Lectio Divina 10.01.2021 – Inilah Anak-Ku

0
371 views
Inilah Anak-Ku yang Kukasihi -peristiwa pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. (Ist)

Minggu. Pesta Pembaptisan Tuhan (P).

  • Yes. 42.1-4, 6-7
  • Kis. 10:34-38
  • Mrk. 1:7-11

Lectio

7 Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. 8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. 10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. 11 Lalu terdengarlah suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Meditatio-Exegese

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan

Allah memaklumkan rencana keselamatan-Nya (Yes. 42:9) setelah Ia menyingkapkan kuasa-Nya melalui penciptaan alam semesta (Yes. 40:12-31) dan kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia (Yes. 41:1-29). Rencana-Nya disingkapkan melalui nubuat Nabi Yesaya bahwa Ia akan mengutus Hamba-Nya.

Nubuat yang berbentuk madah agung terbagi dalam empat madah dengan tema utama tentang Hamba Yahwe dan tugas pengutusannya (Yes. 42-55). Madah nubuat ini disebut “Madah Hamba Yahwe”. Yes. 42:1-9 umum dikenal sebagai madah pertama atau bait pertama madah itu dan ditempatkan pada bagian kedua Kitab Nabi Yesaya.  

Bagian kedua dari Kitab Nabi Yesaya mengacu pada peristiwa sejarah yang terjadi dua abad setelah Yesaya pertama. Bangsa Israel tidak lagi dijajah Asyur, tetapi Babel, yang menaklukkan Yesusalem tahun 587-586 SM. Kemudian disusul serangkaian pembuangan para pemuka Yehuda dan Yerusalem ke Babel.

539 sebelum Masehi, Koresh (Cyrus), raja Persia mengizinkan para buangan pulang ke tanah air, Palestina, setelah ia mengalahkan Babel. Peristiwa ini bergema dalam nubuat, ratapan dan kecaman, serta penglihatan dalam Kitab Yesaya kedua.

Sisa-sisa umat Israel di pembuangan menyambut dengan sukacita peristiwa pembebasan dan pemulihan. Allah ternyata menggunakan tangan orang asing untuk bekerja bagi diri-Nya sendiri: pembebasan kedua dari penjajahan. Dialah Sang Penguasa sejarah manusia.

Tentang keluaran dari Persia, melalui mulut sang nabi, Allah bersabda, ”Akulah yang berkata tentang Koresh: Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!” […] 

“Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup” (Yes. 44:28-45:1).

Atas jasanya, raja Persia itu diberi anugerah gelar gembala (Yes. 44:28), yang diurapi, mesias (Yes. 45:1). Namun, raja ini bukanlah juruselamat yang dinanti-nantikan.

Injil dan Kisah Para Rasul meyakini bahwa nubuat Nabi Yesaya dipenuhi dalam diri Yesus dari Nazareth, yang pada-Nya Allah berkenan, dan dalam kesatuan-Nya dengan Roh Kudus. Yesus lah “Orang pilihan-Ku, yang kepada-Nya Aku berkenan”, dan “Hamba Yahwe” (Yes. 42:1; bdk. Mat. 3:16-17; 8:17;  11:2-5;  Luk. 2:32; 4:16-21; Yoh. 1:32-34; 1Ptr. 2:24-25; dll.).  

Septuaginta, Kitab Suci berbahasa Yunani yang umum digunakan saat itu, menggunakan kata ο παις, ho pais,  hamba, dalam bentuk kata benda tunggal.

Dalam keempat madah agung tentang Mesias dinyatakan, ia diutus Allah untuk menyembuhkan dan menegakkan keadilan (madah pertama) dan mengorbankan hidupnya demi penebusan dosa umat (madah keempat).  

Nubuat Nabi Yesaya menyingkapkan pribadi yang paling layak digelari mesias atau kristus atau yang diurapi. Dia adalah seorang hamba yang menjadi pengantara antara manusia dengan Allah, seperti peran Musa.

Yes. 42:6 menyingkapkan Sang Hamba menjadi perjanjian bagi umat manusia; dan Yesus menetapkan Perjanjian Baru dalam perjamuan malam terakhir (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25; Luk. 22:15-20).

Yesus, yang diurapi dengan Roh Kudus (Yes. 42:1), diutus untuk menjandi Terang bagi bangsa-bangsa yang diam dalam kegelapan dan dinaungi maut (Mat. 4:15-16; bdk. Yes. 9:1-2; 42:6; Luk. 1:78-79; Yoh. 1:5, 7-9; 8:12; 9:5). Ia mengajar seluruh bangsa (Yes. 42:1,3) dengan lembut tetapi tegas, tak pernah mematahkan semangat yang terkulai dan lemah (Yes. 42:2-3; bdk. Mat 11:25-30; Luk. 10:21-22).

Ia menegakkan keadilan kepada segala bangsa manusia tanpa kecuali, “ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa”, yang akan dipenuhi pada saat kedatangan-Nya yang kedua (Yes. 42:1; bdk. Mat. 31-46).

Ia ‘membuka mata yang buta’, ‘mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan’  dan ‘mengeluarkan orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara’ (Yes. 42:4-7; bdk. Mat. 11:2-5).

Hamba Yahwe yang mampu melakukan tugas perutusan itu adalah hamba yang padanya Allah akan menaruh Roh-Nya atasnya (Yes. 42:1). Maka, Bapa Gereja Perdana, Santo Yustinus Martir, wafat tahun 155, menulis tentang Yes. 42:6-7, “Apa yang ditulis dalam perikop ini, sahabat-sahabatku, mengacu pada Kristus dan pada umat yang telah dicerahkan karena kehadiran-Nya” (dikutip dari Dialogus cum Tryphone, 122.2)

Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus

Pembaptisan,  merupakan ritus penyucian dengan cara mandi atau mencuci dengan air (bdk. Mrk. 7:1-4). Kata baptis berasal dari kata Yunani,  εβαπτισο, ebaptiso dari kata dasar  baptizo, dengan makna: mandi, menenggelamkan seluruh badan ke air. Pada abad ke-1 praktik ini biasa dilakukan masyarakat Yahudi, termasuk kaum Eseni di Qumran.

Dalam Perjanjian Lama kata ini jarang digunakan, karena memiliki arti negatif: mencelupkan, menenggelamkan, dengan menghanyutkan atau tenggelam di dalam air.

Satu-satunya kata yang tidak memiliki makna negatif adalah kisah penyembuhan Naaman. Ia diminta menenggelamkan tubuhnya beberapa kali di Sungai Yordan atas perintah Elisa (2Raj. 5:14). Sejak peristiwa inilah pembaptisan memiliki arti positif.

Pembaptisan Yohanes, yang diketahui banyak orang (bdk. Mrk. 1:4), dilakukan dengan mempraktikkan apa yang sudah dikenal umat dan penambahan pembaharuan. Ia membaptis dengan air yang mengalir di tepi Sungai Yordan, bukan dengan air yang dipersiapkan untuk upacara keagamaan.

Ia tak hanya menuntut βαπτισμα, baptisma, kesediaan dibaptis; tetapi juga μετανοιας , metanoias, pertobatan, agar dosa mereka diampuni. Ia lebih menuntut perubahan moral dan perilaku  (bdk. Luk. 3:8.10-14).

Upacara keagamaan, pembaptisan, hanya menjadi lambang akan apa yang terjadi dalam batin. Terlebih, ia menegaskan bahwa pembaptisannya hanya merupakan persiapan untuk pembaptisan yang lebih hakiki, karena terkait dengan pengadilan terakhir oleh Allah, yakni pembaptisan dengan ‘Roh Kudus’ dan ‘api’ (bdk. Mrk. 1:7-8; Mat. 3:11). Dan umat di Yudea dan Yerusalem dengan suka rela memberi diri mereka untuk dibaptis olehnya (Mrk. 1:5).   

Sementara itu sumber di luar Injil, sejarahwan Yahudi, Flavius Josephus, bersaksi Yohanes Pembaptis  “adalah orang yang baik. Ia mendesak orang Yahudi untuk melakukan kebenaran, yakni berlaku adil terhadap satu sama lain dan menghormati Allah”  (dikutip dari Antiquities of the Jews, 18.5.2).

Yesus datang dari Nazaret di Galilea untuk dibaptis Yohanes. Ia, yang sama seperti kita manusia, namun tanpa dosa, bersedia dibaptis. Yohanes memahaminya dengan baik (Mat. 3:14). Maka, Yesus hendak mengidentifikasikan diri-Nya dengan manusia yang penuh dosa.

Pembaptisan-Nya pun dilaksanakan dengan segera, tanpa penundaan. Dan Ia akan menggenapi seluruh karya perutusan-Nya di kayu salib dan kebangkitan pada hari yang ketiga. Ia benar-benar tinggal bersama manusia.

Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku

Masa itu, tak ada seorang Yahudi pun diijinkan berkhotbah sebelum berusia 30 tahun. Yesus memulai karya pelayanan-Nya pada usia yang ditentukan hukum (Luk. 3:23), enam bulan setelah Yohanes berkarya. Yohanes lahir 6 bulan sebelum kelahiran-Nya.

Yohanes menyadari bahwa dia bukanlah Mesias yang diharapkan. Ia dipanggil untuk mempersiapan kedatangan-Nya dalam waktu segera (Mrk. 1:7-8). Di hadapan Sang Mesias dia perlu merendahkan diri, hingga pada taraf yang lebih rendah dari seorang budak.

Salah satu tugas budak adalah melepaskan dan membawa  sepatu sang tuan, ketika ia akan masuk rumah atau ruang pesta.

Santo Markus menggunakan ungkapan ισχυροτερος, ischyroteros, yang berkuasa atau kuat. Sebagai “Orang yang kuat”, ισχυρου, ischyrou, Yesus mampu mengalahkan setan (Mrk. 3:23-27).

Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes

Seluruh Injil mewartakan kesadaran Yohanes. Maka, para penulis Injil menggunakan kata kerja membaptis dalam bentuk kata kerja lampau untuk pembaptisan Yohanes. Sedangakan baptis oleh Kristus dalam bentuk kata kerja future.

Penggunaan bentuk kata kerja baptis yang berbeda penanda waktu mencerminkan kesadaran jemaat Gereja Perdana bahwa pembaptisan Kristiani lebih tinggi derajadnya dibanding pembaptisan Yohanes.

Yesus Kristus lebih mulia daripada Yohanes, yang bahkan merasa tidak layak untuk membuka tali kasut-Nya (bdk. Mrk. 1:7; Yoh. 1:26-34).

Yesus menerima dengan senang hati pewartaan Yohanes. Setiap orang harus memberi diri untuk dibaptis sebagai tanda pertobatan agar dosanya diampuni (Luk. 3:3). Sebetulnya, Yesus, yang sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa, tidak perlu dibaptis.

Namun, Ia merendahkan diri serendah-rendahnya dan menerima pembaptisan. Pembaptisan-Nya menjadi pralambang ‘pembaptisan’-Nya saat Ia menumpahkan darah dan wafat di kayu salib.

Bersedia dibaptis Yohanes, Yesus mau menerima dan memulai tugas perutusan-Nya sebagai Hamba Yahwe yang rela menderita (bdk. Yes. 55). Ia rela dihitung sebagai pendosa. “Ia datang, untuk” menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Mat. 3:15), artinya Ia takluk sepenuhnya kepada kehendak Bapa.

Gereja mengajarakan, “Karena cinta Ia menerima pembaptisan kematian demi pengampunan dosa-dosa kita. Atas kerelaan ini suara Bapa menjawab bahwa Ia berkenan kepada putera-Nya. Roh yang memenuhi Yesus sepenuhnya sejak Ia dikandung, turun, supaya “tinggal” di atas-Nya (Yoh. 1:32-33).

Yesus akan menjadi sumber roh bagi seluruh umat manusia. Waktu pembaptisan-Nya, surga yang ditutup oleh dosa Adam ”terbuka” (Mat. 3:16), dan karena Yesus dan Roh turun ke dalam air, maka air dikuduskan inilah awal penciptaan baru” (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 536).

“Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” menggenapi pembaptisan di akhir zaman, seperti nubuat para nabi (bdk. Yl. 3:1-5).

Pembaptisan dengan Roh Kudus bermakna bahwa Allah mentahirkan manusia dari segala dosa dan kenajisan; menganugerahkan hari dan roh baru dalam batin; menjauhkan hati yang keras; menggantinya dengan hati yang taat; dan Roh yang ditempatkan di dalam batin akan membuat manusia hidup menuruti, berpegang dan  melakukan peraturanNya (bdk. Yeh. 36:25-27).

Datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea

Yesus berdiri bersama orang banyak yang hendak mengaku dosa dan dibaptis Yohanes. Ia mendengar seruan Yohanes di Galilea (Mrk. 1:9). Kelak Ia kelak memulai karya pelayanan-Nya dan diterima dengan baik di wilayah itu.

Setelah peristiwa Paskah, Ia berjumpa dengan para murid-Nya di Galilea (Mrk. 16:7). Dari daerah itu pula para murid mengenal Yesus dan berangkat untuk mewartakan Kerajaan-Nya (Mrk. 16:20).

Setelah suara dari langit terdengar. Yesus tidak hanya ‘lebih berkuasa’ dari pada Yohanes. Ia juga jauh lebih bermartabat dari anak Zakharia itu. Namun, ia justru mau menyatukan diri dengan para pendosa.

Santo Paulus bersaksi, Yesus ”walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:6-7).

Ia adalah “Terang yang bercahaya dalam kegelapan” (Yoh. 1:5). Santo Markus tidak mementingkan alasan mengapa Yesus mau dibaptis. Ia menekankan apa yang terjadi setelah pembaptisan.

Ia melihat langit terkoyak

Nabi Yesaya bernubuat, “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun” (Yes. 64:1), terpenuhi dalam peristiwa pembaptisan Yesus. Allah memulihkan kembali komunikasi dengan manusia, relasi baru dibangun kembali melalui karya penebusan Yesus.

Saat Ia wafat, tabir Bait Suci terbelah dua (Mrk. 15:38), seolah-olah seperti ada tangan dari langit menebaskan pedang amat tajam untuk mengoyakkan tabir. Paskah baru ditandai dengan kesediaan Yesus menerima baptisan, kematian dan kebangkitan-Nya dari maut (bdk. Luk. 12:50).

Saat Yesus keluar dari air, langit dibuka dan Roh Kudus turun dan hinggap di atas-Nya. Saat menanti kedatangan Roh sudah usai, dan dibukalah jalan yang menyatukan Allah dengan manusia.

Santo Markus menyingkapkan bahwa Roh Kudus menyertai Yesus, menjaga-Nya selalu dalam melaksanakan tugas perutusan dari Bapa.

Roh yang turun atas Yesus digambarkan seperti burung merpati. Saat peristiwa air bah surut, pada jaman Nabi Nuh, burung merpati dilepaskan untuk mengetahui apakah air sudah surut atau belum dan bumi mengeluarkan tumbuhan (Kej. 8:8-12).

Merpati juga melambangkan kesetiaan dan kesediaan untuk menetap (bdk. Yoh. 1:32). Terlebih, Santo Markus menggemakan kehadiran Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kej. 1:2). Bersama Yesus penciptaan baru dimulai (bdk. Mat. 19:28; 2Kor. 5:17; Gal. 6:15) 

Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.

Allah bersabda melalui Nabi Yesaya, ”Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa” (Yes. 42:1).

Allah, YAHWE, memperkenalkan Hamba-Nya yang setia. Tetapi, Santo Markus, tidak mengenakan gelar hamba pada Yesus, karena gelar yang disandang-Nya adalah Anak.

Mengacu pada Mzm. 2:7, ”Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”, para penginjil mengenakan gelar Anak pada Yesus,  sungguh Allah dan sungguh manusia.  Identitas Yesus sebagai Mesias, Yang Diurapi, Anak Allah (Dan. 7:13) dinyatakan. Identitas-Nya diketahui oleh setan yang disuruh-Nya diam (Mrk. 3:11; 5:7).

Identitas yang sama dinyatakan juga secara rahasia kepada tiga orang murid di gunung (Mrk. 9:7). IdentitasNya dinyatakan secara jelas kepada semua orang ketika Ia diadili,  “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?” Jawab Yesus, “Akulah Dia” (Mrk. 14:61-62).

Dan pada saat Ia tergantung di salib, kepala pasukan Romawi, mewakili semua manusia, mengakui (Mrk. 15:39), “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”, Vere homo hic Filius Dei erat.

Katekese

Pendamaian Allah-manusia. Dianggap tulisan Santo Hippolytus, 170-236  :

“Saudara yang terkasih, apakah kalian tahu berapa banyak seberapa agung berkat yang menjadi sia-sia  jika Tuhan mengabaikan setuan Yohanes dan menolak pembaptisan? Karena surga pasti tertutup sebelum peristiwa ini.

Surga di atas menjadi tempat yang tak mungkin kita datangi. Kita mungkin turun ke tempat yang lebih bawah, tetapi tidak naik ke atas, ke surga.

Maka, pembaptisan terjadi bukan hanya bahwa Tuhan dibaptis, tetapi juga karena Ia menciptakan kembali ciptaan lama menjadi baru. Ia membawa semua yang terpisah,  yang diperbudak, menjadi ahli waris (Rm. 8:15). Karena segera ‘surga terbuka bagi Dia. Pendamaian terjadi antara yang kelihatan dengan yang tak kelihatan.

Tata surgawi dipenuhi oleh suka cita, penyakit di dunia disembuhkan, hal yang dirahasiakan disingkapkan, yang bermusuhan dipulihkan menjadi berkawan.

Karena kalian telah mendengar kata-kata Penginjil, “Surga terbuka bagi-Nya,” karena tiga tanda heran [penampakan Tri Tunggal Mahakudus yang abadi – Bapa, Putera dan Roh Kudus – bersama-sama pada saat pembaptisan-Nya].

Pada pembaptisan Kristus, Sang Mempelai Laki-laki, tepatlah bahwa pintu surga membukakan gerbangnya yang amat mulia. Maka ketika Roh Kudus turun dalam rupa merpati, dan suara Bapa bergema di mana-mana, tepatlah bahwa    “pintu-pintu Kerajaan Surga telah ditinggikan” (dikutip dari  The Discourse On The Holy Theophany 6)

Oratio-Missio

  • Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus dan nyalakanlah dalam hatiku suka cita karena Injil-Mu. Semoga aku selalu mencari cara untuk membuat hati-Mu bersuka cita sama seperti saat Engkau bersika cita ketika Engkau mencari dan menemukan diriku. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk tetap setia pada janji baptisku?  

Tu es Filius meus dilectus; in te complacui  – Marcum 1:11

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here