf diingatkan Malaikat Allah bahwa ia adalah anak Daud. Melalui dialah Bayi yang dikandung dalam rahim Ibu Maria dihubungkan dengan keluarga Daud, seperti nubuat Nabi Natan (bdk. 2Sam. 7:12).

Santo Yohanes Chrysostomus menulis, “Sejak semula, Malaikat langsung mengingatkan Yusuf akan Daud. Ia akan menjadi bapa leluhur Kristus. Melalui penyebutan nama leluhur yang sangat terkemuka, Malaikat Tuhan tidak menghendaki Yusuf gelisah hingga saat ia mengingatkan akan akan janji yang telah dibuat pada seluruh garis leluhurnya.” (Homily on Saint Matthew, 4).

Keluarga Yusuf dan Maria memberi nama Yesus, sesuai dengan pesan malaikat (Luk. 2:21). Allah memenuhi janji keselamatan pada diri-Nya. Ia bukan hanya harapan bagi umat Perjanjian Lama, tetapi juga bagi seluruh bangsa manusia. Dialah Penyelamat dunia.

Dalam diri-Nya kita menerima imamat rajawi dan diangkat menjadi umat-Nya yang kudus sebagai anak-anak Allah yang hidup.

Ia, Sang Juruselamat, tidak pernah meninggalkan manusia, karena Ia terus tinggal di antara kita (Mat 1:23), “Mereka akan menamakan Dia Imanuel.”, et vocabunt nomen eius Emmanuel.

Katekese

Kemanusiaan Yesus disingkapkan dalam garis keturunan-Nya. Severus dari Antiokhia,488-538. 

“Orang harus mengingat bahwa para Penginjil, atau tepatnya Roh Kudus yang berbicara melalui mereka, mengalami kesulitan besar untuk meyakinkan bahwa pembaca mereka sungguh mengimani Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia.

Karena apa yang telah mereka tulis, kemungkinan tak seorang pun meragukan bahwa Ia sungguh Allah. Di luar semua peristiwa yang berubah-ubah atau bayangan, dan menurut rencana Allah yang tersusun rapi, Ia sungguh manusia.

Inilah alasan mengapa Yohanes berkata, di satu pihak, ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”

Lalu ia segera menambahkan, “Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.” (Yoh. 1:1-2.14).

Maka, dengan tepat Matius menulis, ”Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.”  Di satu sisi, Ia tidak bisa di kisahkan hanya dari sisi kemanusiaan di antara keluarga-keluarga, karena tertulis, ”Siapakah yang akan menceritakan keturunannya?”, generationem eius quis enarrabit?” (Yes 53:8, Vulgata).

Berabad-abad sebelumnya, Ia tinggal bersama dan sehakikat dengan Bapa-Nya sendiri, sejak dari keabadian. Tetapi melalui garis keturunan ini Ia juga dihitung di antara keluarga manusia menurut daging.

Sesuai dengan kebenaran iman, seraya tetap sebagai Allah, Kristus menjadi manusia tanpa berhenti menjadi Allah, tak berubah hingga akhir waktu.

Inilah mengapa dalam garis keturunan itu tercantum nama para bapa bangsa, kisah dan perjalanan waktu dan pelbagai perubahan sejarah yang sesuai dengan sejarah manusia.

Melalui semua ini Matius memperjelas bahwa Kristus ambil bagian dalam silsilah manusia dan kodrat kemanusiaan kita.

Sebaliknya, beberapa orang mengira bahwa Ia hanyalah merupakan ilusi dan khayalan belaka, bukan sungguh menjelma menjadi manusia.

Renungkan apa yang mungkin dikatakan jika tiada satupun tertulis tentang silsilah-Nya.” (Cathedral Sermons, Homily 94).

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau datang untuk menyelamatkan kami dari kuasa dosa dan maut serta menganugerahkan pada kami hidup abadi dalam Kerajaan-Mu.

Semoga aku senantiasa bersuka cita melakukan tugas pengutusan-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menemani Yesus berkarya di sini dan kini?

pariet autem filium, et vocabis nomen eius Iesum: ipse enim salvum faciet populum suum a peccatis eorum – Matthaeum 1:21

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here