Rabu. Pekan I, Hari Biasa (H)
- 1Sam. 3:1-10.19-20
- Mzm. 40:2.5.7-8a.8b-9.10
- Mrk. 1:29-39
Lectio
29 Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. 30 Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. 31 Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka.
32 Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. 33 Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. 34 Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
35 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. 36 Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; 37 waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.”
38 Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” 39 Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
Meditatio-Exegese
Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam
Mendengar kabar kalau mertua Simon terbaring sakit demam, Yesus segera menjumpainya. Kakak beradik Simon dan Adreas, yang berasal dari Betsaida (Yoh. 1:44), pindah ke Kepernaum setelah perkawinan sang kakak.
Simon, yang juga disebut Petrus, tinggal bersama istri dan ibu mertuanya. Sedangkan Andreas mungkin menyewa rumah.
Santo Lukas, bahkan, menggambarkan mertua Simon menderita demam keras. Santo Markus menggunakan kata πυρεσσουσα, puressousa, yang berasal dari kata πυρα, pura, bermakna: api. Kata ini juga berpadanan makna dengan kata ‘mati’. Maka ‘demam’ bermakna keadaan dalam tubuh yang panas atau membara seperti terbakar oleh api.
Pandangan orang pada jaman itu, sakit demam adalah penghukuman atau kutukan yang ditimpakan Allah karena umat tidak setia pada perjanjian dengan-Nya (bdk. Ul. 28:22). Perjanjian Lama mengajarkan bahwa orang yang menderita sakit harus menangisi dosa dan memohon kesembuhan kepada Allah. Ia adalah sumber pengampunan dan penyembuan (Kel. 15:26; 23:25).
Santo Markus menggambarkan penyembuhan ibu mertua Simon di hari Sabat dengan sangat ringkas. Yesus masuk ke tempat perempuan itu berbaring, memegang tangan dan membangunkannya. Maka lenyaplah demam itu.
Santo Markus menggukan kata ηγειρεν, egeiren, dari ηγειρo, egeiro, membangunkan. Kata ini muncul dalam kisah kebangkitan Yesus. Sepertinya, kisah ini sebagai pra-kisah tentang kebangkitan-Nya kelak. Di samping itu, Gereja Perdana mengimani bahwa Yesus telah mematahkan segala macam kutuk.
Setelah sembuh kembali seperti sedia kala, si ibu melayani para tamu di rumah. Tradisi Yahudi saat itu menekankan kaum perempuan tidak diperkenankan melayani meja saat kaum lelaki makan. Tradisi ini patah oleh persaudaraan yang dijalin di antara jemaat Gereja Perdana yang tidak membeda-bedakan.
Santo Paulus menulis, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Gal. 3:28).
Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara
Di samping ibu mertua Simon, Yesus menyembuhkan banyak orang lain yang datang ke rumah itu. Ia juga mengusir setan dari mereka yang kerasukan.
Setan-setan itu dibungkam-Nya. Mereka selalu mengganggu karya-Nya. Ia tidak menghendaki mereka menyingkapkan siapa diri Yesus, sebab mereka mengenal-Nya sebagai Mesias (Mrk. 1:24).
Ia waspada bahwa setan selalu akan menyeret-Nya dengan segala cara untuk tunduk pada mereka. Sebaliknya, Yesus menghendaki supaya manusia memandang bahwa Allah telah hadir dan tinggal di tengah umat-Nya.
Berdoa dan memberitakan Injil
Yesus selalu menyediakan waktu untuk tinggal sendirian dengan Bapa dalam doa. Biasanya, Ia bangun pagi-pagi benar dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa.
Doa selalu menjadi upaya untuk selalu sadar akan tugas dan perutusan dari Bapa. Maka, doa menjadi sarana untuk menentukan, menegaskan arah dan tujuan tugas perutusan, agar sesuai dengan kehendak Dia, yang mengutus-Nya.
Dan Kabar Gembira, Injil, harus diwartakan dalam suasana doa di mana-mana. Tanpa doa, pewartaan Injil Kerajaan Allah adalah hampa.
Santo Markus mengisahkan (Mrk. 1:35), “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”, Et diluculo valde mane surgens egressus est et abiit in desertum locum ibique orabat.
Katekese
Pergilah ke sepanjang jalan. Paus Fransiskus, 1936:
Karya Yesus di hari itu diawali dengan penyembuhan ibu mertua Petrus dan diakhiri dengan adegan kerumunan orang di kota itu di luar rumah tempat-Nya tinggal. Ke situlah orang-orang sakit dibawa pada-Nya.
Ditandai dengan penderitaan fisik dan keletihan rohani, kerumunan orang menjadi “lingkungan yang nyata dan hidup”, tempat Yesus melaksanakan tugas pengutusan-Nya. Di tempat itulah Ia menyembuhkan, menghibur dan melakukan banyak karya lain.
Yesus tidak datang dan membawa keselamatan di dalam laboratorium. Ia tidak berkhotbah dari tempat itu, terpisah dari manusia. Ia hadir di tengah-tengah kerumunan! Di tengah-tengah masyarakat. […]
Kelompok yang sering dibicarakan Injil ini adalah umat manusia yang ditandai dengan penderitaan. Mereka harus menanggung penderitaan, kerja keras dan dilingkupi masalah. Kepada kaum miskin ini Yesus berkarya dengan penuh kuasa, pembebasan dan pembaharuan. […]
Sebelum fajar keesokan harinya, Ia keluar dari gerbang kota tanpa terlihat. Ia pergi ke tempat sunyi untuk berdoa. Ia berdoa. Dengan cara ini, Ia melepaskan diri dari beban tugas pengutusan, agar terhindar dari pandangan ‘triumphalistic’, yang memandang diri sebagai pahlawan pemenang perang. Penganut pandangan itu selalu salah memahami makna mukjizat dan daya kharismatis.
Tentu, mukjizat adalah “tanda-tanda” yang mendorong seseorang menanggapi dengan iman. Tanda itu selalu disertai kata-kata yang mencerahkan. Jika digabungkan, tanda dan kata itu membangkitkan iman dan pertobatan melalui kuasa ilahi kasih karunia Kristus.
Kesimpulan dari renungan hari ini (Mrk. 1:35-39) menunjukkan bahwa pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah mendapat tempat yang paling tepat di jalanan. Kepada murid-murid yang mencari-Nya di tempat-Nya berdoa dan hendak mengembalikan-Nya ke kota, Yesus menanggapi, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil.” (Mrk. 1:38).
Ini adalah perjalanan Anak Allah dan ini akan menjadi perjalanan para murid-Nya. Perjalanan itu juga menjadi perjalanan setiap orang Kristen. Jalan, sebagai tempat pewartaan Kabar Baik Injil, menempatkan tugas pengutusan Gereja di bawah tanda “pergilah”, perjalanan, di bawah tanda “gerakan”, dan tidak pernah bermalas-malasan.” (Angelus, lapangan Santo Petrus, 4 Februari 2018)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkau memiliki seluruh kuasa untuk menyembuhkan dan membebaskan aku dari bahaya. Bantulah aku untuk melayani-Mu dengan penuh suka cita dan melayani sesama dengan murah hati. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk selalu berdoa?
Et diluculo valde mane surgens egressus est et abiit in desertum locum ibique orabat – Marcum 1:35