Kamis (H)
• 1Kor. 8:1b-7,11-13
• Mzm. 139:1-3,13-14ab,23-24
• Luk. 6:27-38
Lectio
27 “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. 31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.
34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” 37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. 38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Meditatio-Exegese
Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku
Sabda Bahagia dalam Injil Lukas dibagi dalam dua bagian. Kali ini, pada bagian kedua (Luk. 6:27-49) Sabda Bahagia, Yesus berbicara kepada orang banyak yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon (Luk. 6:17).
Secara khusus Ia berbicara (Luk. 6:27), ”Kepada kamu yang mendengarkan Aku.”, yang terdiri dari: kaum miskin, menderita sakit dan kerasukan roh jahat. Mereka yang ingin mendapatkan penyembuhan dan peneguhan dari-Nya (Luk. 6:18-19). Sedangkan pada bagian pertama (Luk. 6:20-26), Yesus berbicara secara khusus kepada para murid-murid-Nya (Luk. 6:20).
Kasihilah musuhmu
Kepada orang yang biasa menjadi korban atau dikorbankan dalam masyarakat, yakni: kaum miskin, sakit dan kerasukan, Yesus menuntut mereka untuk mengasihi musuh; bukan mengutuk atau membalas dendam.
Sabda-Nya begitu sulit, menuntut dan menantang jiwa. Ia mengajak mereka untuk memberi pipi yang lain ketika pipi yang satu ditampar; dan tidak mengecam ketika seseorang merampas hak milik.
Secara hurufiah, perintah ini seolah-olah menguntungkan mereka yang menindas, yang merampas, yang merampok. Tetapi, ketika serdadu memukul wajah-Nya, Yesus tidak menawarkan pipi yang lain, Ia menunjukkan ketegasan untuk mencari kebenaran, (Yoh 18:22-23), ”Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?”, Si male locutus sum, testimonium perhibe de malo; si autem bene, quid me caedis? Sabda-Nya sulit dimengerti.
Kasihilah musuhmu, seperti yang dilakukan Tuhan, dapat dilakukan ketika tiap murid-Nya melakukan dua Hukum Emas: ”Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Luk. 6:31) dan “Hendaklah kamu berbelas kasihan, sama seperti Bapamu yang juga penuh dengan belas kasihan” (Luk 6:36 AYT-Alkitab Yang Terbuka).
Melalui kedua perintah ini Yesus tidak hanya ingin mengubah situasi, karena tidak ada berubah.
Tetapi Ia menghendaki perubahan sistem dan watak/karakter manusia. Ia menghendaki tata hidup baru dilandaskan pada pengalaman akan Allah Bapa yang penuh kelembutan hati. Santo Lukas melukiskan hati Allah yang mau menanggung derita, merasa sepenanggungan dengan manusia.
Lukisannya diungkapkan dengan gabungan dua kata Latin: miser, kemalangan, kesengsaraan, penderitaan dan cor, hati.
Sabda-Nya, “Hendaklah kamu berbelas kasihan, sama seperti Bapamu yang juga penuh dengan belas kasihan.”, Estote misericordes, sicut et Pater vester misericors est. Hati yang berbelas kasih dinyatakan sepenuh-penuhnya ketika Ia bersabda dari kayu salib (Luk 23:34), “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, Pater, dimitte illis, non enim sciunt quid faciunt.
Kasihilah musuhmu membuat kesewang-wenangan kaum kaya, penguasa, penindas, perampas dan perampok tidak menjadi kesempatan balas dendam pada pihak orang miskin. Kasih tidak bergantung pada apa yang diterima dari orang lain.
Kasih selalu menghendaki kebaikan orang lain, terlepas dari apa yang dilakukan orang lain bagiku. Kasih selalu kreatif, seperti Allah. Melalui Santo Lukas, Tuhan meminta setiap murid-Nya memiliki hati yang berbelas kasih (Luk 6:36)
Dengan kata-kata berbeda Santo Matius mengungkapkan (Mat. 5:48), “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”, estote ergo vos perfecti sicut et Pater vester caelestis perfectus est.
Setiap murid diarahkan untuk mengembangkan hidup agar semakin serupa dengan Allah. Cara yang ditawarkan adalah dengan memperlakukan sesama manusia seperti dirinya sendiri, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Luk 10:27), yang searti dengan (Luk 6:31).
Sedangkan Santo Matius menulis dengan ungkapan lain, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 7:12).
Setiap agama dan keyakinan memiliki perintah yang sama untuk mengasihi sesama. Hukum Emas menjadi tanda akan kerinduan batin untuk memutus segala bentuk kesemena-menaan dan kejahatan. Kerinduan itu ditanamkan di dalam batin tiap manusia dan menjadi bagian keberadaan manusia sebagai citra Allah.
Menghukum, dihukum; menghakimi, dihakimi; mengampuni, diampuni; memberi, diber
Yesus memberi empat nasihat, dua dalam bentuk negatif dan lainnya dalam bentuk positif. Sabda-Nya, “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Saat Ia bersabda, ”Kamu akan diberi” (Luk 6:38), Yesus menjamin bahwa Allah selalu menjamin penyelenggaraan-Nya pada manusia, seperti Ia bersabda pada Abraham saat ia mengorbankan Ishak, “Bertanyalah ia, “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” (Kej 22:7-8).
Maka, bila cara memperlakukan orang lain seperti cara yang dilakukan-Nya, Ia akan memperlakukan dengan ukuran yang berlimpah.
Khotbah di Dataran pada Injil Lukas atau Khotbah di Bukit pada Injil Matius mengarahkan para murid untuk lebih memperhatikan kaum miskin, preferential option for the poor. Dalam Perjanjian Lama, Allah sering menghadapkan manusia pada pilihan: berkat atau kutuk, hidup atau mati.
Manusia diberi kebebasan memilih: “Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.” (Ul. 30:19).
Bukan Ia yang mengutuk, tetapi manusia dengan sepenuh kesadaran memilih. Saat untuk memilih inilah menjadi saat Ia mengunjungi, mendengarkan, memperhatikan dan mengindahkan umat-Nya (Kej. 21: 1; 50: 24-25; Kel. 3:16; 32:34; Yer. 20:10; Mzm. 65:10; Mzm. 80:15; Mzm. 106: 4).
Di antara para penginjil, hanya Santo Lukas melukiskan kunjungan Allah (Luk. 1:68, 78; 7:16; 19:44; Kis. 15:16). Kunjungan Allah selalu menjadi saat untuk memilih berkat atau kutuk. “Berbahagialah, hai kamu yang miskin.” (Luk. 6:20) dan “Celakalah kamu, hai kamu yang kaya.” (Luk. 6:24). Sayang, sering manusia tidak mengenali Allah yang sedang mengunjunginya (Luk. 19:44), ”Engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”, non cognoveris tempus visitationis tuae.
Katekese
Kita tak membiarkan orang menampar pipi kanan. Santo Thomas Aquinas, Pujangga Gereja, 1225-1274 :
“Kitab Suci harus dipahami dalamt terang teladan Kristus dan para kudus. Kristus tidak menawarkan pipin untuk ditampar di rumah Hanas (Yoh 18:22-23); Santo Palus pun tidak menawarkan, seperti dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, ketika ia dianiaya di Filipi (Kis 16:22-24). Maka kita harus tidak memahami bahwa secara hurufiah Yesus meminta kamu menawarkan pipi yang lain untuk ditampar orang.
Yang Ia maksud adalah sikap batinmu, yakni: jika perlu kita menyiapkan diri untuk menentang siapa pun yang melukai kita, dan kita siap untuk menanggung tindakan itu, atau pun tindakan lain yang lebih buruk dari penamparan. Inilah bagaimana Tuhan bertindak ketika Ia menyerahkan tubuhNya hingga rela mati.” (dikutip dari Commentary on St John, 18, 37).
Oratio-Missio
• Tuhan, ajarilah aku untuk mengampuni dan mengenali saat kehadiran-Mu. Amin.
• Apa yang perlu kulakukan untuk mengenali kunjungan-Nya padaku?
Estote misericordes, sicut et Pater vester misericors est – Lucam 6:36