Senin. Pesta Santo Laurentius, diakon dan martir (M)
- 2Kor.9:6-10
- Mzm112:1-2.5-9
- Yoh.12:24-26
Lectio
24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. 25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. 26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Meditatio-Exegese
Jika biji gandum mati, ia akan menghasilkan banyak buah
Santo Yohanes menyingkapkan tujuan tugas perutusan yang harus diemban Yesus dan para murid-Nya: menghasilkan buah melimpah. Tujuan perutusan ini disisipkan di antara kisah tentang perjumpaan dengan orang Yunani dan penolakan orang Yahudi terhadap Yesus (Yoh. 12: 20-36).
Orang Yunani pasti memiliki persepsi sendiri tentang Yesus yang barang kali seperti guru filsafat bijaksana dari masa lalu. Sedangkan orang Yahudi memimpikan kedatangan seorang Mesias yang akan menegakkan kembali kerajaan Daud dan memulihkan kejayaan Israel di masa lalu. Yesus malah menempatkan diri sebagai Hamba Yahwe, yang memberi hidup agar manusia dapat menerima rencana keselamatan Allah.
Gandum, σιτος, sitos, termasuk dalam jenis padi-padian. Sejak jaman kuna, gandum sudah dikenal sebagai bahan pangan. “Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah.” (Kej. 27:28).
Bagi bangsa Israel yang tinggal di kawasan Timur Tengah, termasuk Palestina, gandum merupakan makanan pokok (bdk. Hak. 6:11, Rut. 2:23; 2Sam. 4:6).
Gandum memiliki kandungan gizi tinggi seperti: serat pangan, protein, vitamin B1, B2, B3, B6, asam folat, magnesium, tembaga, fosfor, seng, mangan dan selenium. Di samping itu juga mengandung vitamin E, zat besi dan asam lemak essensial.
Terlebih, gandum memiliki kandungan natrium rendah dan tidak mengandung kolesterol. Karena mutunya yang tinggi, gandum digunakan sebagai persembahan biji-bijian di bait Allah da menjadi bagian persembahan Daud (bdk. Ezr. 6:9; 7:22; 1Taw. 21:23). Bangsa Israel menggunakan masa panen gandum sebagai patokan untuk menyusun kalender (Kej. 30:14; 1Sam. 6: 13; 12:17).
Yesus menggunakan kisah bulir gandum yang mati di dalam tanah agar tumbuh dan menghasilkan panenan melimpah. Santo Yohanes mengungkapkan (Yoh. 12:24), ”Jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”, si autem mortuum fuerit, multum fructum affert.
Bulir gandum yang mati di dalam tanah, tumbuh dan menghasilkan panen melimpah melambangkan kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya.
Yesus menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk untuk mengalahkan kuasa dosa dan maut hanya melalui salib. Ia mengubah kutuk yang diterima bapa-ibu leluhur-Nya, Adam dan Hawa melalui ketaatanNya melaksanakan kehendak Bapa. Dengan rela Ia memanggul salib dan wafat di atas kayu salib sebagai tebusan atas dosa dan maut.
Ketaatan dan kematian-Nya di salib memungkinkan kita menerima anugerah kemerdekaan dan hidup baru dalam Roh Kudus. Di samping itu, Ia juga mengajarkan bagaimana cara untuk mengasihi sampai tuntas.
Yesus menjanjikan hidup kekal kepada para murid-Nya. Hidup itu dianugerahkan ketika seseorang “tidak mencintai nyawanya di dunia ini”. Sabda-Nya menyingkapkan bahwa apa yang berlawanan dengan kehendak Allah harus disalibkan atau dimatikan.
Allah menuntut agar manusia menolak apa yang berlawanan dengan rencana keselamatan-Nya. Bila setia melaksanakan kehendak-Nya, sama seperti, bulir gandun yang satu, manusia akan menghasilkan buah yang banyak, tiga puluh, enam puluh atau seratus kali lipat.
Cara yang ditawarkan untuk menerima anugerah hidup kekal: “melayani Aku, mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada”. Sabda-Nya (Yoh. 12:26), ”Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situp un pelayan-Ku akan berada.
Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa”, Si quis mihi ministrat, me sequatur, et ubi sum ego, illic et minister meus erit; si quis mihi ministraverit, honorificabit eum Pater.
Katekese
Benih harus mati sebelum dibangkitkan. Santo Irenaeus, 135-202
“Potongan ranting pohon anggur yang ditanan di tanah subur menghasilkan buah pada masanya; atau sebiji gandum yang jatuh ke tanah dan mati pasti tumbuh dan dilipat gandakan oleh Roh Allah, yang memuat segala-galanya. Dan kemudian, melalui kebijaksanaan Allah, ia membiarkan diri kita gunakan ketika, setelah menerima Sang Sabda Allah, bulir gandum itu menjadi Ekaristi, yang adalah Tubuh dan Darah Kristus.
Dengan cara yang sama, tubuh kita, setelah dikenyangkan dengan Ekaristi, dan ditempatkan di dalam tanah dan menanggung pembusukan di sana, akan dibangkitkan pada saat yang ditentukan.
Sang Sabda Allah menganugerahkan pada mereka kebangkitan demi kemuliaan Allah, bahkan Bapa dengan cuma-cuma menganugerahkan hidup abadi kepada yang dapat binasa, dan ketidak-binasaan kepada yang dapat binasa (bdk. 1 Kor 15:53).
Ia menganugerahkan ini karena kekuatan Allah menjadi sempurna dalam kelemahan (1Kor. 15:43; 2Kor. 13:4) agar kita tidak pernah lagi menjadi lemah, seolah-olah kita hidup dari diri kita sendiri atau menjadi sombong melawan Allah dengan jiwa yang tak pernah bersyukur.” (dikutip dari Against Heresies 5.2.3).
Oratio-Missio
- Tuhan, ijinkan aku menjadi benih gandum yang ditaburkan di tanah, dan dipanen untukMu. Aku ingin mengikuti kemana pun Engkau membimbingku. Berilah aku harapan dan suka cita dalam melayanimu sepanjang hidupku. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan untuk melayani, mengikuti dan tinggal bersama-Nya, selalu?
Si quis mihi ministrat, me sequatur, et ubi sum ego, illic et minister meus erit; si quis mihi ministraverit, honorificabit eum Pater – Ioannem 12: 26