Selasa (P)
- Kis. 16:22-34
- Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8
- Yoh. 16:5-11
Lectio
5 tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? 6 Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. 7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; 10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; 11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
Meditatio-Exegese
Aku akan mengutus Dia kepadamu
Suasana hati para murid begitu sedih, karena mereka seolah akan ditinggalkan Yesus. Perpisahan dan kehilangan relasi sering menyakitkan hati. Yesus menyingkapkan bahwa Ia harus pergi meninggalkan mereka dan kembali kepada Bapa-Nya.
Namun, Ia berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka sendirian, seperti yatim piatu (Yoh. 14:18). Ia terus menemani dan menyertai para murid-Nya melalui Roh Kudus yang akan diutus-Nya.
Santo Paulus mengingatkan bahwa, “tiada suatu pun dapat memisah kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 8:38-39). Dengan mengutus Roh Kudus pada para muridNya, Yesus hadir di tengah umat dengan cara baru dan tiada kunjung putus. Kita tidak ditinggalkan sendirian. Sabda-Nya, ”Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu” (Yoh 14:18). Tuhan hadir di tengah umat melalui daya kuasa Roh Kudus (bdk. 2 Kor 4:9; 6:16 b).
Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman
Santo Yohanes menggunakan kata ελεγξει, elegzei: menunjukkan dengan alasan, membuktikan, menginsyafkan atau meyakinkan. Benar, Roh Kudus akan menguduskan manusia seperti Allah yang kudus. Namun pertama-tama Ia harus menunjukkan bahwa dunia berdosa.
Dosa bukan dimaknai sebagai pelanggaran moral atau kebaikan; tetapi penolakan akan Yesus. Ia telah membuat banyak tanda, tetapi dunia masih tidak percaya (Yoh 12:37). Penolakan akan Yesus berpuncak pada tindakan membunuh Yesus. Roh Kudus menyadarkan dunia akan penolakan ini menjadi dasar dari segala doa: menolak untuk percaya kepada Yesus dan Bapa yang mengutusNya.
Roh Kudus menyadarkan dunia bahwa dunia menolak kebenaran. Dan Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup, Via, Veritas et Vita. Para penuduhNya mempersalahkan Dia karena dianggap sebagi penghujat Allah (Yoh 5:18; 7:129:24; 10:33).
Pengadilan Romawi dan Yahudi gagal membuktikan Yesus sebagai penghujat. Tetapi, Ia tetap dihukum mati. Mereka menolak Yesus, sekaligus mengingkari Dia yang mengutusNya. Sedangkan kebangkitanNya pada hari ketiga membongkar seluruh kebodohan yang mempersalahkan Yesus.
Roh Kudus menginsyafkan dunia akan penghakiman. Dunia telah menghakimi Yesus dan dengan cara itulah dunia dihakimi. Barang siapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman (Yoh 3:18). KematianNya di kayu salib dan pemakamanNya seolah menjadi kemenangan dunia. Tetapi, kebangkitan Yesus dengan gilang-gemilang menyatakan kehancuran para musuhNya – kematian, maut dan setan.
Aku akan mengutus Dia kepadamu
Roh Kudus membimbing kita menyadari kasih dan pengampunan Allah. Ia juga menyingkapkan ketergantungan kita pada belas kasih dan rahmat-Nya. Setiap saat kita membutuhkan daya kuasa Roh Kudus untuk membimbing kita melewati jalan-jalan yang menghadang dan menjerumuskan pada penyangkalan iman dan dosa. Roh Kudus menunjukkan jalan kasih dan kebenaran.
Saat Yesus menghadapi pencoba di padang gurun Yudea, Ia dinaungi oleh Roh. Santo Lukas melukiskan, “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun” (Luk 4: 1). Dalam naungan-Nya pula Yesus mampu mengalahkan pencoba.
Katekese
Apa pun yang tidak berasal dari iman berasal dari dosa. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430 :
“Ketika Tuhan bersabda tentang Roh Kudus, “Ia akan menginsafkan dunia akan dosa”, yang ia maksudkan adalah ketidak percayaan. Karena inilah yang Ia maksud ketika bersabda, “Karena dosa, mereka tetap tidak percaya kepada-Ku”. Yang Ia maksud juga sama ketika Ia bersabda, “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa” (Yoh. 15:22).
Ia tidak bersabda tentang [suatu masa] sebelum mereka berbuat dosa. Terlebih, Ia ingin menunjukkan bahwa kekurangan iman yang menjadi sacara untuk percaya kepada-Nya bahkan ketika Ia hadir di hadapan merekan mereka dan berbicara pada mereka muka dengan muka.
Inilah kelompok orang yang dikuasai oleh “penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” (Ef. 2:2).
Maka, mereka yang tidak memiliki iman sama sekali adalah anak-anak kejahatan karena mereka tidak memiliki apa pun yang ada dalam jiwa yang menjadi sebab untuk diampuni; karena apa pun yang mereka lakukan berasal dari kelemahan manusiawi, kebodohan atau apapun kehendak jahat.
Namun anak-anak Allah adalah mereka yang, walau harus berkata ‘bahwa saya tidak berdosa’, mengingkari diri sendiri.
Dan, walaupun kebenaran tidak ada dalam diri mereka, mereka segera mengaku dosa; suatu tindakan yang tidak dilakukan anak-anak si jahat, atau mereka tidak melakukan karena tidak memiliki iman yang secara khusus dihayati anak-anak Allah. “Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1Yoh. 1:9)” (dikutip dari from Against Two Letters Of The Pelagians 3.4)
Oratio-Missio
- “Allah yang berbelas kasih, kami mohon, penuhilah hati kami dengan rahmat Roh Kudus-Mu; dengan kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kelembutan hati, kebaikan, kesetiaan, kerendahan hati dan pengendalian diri. Ajarilah kami untuk mengasihi mereka yang membenci kami; untuk berdoa bagi mereka yang memperlakukan kami dengan sewenang-wenang; agar kami menjadi anak-anakMu yang penuh kasih dan anak-anak Bapa, yang menciptakan matahari untuk yang jahat dan baik, yang mengirim hujan untuk yang jujur dan penipu. Dalam kesulitan anugahilah kami kesabaran; dalam kelimpahan, jagalah kami untuk rendah hati; semoga kami mampu menjaga lidah kami; semoga kami tidak terlekat pada kenikmatan dunia, tetapi haus akan yang Ilahi. Demi Kristus Tuhan Kami. (Doa Santo Anselmus, 1033-1109, terjemahan bebas).
- Apa yang perlu kulakukan untuk setia mendengarkan bisikan Roh Kudus?
si autem abiero, mittam eum ad vos – Ioannem 16:7