Lectio Divina 08.10.2023 – Hasilkan Anggur Manis, Bukan Asam

0
338 views
Ia dihina dan ditolak manusia, by Sigismund Goetze, dilukis pada 1904.

Minggu. Minggu biasa XXVII (H)

  • Yes. 5:1-7
  • Mzm. 80:9.12.13-14.15-16.19-20
  • Flp. 4:6-9

Lectio (Mat. 21:33-43)

Meditatio-Exegese

Dinanti-Nya keadilan dan kebenaran, tetapi hanya ada kelaliman dan keonaran

Kidung cinta mengalun merdu dan agung dari mulut Nabi Yesaya. Mewakili kekasih hatinya, Allah, nabi  melukiskan kebun anggur milik Sang Kekasih.

Melodi indah dan penuh harapan segera segera berubah menjadi sendu, menyayat hati, dan tanpa harapan. Disusul keputusan untuk menghancurkan milik-Nya sendiri. 

Yesaya dipanggil menjadi nabi-Nya pada saat kematian raja Yehuda, Uzia mangkat pada tahun 740 sebelum Masehi. Ia harus menyampaikan kemarahan dan keputusan Allah untuk menghukum umat pilihan-Nya sendiri, baik di Israel, di utara dan di Yehuda, di selatan.

Kerajaan Israel yang bersatu pada jaman Daud dan Salomo pecah menjadi dua kerajaan, Israel di utara dan Yehuda di selatan, pada tahun 930 sebelum Masehi.

Melalui perumpamaan, nabi menyingkapkan pilihan Allah pada umat yang diikat melalui Perjanjian Sinai  dan dilambangkan sebagai kebun anggur pilihan-Nya. Kebun itu dibedakan dari kebun-kebun anggur atau bangsa-bangsa lain yang menghuni muka bumi.

Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Allah sangat mengasihi kebun anggur pilihan-Nya. Kebun yang subur itu ada di perbukitan dan dirawat dengan sepenuh hati, seperti ibu merawat bayi yang baru dilahirkannya. Ia mencangkul, membuang bebatuan dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan.

Pemilik kebun anggur memperhatikan keselamatan kebun anggur dari segala gangguan. Ia mendirikan pagar berduri mengililinngi kebun. Ia melindungi dari gangguan binatang liar dan manusia yang hendak mencuri atau merusak tumbuhan di dalam.

Menara jaga yang didirikannya menandakan keistimewaan, karena jarang orang mendirikannya di kebun anggur. Menara jaga memungkinkan pemilik bersiap dan mengantisipasi gangguan yang datang dari jauh.

Tempat memeras hasil panen dipersiapkan. Di situlah para pekerja mengolah hasil panen untuk dijadikan minuman anggur mahal. Pendek kata, segala sesuatu telah dipersiapkan dan dilakukan untuk kebun anggur kesayangan-Nya.

Tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam, et fecit labruscas. Segera nada getir, putus asa dan kecewa  mengisi relung hati Sang Pemilik kebun anggur. Ia pasti mengingat janji yang setia Ia tepati saat menetapkan perjanjian di Sinai (Kel. 24:3-8).

Kepada umat pilihan-Nya Ia menjanjikan berkat dan perlindungan (Im. 26:3-13; Ul. 28:1-14). Ia merindukan buah perbuatan baik dan keadil sesuai ketetapan-Nya, tetapi tetapi yang diperoleh-Nya hanya anggur yang terasa asam.

Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu, Nunc ergo, habitator Ierusalem et vir Iudae, iudicate inter me et vineam meam. Bukan lagi nabi yang berbicara, tetapi Allah sendiri.

Nada bicara-Nya berubah drastis, tak lagi lembut tetapi tegas. Ia menantang umat pilihan-Nya berperkara seperti dua belah pihak yang berselisih di pengadilan.

Allah bersusah payah mengasihi Israel. Ia terus menerus menerus melakukan belas kasih dan penyelenggaraan untuk umat pilihan-Nya. Ia menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir; menuntun mereka memasuki Kanaan.

Kemudian Ia membimbing untuk hidup teratur di tanah yang baru melalui para hakim; mengalahkan para musuh yang berat, seperti Goliat; dan membentuk sebagai kesatuan bangsa melalui Daud dan Salomo. Allah menyayangi umat-Nya seperti seorang ibu menyayangi anaknya (Yer. 31:20) 

Ia berharap umat-Nya melakukan kehendak-Nya  dan menghasilkan keadilan dan kebenaran. Ia menggugat umat-Nya dan masing-masing pribadi (Yes. 5:4), “Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?”, Cur exspectavi, ut faceret uvas, et fecit labruscas?

Mereka mencampakkan perjanjian dengan Allah dengan tidak mematuhi perintah-perintah-Nya, menyembah dewa-dewi asing, dan menindas kaum lemah. Allah mengutus Nabi Yesaya untuk mengingatkan bangsa yang suka memberontak pada-Nya.

Ia menyampaikan pesan kuat bahwa Ia akan menggunakan bangsa yang sangat kuat sebagai sarana untuk mengadili bangsa pilihan-Nya. Penjatuhan hukuman selalu menjadi kesempatan bagi bangsa pilihan Allah untuk bertobat dan bersatu kembali dengan Allah mereka.

Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu.  Saat hati-Nya disakiti, terungkap kutukan yang menyayat hati. Ia membiarkan kebun anggur yang indah dan subur hancur berantakan.

“Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput.”

 Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya (Yes 5: 5-6). Pagar dan tembok bisa melindungi kebun anggur. Tetapi, bisa digantikan oleh manusia yang sewa siang dan malam.

Semak, puteri malu dan hama dapat diatasi dengan mencabuti, memotong, dan membakar. Hama lain dapat diatasi dengan racun. Yang tidak dapat diatasi manusia adalah air yang berasal dari hujan. Dan, hanya Allah saja mampu memerintahkan awan untuk menurunkan hujan.

Kebun anggur Tuhan ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam kegemaran-Nya. Identitas kebun anggur disingkapkan dalam Yes. 5:7. Kebun anggur itu adalah kaum Israel di utara dan Yehuda di selatan.

Nabi Hosea melukiskan Israel dengan perumpamaan tentang pohon anggur yang tumbuh besar dan berbuah di tempat yang subur, tetapi hanya menghasilkan tugu-tugu berhala (Hos. 10:1). Nabi Yesaya kembali mengidungkan nyanyian tentang kebun anggur (Yes. 27: 2-5).

Nabi-nabi lain juga menggunakan kiasan kebun, pohon atau buah anggur untuk melukiskan relasi Allah dengan umat-Nya: Nabi Yeremia (Yer. 2:21; 5:10; 6:9; 12:10) dan Nabi Yehezkiel (Yeh. 15:1-8; 17:3-10; 19:10.14).

Jejak tentang anggur diungkapkan juga dalam Mzm 80: 9-20 dan dalam Nyanian Musa  (Ul. 32:32-33). Gambaran yang sedikit berbeda diungkapkan penulis Sirakh, yang membandingkan kebijaksanaan dengan buah anggur (bdk. Sir. 24:23-30).

Akhirnya, perumpamaan tentang kebun anggur dan para penggarapnya digunakan oleh Yesus untuk meringkas sejarah keselamatan, termasuk pengalamanNya sendiri di antara para pemuka Yahudi  (Mat. 21:33-46; Mrk. 12:1-12; Luk. 20:9-19).

Namun, bunda Gereja mengajarkan bahwa, sebagai pewaris bangsa Israel purba, Gereja dipralambangkan sebagai kebun anggurNya. Para Bapa Konsili Vatikan II mengajar“Gereja itu tanaman atau ladang Allah (lih 1Kor 3:9). Diladang itu tumbuhlah pohon zaitun bahari, yang akar Kudusnya ialah para Bapa bangsa.

Di situ telah terlaksana dan akan terlaksanalah perdamaian antara bangsa Yahudi dan kaum kafir (lih Rom 11:13-26). Gereja ditanam oleh Petani Surgawi sebagai kebun anggur terpilih (lih Mat 21:33-43 par.; Yes 5:1 dst.). Kristuslah pokok anggur yang sejati.

Dialah yang memberi hidup dan kesuburan kepada cabang-cabang, yakni kita, yang karena Gereja tinggal dalam Dia, dan yang tidak mampu berbuat apa pun tanpa Dia (lih Yoh 15:1-15).” (Konsili Vatikan II,  Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Terang Bangsa-Bangsa, Lumen Gentium, 6).

Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka

Para pendengar Yesus langsung menangkap maksud perumpamaan tentang ketidak hadiran pemilik kebun anggur dan penyewa yang jahat itu. Sepanjang perbukitan Galiliea mata memandang hamparan kebun anggur.

Biasanya tuan tanah menyewakan kebun-kebun subur itu dengan sistem bagi hasil. Orang Farisi begitu tersinggung dengan perumpamaan ini, karena mengandung pesan dan peringatan, seperti nubuat nabi Yesaya bahwa Israel adalah “kebun anggur Tuhan” (Yes. 5:7).

Dan para pendengar Yesus pasti tahu perumpamaan itu mengacu pada perkara Allah berhadapan dengan umat-Nya yang keras kepala dan memberontak. Sabda-Nya, “Kebun anggur Tuhan semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran” (Yes. 5:7).

Melalui perumpamaan ini, Yesus menyingkapkan bahwa Allah selalu murah hati dan berlimpah kasih setia-Nya. Kebun anggur-Nya dilengkapi dengan segala hal yang dibutuhkan para penyewa.

Sang pemilik pergi dan mempercayakan pengelolaan pada para penyewa. Demikian juga Allah, Ia mempercayakan segala sesuatu kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan kebebasan untuk memilih yang dianugerahkan-Nya.

Perumpamaan ini juga mengajarkan pada kita tentang kesabaran hati Allah dan keadilan-Nya. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali ia mengampuni para penyewa kebun anggur-Nya dan melunaskan hutang mereka.

Tetapi, sementara para penyewa mencari untung dari kesabaran Sang Pemilik,  pengadilan dan keadilan-Nya, pada akhirnya, pasti dilaksanakan-Nya.

Kerajaan Allah akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah

Yesus menubuatkan baik kematian-Nya di salib dan kemenangan gilang gemilang yang akan didapatkan-Nya melalui kebangkitan. Ia tahu Ia ditolak dan dibunuh.

Tetapi Ia juga sadar bahwa penolakan dan pembunuhan bukan titik akhir bagiNya. Setelah penolakan dan kematian akan datang kemuliaan – kemuliaan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke sorga untuk duduk di sisi kanan Bapa.

Tuhan memberkati semua umat dengan menganugerahkan Kerajaan-Nya. Dan Ia berjanji bahwa kita akan menghasilkan banyak buah bila kita tinggal di dalam Dia (Yoh 15:1-11). Ia mempercayakan anugerah itu pada kita masing-masing dan meminta kita bekerja di kebun anggurNya – Tubuh Mistik Kristus.

Ia berjanji bahwa pekerjaan kita tidak akan sia-sia bila kita bertekun dalam iman sampai pada akhirnya (lih. 1Kor. 15:58). Selama bekerja kita mungkin mengalami pencobaan dan, bahkan, pengejaran. Tetapi, pada akhirnya, kemenangan kita raih.

Katekese

Hidup melalui kematian. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Jika Sang Sabda Allah tidak pertama-tama tinggal di dalam tubuh kita yang fana, Ia tidak mungkin wafat untuk kita. Hanya ketika Ia menjelma menjadi manusia seperti kita, Allah yang abadi dapat mati dan memberi hidup kepada manusia yang fana.

Maka, melalui cara berbagi seperti ini, Ia menganugerahkan pertukaran hidup yang luar biasa. Kodrat kita memungkinkan Ia wafat, dan Ia memberikan hidup bagi kita.” (Sermon 218C, 1)

Oratio-Missio

Kami bersyukur kepadaMu, Tuhan Yesus Kristus, atas seluruh anugerah yang telah Engkau karuniakan pada kami – atas semua derita dan penghinaan yang telah Engkau tanggung demi kami.

Ya, Penebus yang berbelas kasih, Sahabat dan Saudara kami, semoga kami mengenal-Mu lebih bening, mengasihi-Mu lebih berkobar, dan mengikuti jejak-Mu lebih dekat, demi keselamatan kami. Amin.” (Doa  St. Richard dari Chichester, abad ke-13).

  • Apa yang aku hasilkan: anggur manis atau anggur asam? Keadilan dan kebenaran atau kelaliman dan keonaran?

Ideo dico vobis quia auferetur a vobis regnum Dei et dabitur genti facienti fructus eius – Matthaeum 21:43

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here