Lectio Divina 1.5.2024 – Bersatu dengan Pokok Anggur

0
44 views
Akulah pokok anggur, by Susan Minteer Hovel.

Rabu. Minggu Paskah V. Santo Yusuf Pekerja (P)

  • Kis. 15:1-6
  • Mzm. 122:1-2.3-4a.4b-5
  • Yoh. 15:1-8

Lectio

1 “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

Meditatio-Exegese

Bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu

Paulus dan Barnabas kembali ke komunitas iman yang mengutus mereka, Gereja Antiokia di Syria. Saat itu Gereja ini menjadi induk dari komunitas-komunitas lain di luar Yerusalem.

Tetapi, komunitas itu terancam perpecahan karena ajaran palsu. Orang-orang Kristen yang berlatar belakang Farisi, yang diidentifikasi Paulus sebagai “beberapa orang dari kalangan Yakobus” (Gal. 2:12), datang ke Antiokia dan mengajarkan, “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” (Kis. 15:1).

Paulus, Barnabas dan para pemimpin jemaat yang berasal dari bangsa bukan Yahudi menentang pandangan ini. Bagi mereka, bangsa bukan Yahudi cukup dibaptis untuk menjadi pengikut Kristus, tidak perlu masuk agama Yahudi terlebih dahulu dengan penyunatan dan melaksanakan Hukum Taurat.

Untuk mengatasi silang pendapat dan perpecahan, jemaat Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas pergi ke Yerusalem untuk meminta pendapat dan keputusan para Rasul dan pemimpin jemaat induk Yerusalem.  

Melalui kepemimpinan Petrus dan bimbingan Roh Kudus, para pemimpin jemaat mampu menyelesaikan perkara sulit yang mengancam kesatuan Gereja. Mereka mampu menafsirkan dengan tepat janji dan perintah Allah untuk keselamatan manusia dan cara yang harus ditempuh bangsa bukan Yahudi dalam memasuki Israel Baru.

Konsili Yerusalem menjadi model serangkaian konsili gerejani, termasuk Konsili Vatikan II. Maka seluruh konsili Gereja memiliki ciri khas seperti konsili pertama, yakni:

  • Konsili diikuti oleh pemimpin dari seluruh gereja, bukan hanya dari kawasan/wilayah tertentu;
  • Konsili menetapkan peraturan yang mengikat seluruh umat Kristen;
  • Isi seluruh ketetapan pasti berkaitan dengan moral dan iman;
  • Ketetapan ditulis dan diumumkan kepada seluruh Gereja secara resmi;
  • Petrus memimpin konsili. 

Kitab Hukum Kanonik, kanon 338-341, mengatur bahwa hanya Paus memiliki hak untuk memimpin dan memanggil para uskup dan orang lain yang memiliki martabat uskup untuk menghadiri konsili ekumenis. Keputusan konsili tidak sah bila tidak disetujui dan dipromulgasi atau diundangkan oleh Paus.

Konsili Yerusalem diselenggarakan tahun 49 atau 50. 

Akulah pokok anggur yang benar

Yesus menyingkapkan cara-Nya memberi hidup dan makanan pada semua murid-Nya, seluruh Gereja-Nya. Ia melukiskan cara-Nya  kisah pokok anggur memberi hidup dan makanan pada tiap cabang, dahan dan ranting, hingga pucuk daun. Sabda-Nya (Yoh. 15:1), “Akulah pokok anggur yang benar”, Ego sum vitis vera.

Perumpamaan ini menyingkapkan misteri akan kesatuan Gereja dengan Kristus. Santo Paulus menyatakan bahwa manusia disatukan dalam kematian dan kebangkitan-Nya serta tiap jemaat saling terhubung dalam kesatuan tubuh (bdk. Rm. 6:4-6, Rm. 12:5; 1Kor. 12:12-14; Ef. 1:19-23; 4:15-16; 5:29-32; Kol. 2:19).

Dalam Perjanjian Lama anggur menjadi lambang Israel sebagai umat yang dikasihi Allah (bdk. Mzm. 80:8-12; Yes. 5:1-4; Yer. 2:21). Pada era para Makabe pohon anggur terukir dalam setiap keping uang logam Yahudi, sebagai lambang negara.

Maka, umat Israel menjadi umat kesayangan Allah. Ia merawatnya, seperti petani merawat kebun anggur sendiri. Sebagai pemilik kebun anggur, Ia merindukan buah anggur bermutu tinggi. Ia mengharapkan  eadilan dan kebenaran bersinar laksana matahari.

Namun, kebun-Nya hanya menghasilkan anggur liar, asam, bahkan, busuk (bdk. Yes. 5:1-4; Yer. 2:21). Nabi Yesaya mengalami bahwa umat-Nya hanya menghasilkan kelaliman dan keonaran (bdk. Yes. 5:7).

Yesus melukiskan dua situasi. Walau sementara murid masih bersatu dengan-Nya, mereka yang tidak menghasilkan buah anggur. Yang lain menghasilkan buah, tetapi masih harus menghasilkan lebih banyak buah lagi.

Dengan makna serupa, Santo Yakobus menegaskan (Yak. 2:17): ”Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”, fides si non habeat opera mortua est in semet ipsam.

Maka, iman harus diwujud nyatakan atau bekerja dalam kasih atau perbuatan baik. Ditegaskan Santo Paulus, “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” (Gal. 5:6).

Yesus menggunakan kata kerja yang dipakai petani buah anggur: memotong dan membersihkan. Maka, Sang Pengusaha kebun anggur akan memotong ranting yang tidak berbuah. Kemudian, ia membersihkan ranting lain yang berbuah, agar menghasilkan lebih banyak buah (bdk. Yoh. 15:2). 

Ia menegaskan bahwa Ia tidak suka dengan komitmen setengah hati. Maka, Ia memurnikan siapa pun yang menjadi milik-Nya dengan menghadapkan pada tantangan, kesulitan, bahkan, penentangan. Tantangan itu serupa dengan pemotongan dan pembersihan, agar milik-Nya menghasilkan lebih banyak buah. 

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya

Tiap murid Yesus harus tetap tinggal dan bersatu dengan-Nya. Tinggal dan bersatu dengan-Nya menjamin bahwa ia dihidupi oleh pokok anggur dan dirawat Sang Pemilik kebun anggur.

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yoh. 15:4).

Bila tinggal di dalam Pokok Anggur (Yoh. 15:5), seperti ranting yang sehat, tiap murid-Nya yang hidup dan menghayati kekudusan menghasilkan buah Roh Kudus: kebenaran, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri (Rm. 14:17; Gal. 5:22-23). 

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu

Relasi Yesus dengan Bapa-Nya  menjadi teladan hidup tiap murid-Nya.  Ia bersabda, ”Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” (Yoh. 15:9). Yesus meminta tiap murid-Nya untuk tinggal pada-Nya dan sabda-Nya tinggal di hati tiap murid-Nya.

Bahkan, Ia menekankan, ”Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7). Bapa menghendaki manusia menjadi murid-murid Yesus. Dengan cara itu, kita dapat menghasilkan lebih banyak buah.  

Katekese

Jalan sederhana menuju kekudusan. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936:

“Kekudusan yang kepadanya Tuhan memanggilmu akan tumbuh lewat gerak-sikap sederhana. Contohnya: seorang perempuan pergi berbelanja, dia bertemu tetangganya dan mereka mulai berbincang, namun kemudian mulailah mereka menggunjing.

Akan tetapi dia berkata dalam hatinya, “Tidak, aku tidak mau membicarakan keburukan orang”. Hal ini merupakan suatu langkah menuju kekudusan. Kemudian, di rumah, salah seorang anaknya ingin bicara dengannya tentang harapan serta mimpinya, dan meskipun dia lelah, dia tetap duduk di sampingnya dan mendengarkan dengan sabar dan penuh kasih.

Hal ini merupakan suatu pengorbanan lain yang menguduskan. Pada saat dia mengalami saat-saat kesedihan yang mendalam, namun karena mengingat akan kasih Perawan Maria, lalu dia mengambil rosario dan berdoa dengan iman. Inilah suatu jalan lain kekudusan.

Lalu ketika keluar ke jalan, ia berjumpa dengan orang miskin dan berhenti sejenak untuk berbicara kepadanya dengan kasih. Ini juga satu langkah menuju kekudusan.” (Ensiklik Gaudete et Exultate, Bersukacitalah dan Bergembiralah, 16) 

Oratio-Missio

Tuhan, semoga aku selalu bersatu dengan-Mu dalam setiap perkataan dan perbuatanku. Semoga Engkau memelukku agar aku mampu memuliakan-Mu dan menghasilkan buah bagi Kerajaan-Mu. Amin.

  • Apakah yang perlu kulakukan agar mau dirawat Pemilik Kebun Anggur dan menghasilkan buah Roh? 

Ego sum vitis vos palmites. Qui manet in me, et ego in eo, hic fert fructum multum, quia sine me nihil potestis facere –  Ioannem 15:5

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here