Senin. Pesta Pembaptisan Tuhan (P)
- Yes. 42:1-4. 6-7 atau Kis 10:34-38
- Mzm. 29:1-2. 3-4. 3. 9-10 (11b)
- Mat. 3:13-17
Lectio
13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?”
15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes pun menuruti-Nya.
16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 17 lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Meditatio-Exegese
Datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan
Yesus mendatangi Yohanes Pembaptis untuk dibaptisnya. Kisah pembaptisan dilukiskan sangat rinci oleh para penulis Injil. Santo Lukas menulis Yesus memulai karya-Nya saat Ia berusia tiga puluh tahun (Luk. 3:23).
Tempat yang dipilih Yohanes untuk membaptis terletak di Betania yang di seberang sungai Yordan (Yoh. 1:28). Ke sanalah Yesus datang dari Nazaret, tempat Ia tinggal tersembunyi bersama Bapak Yusuf dan Ibu Maria, setelah diberitahu malaikat Tuhan untuk meninggalkan tempat pengungsian di Mesir (Mat. 2:19-23).
Banyak orang dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan (Mat. 3:5) menjumpai Yohanes. Mereka dibaptis seraya mengakukan dosa.
Tentang pembaptisan Yohanes, Gereja Katolik, dalam, mengajarkan: “Dalam diri Yohanes Pembaptis, Roh Kudus memulai dan mempratandai karya yang akan Ia selesaikan bersama dan dalam Kristus yakni pemulihan sifat “serupa dengan Allah” dalam diri manusia.
Pembaptisan Yohanes adalah pembaptisan untuk pertobatan. Pembaptisan dalam air dan dalam Roh Kudus akan menghasilkan satu kelahiran baru.” (Katekismus Gereja Katolik, 720).
Sepertinya, Santo Matius mempersiapkan kisah inti karya penebusan-Nya, yang akan digenapi-Nya kelak. Dalam babak akhir hidup-Nya dari tempat itu, Yesus “pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan Ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.” (Mat. 20:18).
Kematian-Nya pun sudah dirasakan-Nya semakin dekat dan disamakan dengan pembaptisan, seperti dikisahkan Santo Markus, “Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?”
Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.”
Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?”
Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.” (Mrk. 10:35-40)
Di samping Yesus, kaum Farisi dan Saduki datang ke tempat Yohanes membaptis. Namun, masing-masing memiliki dorongan maksud yang berlainan. Yesus datang untuk “menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15).
Sebaliknya, kaum Farisi dan Saduki datang untuk mengamat-amati Yohanes, untuk memastikan tidak ada pelanggaran Hukum Taurat dalam pembaptisannya (bdk. Mat. 3:7-12). Mereka pasti menyiapkan hukuman bila didapati bukti pelanggaran Yohanes atas praktek pembaptisan oleh anak imam Zakharia itu.
Engkau yang datang kepadaku?
Yesus, Orang Nazaret dan Yahudi sejati, ingin tahu tentang gerakan keagamaan yang dihembuskan Yohanes di antara umat Israel. Nampaknya Yesus setuju dengan pembaharuan yang dihembuskan Yohanes. Maka, Ia memutuskan untuk ambil bagian dalam pembaptisan Yohanes.
Ia tidak memohon pengampunan dosa, tetapi menyatukan diri-Nya dengan kaum pendosa. Ia ingin berbagi pengharapan dan kerinduan yang sama dengan semua manusia, laki-laki dan perempuan.
Bukan manusia yang datang menjumpai-Nya, tetapi Ia mendatangi manusia. Maka, saat sampai di tempat pembaptisan, Ia berbaur dengan orang Farisi, Saduki, pemungut cukai, prajurit dan pelacur, yang diterima tanpa pilih bulu oleh Yohanes .
Yohanes berusaha keras mencegah pembaptisan pada Yesus. Ia menyadari bahwa Yesus tidak perlu dibaptis, katanya (Mat. 3:14), “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?”, Ego a te debeo baptizari, et tu venis ad me?
Yohanes sadar bahwa ia perlu dibaptis oleh Yesus. Ia berbicara tentang dampak rohani pembaptisan Yesus, yakni: pencurahan Roh Kudus dalam jiwanya. Ia merasa harus disucikan oleh Kristus, dari dosa dan kekeliruan yang dilakukannya, dan hidupnya perlu disempurnakan oleh Roh Kudus.
Namun, kata-katanya sama sekali tidak mengandung arti bahwa Yesus harus membaptisnya dengan air, karena Ia belum menetapkan Sakramen Baptis. Gereja percaya bahwa Yohanes telah disucikan pada saat Ibu Maria mengunjungi rumah orang tua Yohanes. Saat Ibu Maria menyampaikan salam kepada sepupunya, Ibu Elizabet, bayi Yohanes yang dikandungan melonjak kegirangan.
Santo Chromatius, wafat 406, menulis, “Pembaptisan Yohanes bertujuan pada pertobatan. Maksud pembaptisan itu adalah mengarahkan pada pengikutnya untuk mengalami perubahan batin atas dosa yang telah mereka perbuat.
Akan tetapi Yohanes tidak pernah menghendaki seseorang menyimpulkan bahwa Yesus sendiri juga datang ke Sungai Yordan untuk bertobat dari dari dosa.
Maka ia langsung menunjuk-Nya dengan gelar Anak domba Allah dan Sang Juru Selamat yang menghapus dosa dunia. Ia yang mampu menghapus dosa seluruh dunia pasti tanpa dosa.
“Maka Yesus merendahkan diri untuk memenuhi seluruh pelaksanaan Hukum Taurat, dan dalam konteks ini Ia dibaptis Yohanes di Galilea di Sungai Yordan. Tetapi Yohanes, yang mengenali Tuhan sebagai Allahnya melalui Roh Kudus, mewartatakan bahwa ia tidak layak untuk melepaskan tali kasut-Nya.
Ia membebaskan diri dari tugas melakukan apa yang diperintahkan padanya, karena ia tak mampu menanggung pembaptisan yang harus diterima oleh Dia yang dikenalnya sebagai Yang datang untuk menghapus dosa-dosa dunia.
Ia justru merasa lebih berhagia bila ia sendiri dibaptis oleh Kristus, saat berkata, “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?”
Berkata seperti itu, seolah-olah, Yohanes berkata, “Aku hanyalah manusia. Engkau adalah Tuhan. Aku seorang pendosa karena aku manusia. Engkau tanpa dosa, karena Engkaulah Tuhan. Mengapa Engkau ingin dibaptis olehku? Aku tak menolak penghormatan yang Engkau berikan padaku, tetapi kau tak memahami rahasia ilahi ini.
Aku membaptis pendosa agar bertobat. Tetapi pada-Mu tak ada setitik dosa apapun. Maka mengapa Engkau ingin dibaptis? Mengapa Engkau ingin dibaptis sebagai pendosa?”
Inilah penghayatan Yohanes atas apa yang dikatakan Tuhan padanya.” (Tractate On Matthew 12:1)
Kita menggenapkan seluruh kehendak Allah
Atas rasa sungkan yang melanda Yohanes, Yesus menjawab (Mat. 3:15), “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”, Sine modo, sic enim decet nos implere omnem iustitiam.
Sabda-Nya “menggenapkan seluruh kehendak Allah” dipahami bahwa segala hal baik direstui Allah dan menghantar manusia pada kekudusan, walau itu perkara remeh-temeh, seperti: mengajar, membersihkan perangkat makan, membersihkan lantai.
Yohanes dan Yesus diutus untuk menjadi teladan bagaimana melaksanakan kehendak Allah dan saling membantu dalam mencapai kekudusan.
Maka, Yesus datang kepada sepupunya untuk dibaptis. Ia, yang menerima pembaptisan itu dan Yohanes, yang diutus untuk membaptis (Yoh. 1:33), memenuhi apa yang berkenan kepada Allah dengan melaksanakan kehendak-Nya.
Menerima pembaptisan Yohanes menandakan kerendahan hati. Bertolak belakang dengan mentalitas kaum Farisi dan Saduki yang selalu merasa diri benar di hadapan Allah, saat mereka hanya mengamat-amati apakah pembaptisan Yohanes sesuai hukum agama atau tidak.
Inilah Anak-Ku yang Kukasihi
Injil Matius menyingkapkan sembah sujud para Majus, yang mengakui Yesus sebagai Raja dan Tuhan. Santo Lukas juga menyingkapkan pengakuan iman Elisabet (Luk. 1:42-43), para malaikat (Luk. 2:13-14), para gembala (Luk. 2:20), dan Simeon serta Hanna (Luk. 2:30; 28).
Semua penulis Injil juga mencatat kehadiran Roh Kudus dalam rupa seekor merpati.
Santo Matius menyingkapkan (Mat. 3:17), “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”, Hic est Filius meus dilectus, in quo mihi complacui.
Allah membenarkan identitas Yesus sebagai Anak-Nya. Yesus, sungguh Allah, sungguh manusia, Adam yang baru, mendamaikan manusia dengan Allah dengan menenggelamkan diri di dalam air. Surga dibuka kembali setelah tertutup rapat karena dosa Adam.
Bumi yang dikutuk diberkati kembali.
Pembaptisan Yesus menjadi pralambang Ia turun ke tempat penantian dan memenuhi seruan pemazmur: “memecahkan kepala ular naga dan meremukkan kepala Lewiatan.” (Mzm. 74:13-14).
Maka, Sakramen Baptis bukan hanya pralambang, tetapi mengangkat manusia menjadi anak Allah dan meremukkan setan serta membebaskan manusia dari dosa asal.
Namun, ternyata tidak mudah untuk mengenali Sang Mesias, Yesus Kristus.
Yohanes sendiri, dari dalam penjara, masih merasa ragu dan mengutus murid-muridnya untuk bertanya, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat. 11:3).
Katekese
Melalui pembaptisan kita diselamatkan. Paus Fransiskus, Buenos Aires 17 Desember 1936:
“Pada saat Roh Kudus, dalam rupa seekor merpati, turun ke atas Yesus, yang memulai karya penyelamatanNya secara publik. Karya itu ditandai dengan: cara yang dilakukan seorang hamba yang rendah hati dan lembut hati, dipersenjatai hanya dengan kuasa kebenaran.
Inilah nubuat Nabi Yesaya, “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya… Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum” (Yes. 32:2-3). Seorang hamba yang rendah hati dan lembut hati.
Inilah cara Yesus, dan cara para murid Kristus melaksanakan karya perutusan: mewartakan Injil dengan lembut hati, tetapi juga kuat, tanpa berteriak-teriak, tanpa menggurui siapa pun, tetapi dengan cara yang lembut dan kuat, tanpa kesombongan atau permusuhan. Tugas pengutusan yang benar adalah bukan memasukkan orang menjadi Katolik, tetapi menghantar orang pada Kristus.
Lalu, bagaimana? Bagaimana cara menarik orang kepada Kristus dilakukan? Dengan cara menjadikan diri sendiri sebagai saksi, mulai dari mempersatukan diri denganNya tanpa kunjung putus dalam doa, adorasi dan dalam karya amal kasih.
Melalui pelayanan inilah Yesus hadir di antara saudara-saudari yang paling kecil. Ketika kita meneladan Yesus, Gembala yang baik dan berbelas kasih, dan digerakkan oleh anugerah panggulan-Nya, kita dipanggil untuk menjadikan hidup kita kesaksian yang penuh suka cita; kesaksian ini menerangi jalan yang membawa harapan dan kasih.
Pada perayaan hari raya ini kita menemukan kembali anugerah dan keindahan menjadi komunitas umat yang dibaptis, yakni, para pendosa.
Benar, kita semua adalah pendosa – yang diselamatkan oleh Yesus Kristus, yang sungguh sungguh dipersatukan, melalui karya Roh Kudus, dalam persekutuan dengan Yesus dan dengan Bapa, yang disambut dalam haribaan Bunda Gereja.
Komunitas ini memungkinkan semua menjadi satu saudara yang tak mengenal pelbagai hambatan atau batasan.” (Angelus, di Lapangan Santo Petrus, Minggu, 8 Januari 2017).
Oratio-Missio
Tuhan, hadirlah dalam hatiku. Kobarkan semangatku agar aku tak lelah menjadi saksi-Mu. Bantulah aku untuk membantu sesamaku berjumpa denganMu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mengantar sesama yang selalu kujumpai kepada Yesus?.
Hic est Filius meus dilectus, in quo mihi complacui – Matthaeum 3:17