Rabu. Pekan Biasa X (H)
- 2Kor. 3: 4-11.
- Mzm. 99: 5.6.7.8.9
- Mat.5:17-19
Lectio
17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain,
ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.
Meditatio-Exegese
Aku datang untuk menggenapinya
Berbeda dengan kebanyakan orang, Yesus memandang Hukum Tuhan secara positif. Ia menggemakan madah pemazmur, “Betapa kucintai TauratMu. Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mzm 119: 97).
Bagi orang Yahudi yang hidup sejaman dengan Yesus, Hukum Tuhan mengacu pada Sepuluh Perintah Allah atau kelima Kitab Musa, Pentateuch atau Taurat. Kitab-kitab itu memuat sejarah bapa bangsa dan bangsa, serta menerangkan perintah dan peraturan Allah kepada seluruh umat-Nya.
Hukum juga mengacu pada seluruh ajaran atau cara hidup yang dititahkan Allah pada umat-Nya. Hukum Tuhan bisa berpatokan pada tradisi lisan dan tradisi tertulis.
Tiada keraguan lagi, bahwa para cerdik pandai di bidang hukum, ahli Taurat, Farisi, menambahkan hal-hal baru yang sebenarnya tidak ditetapkan Allah. Inilah alasan mengapa Yesus mengutuk para ahli Taurat karena menambah beban dengan penerapan hukum yang tidak sesuai dengan keinginan Allah.
Yesus mengajarkan agar manusia menghormati hukum Tuhan. Manusia harus menghormati Tuhan sendiri dan Hari Tuhan; menghormati atau menaati orang tua; menghormati hidup, hak milik, nama baik sesama manusia; menghormati sesama yang berbuat jahat pada kita atau memiliki niat untuk memperbudak kita.
Sering manusia merasa sulit untuk melaksanakan hukum Tuhan. Tetapi apa yang tidak mungkin bagi manusia selalu mungkin bagi Allah. Karena Ia dengan murah murah hati menganugerahkan Roh Kudus bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Allah menganugerahkan rahmat-Nya, membantu, dan menguatkan kita masing-masing untuk mampu mengasihi seperti Ia mengasihi, mengampuni, menimbang dan mengadili. Ia bertindak penuh belas kasih, kasih setia dan rahim.
Allah mencintai kebenaan dan membenci kejahatan. Maka murid-Nya harus mengasihi perintah-Nya dan membenci setiap bentuk dosa dan perbuatan jahat.
Satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat
Ada pelbagai macam kecenderungan dalam hidup berjemaat pada masa Gereja Perdana. Beberapa mengira mereka tidak perlu lagi mempraktekkan hukum Perjanjian Lama, karena telah diselamatkan oleh iman kepada Yesus, bukan karena melaksanakan Hukum (Rm. 3:21-26).
Sebagian lainnya menerima Yesus, Sang Mesias, tetapi mereka menolak kemerdekaan dalam Roh. Mereka mengajarkan, terutama bagi mereka yang berasal dari agama Yahudi, harus tetap melaksanakan hukum Perjanjian Lama (Kis. 15:1.5).
Kelompok lain lagi percaya sepenuhnya bahwa mereka dimerdekakan oleh Roh. Mereka tidak lagi memandang penting hidup Yesus dari Nazaret, atau Perjanjian Lama, dan, bahkan, mereka berani berkata, “Terkutuklah Yesus.” (1Kor. 12: 3).
Di tengah praktik hidup rohani yang penuh tekanan, Santo Matius membina jemaat dengan cara menemukan keseimbangan atau jalan terbaik.
Jawaban atas masalah itu adalah sabdaNya, “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat 5:17-18).
Anggota jemaat tidak mungkin melawan Hukum atau tidak mungkin mengikuti hukum itu sampai rincian terkecil. Sama seperti Yesus, jemaat harus mampu melakukan dan menunjukkan dalam hidup sehari-hari.
Hukum Tuhan bertujuan untuk melaksanakan kasih sesempurna mungkin. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti Yesus melakukannya.
Maka, seluruh jemaat diundang untuk terus melaksanakan kasih dan mengajarkannya kepada generasi satu ke generasi lain.
Sabda-Nya (Mat. 5: 19), “Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga”, qui autem fecerit et docuerit, hic magnus vocabitur in regno caelorum.
Katekese
Apa yang kau ajarkan, lakukanlah. Santo Chromatius, Uskup Aquileia, Italia, sahabat Santo Yohanes Chrysostomus dan Santo Hieronimus, wafat 406 :
“Karena menghapus perintah Allah yang terkecil pun merupakan dosa, perintah yang lain pasti lebih besar dan penting. Karena Roh Kudus menguatkan melalui Salomo, “Barangsiapa mengabaikan hal yang kecil-kecil lambat laun mati” (Sir. 19:1b).
Maka tiada satu pun perintah ilahi dihapuskan; tiada satu pun diubah. Setiap perintah harus dipertahankan dan diajarkan dengan setia dan tekun agar kemuliaan Kerajaan Surga tidak pudar.
Tentu, perintah-perintah Tuhan dipandang tidak penting dan diremehkan oleh orang yang tidak setia dan berpikir secara duniawi. Namun perintah-Nya selalu bukan urusan remeh-temeh dan selalu penting bagi orang yang setia padaNya.
Karena Tuhan mengajarkan perintah-Nya dan melaksanakan semua. Bahkan hal kecil menunjuk pada kegemilangan Kerajaan Surga di masa depan.
Karena alasan ini, tak hanya kata-kata tetapi juga perbuatan menjadi penting; dan engkau tidak hanya hanrus mengajarkan, tetapi juga melaksanakan” (dikutip dari Tractate On Matthew, 20.2.1–3)
Oratio-Missio
- Ya Yesus yang baik, seandainya saja aku memiliki rahmat untuk benar-benar menyatu denganmu! Di tengah seluruh macam hal duniawi di sekitarku, ya Tuhan, satu-satunya yang kuinginkan adalah bersatu denganMu. Engkaulah kerinduan jiwaku.
Sang Sahabat hatiku, persatukanlah jiwaku yang sangat kecil ini dengan kebaikan hatiMu yang sempurna. Engkaulah milikku; kapan aku akan menjadi milikMu? Yesus, Tuhanku, Kekasih jiwaku, tariklah hatiku ke dalam HatiMu. Peganglah, genggamlah, dan satukanlah aku dengan Hati KudusMu selama-lamanya.
Engkau telah menciptakan aku demi diriMu sendiri; buatlah aku bersatu denganMu. Seraplah setetes kecil hidupku ke dalam samudera kebaikan, yang menjadi tempat asal hidupku. Amin. (Doa Santo Franciskus de Sales, 1567-1622, terjemahan bebas)
- Apa yang harus aku lakukan untuk selalu setia pada Hukum Kasih-Nya?
qui autem fecerit et docuerit, hic magnus vocabitur in regno caelorum – Matthaeum 5: 19