Lectio Divina 09.08.2023 – Sungguh Besar Imanmu, Ibu

0
262 views
Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki, by Vatican News

Rabu. Pekan Biasa XVIII (H)

  • Bil. 13:1-2a.25-14:1.26-29.34-35
  • Mzm. 106:6-7a.13-14.21-22.23
  • Mat. 15:21-28

Lectio

21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.”

23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” 24 Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.”

26 Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 27 Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”

28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Meditatio-Exegese 

Kita akan maju dan menduduki negeri itu

Di Kadesh, di gurun Paran, Allah meminta Musa mengirim mata-mata untuk mengumpulkan seluruh informasi tentang negeri yang dijanjikan-Nya. Empat puluh hari para mata-mata mengumpulkan informasi tentang tanah yang dijanjikan Allah.

Para mata-mata membenarkan apa yang dilukiskan Allah tentang negeri yang dijanjikan-Nya, negeri yang penuh dengan susu dan madu (bdk. Kel. 3:8). Tetapi, sangatlah kuat negeri itu dengan kota yang besar dan berbenteng kuat. Keturunan Enak, orang-orang raksasa pun tinggal di sana (bdk. Kej. 6:1-4).

Orang Amelek mendiami Tanah Negeb dan beberapa kali berperang melawan bangsa Israel (bdk. Kel. 17:8-6). Bangsa Hitit atau orang Het menguasai wilayah Timur Dekat, sekarang sekitar Libanon hingga Samaria pada abad ke 14 sebelum Masehi.

Orang Amorit menguasai wilayah lembah Sungai Tigris dan Efrat. Dan orang Yebus telah menduduki Yerusalem. Orang Kanaan menduduki  sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.

Tanggapan berlawanan merebak di antara anak-anak Israel. Kata Kaleb (Bil. 14:30), “Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!”, Ascendamus et possideamus terram, quoniam poterimus obtinere eam.

Yang bersikap pengecut dan gagal melihat kuasa Allah yang menyertai mereka mulai kasak-kusuk dan menebar pemberontakan melawan Allah dan Musa.

Mereka menuntur dan mengancam: menggantikan kedudukan Musa dan memilih orang lain sebagai pemimpin, merajam siapa pun yang percaya pada Allah, dan kembali ke Mesir. Tetapi, Harun memihak Musa dan Yoshua memihak Kaleb untuk menembus pertahanan penduduk wilayah Kanaan (Bil 14:6-8).

Musa memohon ampun pada Allah atas pemberontakan umat-Nya. Ia mengungkapkan alasan yang paling masuk akan yang dapat ditemukannya. Allah tak hanya memiliki nama menggentarkan semua bangsa dan tak mungkin menghanguskan bangsa yang dibebaskan-Nya dengan tangan kuat; tetapi juga panjang sabar dan penuh kasih setia (Bil. 14:13-19; bdk. Kel. 34:6-7).

Allah mengampuni dosa mereka dan tidak membiarkan pelanggaran tanpa hukuman. Ia tidak membinasakan umat-Nya, tetapi melaksanakan keadilan dengan membedakan siapa yang percaya kepada-Nya, seperti Kaleb dan mereka yang memberontak melawan-Nya. Kaleb dan Yoshua, yang percaya dan setia pada-Nya diijinkan masuk tanah terjanji.

Mereka yang telah mengalami kemuliaan Allah di Mesir dan tanda heran di gurun dan telah sepuluh kali memberontak (Bil. 14:22) tidak diijinkan masuk ke tanah terjanji. Mereka mengembara selama 40 tahun, setara waktu yang digunakan untuk memata-matai Kanaan. Selama kurun waktu itu, mereka mati di gurun.

Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud

Sepertinya Yesus menghindari perdebatan yang tak perlu dengan kaum Farisi dan ahli Kitab. Segera Ia meninggalkan Kapernaum dan pergi ke daerah Tirus dan Sidon, dua kota di tepi Laut Mediterania,  lima mil sebelah utara Israel.

Ia pergi ke daerah itu juga untuk menghindari Herodes Antipas, yang mungkin menangkap-Nya setelah pemenggalan kepada Yohanes Pembaptis. Terlebih, di sepanjang perjalanan Ia perlu mendidik para murid.

Ketika Ia dalam perjalanan, seorang perempuan Kanaan mendatangi-Nya. Santo Matius menggunakan sebutan ‘perempuan Kanaan’, mulier Chananea. Dalam Perjanjian Lama, penduduk Kanaan dianggap sebagai orang yang penuh dosa, jahat dan pemuja dewa kafir, sehingga harus ditumpas habis (bdk. Kej. 10: 6.15-20; Ul 20: 16-18). 

Namun, dari tengah bangsa itu, muncullah seorang ibu yang berteriak-teriak. Ia menarik perhatian Yesus dengan seruan yang tidak lazim, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud!”,  Miserere mei, Domine, fili David!  

Gelar Anak Daud yang diucapkan perempuan asing terdengar asing, tidak lazim dan mengungkapkan iman akan Yesus sebagai Juruselamat. Perempuan itu percaya karena warta tentang yang Yesus yang ia dengar dari mulut ke mulut sepanjang jalur perdagangan Via Maris, jalan ke laut (bdk. Mat. 4:15).

Di samping iman, kasih perempuan itu mendorongnya melupakan seluruh kekelaman masa lalu untuk mencari pertolongan pada Yesus yang dikabarkan mampu menyembuhkan pelbagai penyakit.

Teriakan-teriakannya sepanjang jalan terasa mengganggu dan para murid meminta Yesus mengusirnya. Tetapi, seolah-olah Yesus acuh tak acuh terhadap ibu yang malang itu. Padahal Yesus sedang mengujinya untuk membangkitkan iman di dalam dirinya.

Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing

Saat perempuan Kanaan itu muncul, ia memanggil-manggil Yesus.  Namun, ia mendapatkan jawaban yang seolah tidak mengenakkan hati.

Yesus mengutip nubuat Nabi Yehezkiel bahwa tugas pengutusan-Nya hanya untuk domba-domba yang hilang dari suku Israel (Yeh. 34). Tugas perutusanNya: mengumpulkan domba-doma yang tercerai berai dari kawanan bangsa Israel, menyembuhkan dan memulihkan umat Israel yang baru.

Tetapi, perempuan itu tidak mau mundur sejengkal pun. Ia malahan menyembah dan memohon, “Tuhan, tolonglah aku.”

Menanggapi permintaan itu Yesus menjawab, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 

Tradisi Rabbinik membedakan dua jenis anjing dalam Kitab Suci. Anjing yang dianggap najis adalah jenis anjing liar dan tinggal di hutan, seperti : serigala (Yeh 22:27), rubah (Yeh 13:4), buduk (Yer 50:39); sedangkan anjing rumah tidak dianggap najis. 

Santo Matius menggunakan kata  κυναριοις, kunariois, dari kata kunarion, bermakna dimininutif dari kata kuon, anjing kecil-anak anjing rumah. Bangsa Israel sering menyamakan bangsa asing seperti anjing, yang dianggap najis dan tidak digolongkan sebagai bangsa yang terikat perjanjian dengan Allah.

Untuk orang Yunani, kata anjing digunakan dengan acuan pada perempuan itu berkonotasi ‘tidak tahu malu’ dan ‘tidak terhormat’.

Santo Matius menulis ungkapan “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing.” (Mat. 7:6).

Jawaban ibu dari Kanaan itu ternyata sangat mencengangkan dan mengejutkan Yesus (Mat. 15:27), ”Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”, Etiam, Domine, nam et catelli edunt de micis, quae cadunt de mensa dominorum suorum.

Jawaban itu menyingkapkan iman perempuan bahwa rencana keselamatan Allah yang dilaksanakan Yesus bermula dari bangsa Yahudi (bdk. Yoh. 4:22), seperti disingkapkan Yesus pada perempuan Samaria di Sumur Yakub.

Perempuan itu mengambil keuntungan bahwa, jauh di dalam lubuk hati Yesus, keselamatan dilimpahkan kepada siapa saja, tanpa batas, jika  memiliki sikap batin bersih dan mau menerima uluran tangan-Nya.

Yesus ternyata memuji iman perempuan itu dan mengabulkan permintaannya, seperti yang dilakukan-Nya pada perwira Romawi yang meminta kesembuhan untuk anaknya (Mat. 8:5-10).

Padanya, Yesus bersabda (Mat. 15:28), ”Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”, O mulier, magna est fides tua! Fiat tibi, sicut vis.

Katekese

Ibu dari bangsa-bangsa bukan Yahudi. Santo Epiphanius, Orang Latin, Bapa Gereja akhir abad ke-5:

“Setelah Tuhan kita meninggalkan wilayah bangsa Yahudi, Ia sampai ke daerah Tirus dan Sidon. Ia meninggalkan bangsa Yahudi di belakang dan mendatangi bangsa asing. 

Mereka yang ditinggalkan-Nya di belakang tetap tinggal dalam kebinasaan. Sedangkan mereka yang didatangi-Nya memperoleh keselamaan yang dirindukan setelah lama dicampakkan.

Dan seorang perempuan datang dari wilayah yang diasingkan serta berseru-seru pada-Nya, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud.” Oh, misteri yang agung. Tuhan keluar dari bangsa Yahudi, dan perempuan itu keluar dari wilayah bangsa asing.

Ia meninggalkan bangsa Yahudi di belakang, dan perempuan itu meninggalkan berhala dan cara hidup najis di belakang. Apa hilang, ia temukan. Dia yang diingkari karena hukum, sekarang ia  percayai melalui iman.

Perempuan ini menjadi ibu bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan ia mengenal Kristus melalui iman. Maka, atas nama anaknya perempuan, umat dari bangsa bukan Yahudi, ia memohon kepada Tuhan. Anaknya perempuan telah tersesat karena berhala dan dosa dan menderita sangat parah karena kerasukan setan.” (Interpretation Of The Gospels 58 ).

Oratio-Missio

Tuhan, kasih dan belak kasihMu tak mengenal batas. Semoga aku selalu percaya padaMu dan mencari Engkau dengan ketekunan yang tak terpatahkan seperti ibu dari Tirus dan Sidon ini. Kuatkanlah imanku, agar aku mampu mengalahkan kejahatan yang bersemayam dalam diriku. Amin.  

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menumbuh kembangkan imanku?

O mulier, magna est fides tua! Fiat tibi, sicut vis – Matthaeum 15:28

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here