Minggu. Hari Minggu Biasa XXIII (H)
- Yeh. 33:7-9
- Mzm. 95:1-2.6-7.8-9
- Rm. 13:8-10
- Mat. 18:15-20
Lectio
15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.
19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. 20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
Meditatio-Exegese
Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel
Allah tidak hanya memanggil Yehezkiel sebagai nabi, penyambung lidah-Nya (Yeh. 2:1-3:115), tetapi juga sebagai penjaga Israel (Yeh. 3:16:21). Yehezkiel dipanggil tidak hanya sebagai nabi untuk mendamping kaum Yahudi di pembuangan pada abad ke-6 sebelum Masehi (Yeh. 1:2).
Tetapi juga ia dipanggil sebagai ‘penjaga’ atas umat perjanjian yang hidup di pembuangan di Babel. Bagian perikop yang ini kemungkinan berasal dari jaman Raja Yoyakhim dan Zedekia (Yer. 37-45). Allah mengulang panggilan nabi untuk menjadi penjaga mengulang tugas pelayanan nabi di masa-masa yang lebih awal (bdk. Yeh. 3:16-21).
Pada masa Perjanjian Lama, tiap kota, besar dan kecil, penjaga-penjaga ditempatkan di menara dan tembok yang membentengi kota atau puncak-puncak perbukitan. Mereka adalah prajurit yang dilatih khusus untuk menjadi bagian penting sistem pertahanan.
Bila mereka melihat bahaya mendatangi kota, tanpa penundaan mereka membunyikan atau menyalakan tanda bahaya. Tanda itu memanggil setiap orang untuk bersiap menghadapi musuh dan bagi yang lemah, perempuan, lanjut usia, kanak-kanak untuk mengungsi.
Sebagai penjaga, nabi bertanggung jawab mengingatkan umat untuk tetap setia pada perjanjian dengan Allah. Saat diingatkan tiap pribadi anggota komunitas iman harus mendengarkan (Mzm. 95:7-8), “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya: Janganlah keraskan hatimu!”, Utinam hodie vocem eius audiatis: “Nolite obdurare corda vestra.
Jika sang penjaga tahu dan tidak mengingatkan umat serta membiarkan perilaku dosa menjadi kebenaran di tengah komunitas iman (Yeh. 33:7), tak hanya umat akan menanggung penghukuman, tetapi Allah juga akan meminta pertanggung jawabannya atas kegagalan mengingatkan mereka (Yeh. 33:8).
Tetapi, jika nabi Allah mengingatkan umat, dan mereka menolak untuk bertobat dan berbalik kepada-Nya, mereka akan menanggung penghukuman atas dosa mereka. Sedangkan nabi tidak akan mengalami penghukuman atas kegagalan umat (Yeh. 33:9).
Tanggung jawab untuk mengajarkan dan mengingatkan akan bahaya dosa pada umat Perjanjian Baru, Gereja, tidak hanya menjadi tanggungjawab para imam yang tertahbis. Setiap anggota ambil bagian dalam pengutusan sebagai penjaga, karena Sakramen Baptis yang diterima.
Allah juga akan meminta pertanggung jawaban atas tugas pengutusan itu pada setiap anggota umat Perjanjian Baru, Gereja-Nya. Sama seperti Ia menuntut tanggung jawab Nabi Yehezkiel.
Tugas pengutusan tidak mudah karena sering dikecam ketika imam dan kaum awam mengingatkan akan bahaya dosa, seperti: pelanggaran hak asasi manusia, aborsi, perceraian, korupsi, perkawinan sejenis, perusakan alam, perdagangan senjata dan manusia, dan sebagainya.
Saat para penjaga dikecam, dikucilkan, diancam, dianiaya, bahkan dibunuh, sangat mudah bagi yang bernyali ciut untuk menyelamat nyawanya sendiri. Tetapi, Ia selalu bersabda (Mat. 28:20), “ Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”, Et ecce ego vobiscum sum omnibus diebus usque ad consummationem saeculi..
Kaisarea Filipi
Di Kaisarea, wilayah paling utara Kerajaan Israel, Yesus menerima pengakuan Petrus bahwa Ia adalah Sang Mesias, Kristus. Ia juga mengangkatnya menjadi batu sendi jemaat, εκκλησια, ekklesia, ecclesia (Latin), Gereja, yang tak mungkin digoncang atau dihancurkan oleh kuasa iblis.
Lalu, Yesus menyingkapkan identitas diri-Nya, memberi kuasa dan wewenang untuk mengikat dan melepas kepada Petrus, para rasul dan pengganti mereka. Apa yang diikat di dunia akan diikat di surga dan apa yang dilepas di dunia, dilepas di surga, termasuk kuasa pengampuni dosa (Mat. 16: 13-20; bdk. Yes. 22: 20-24).
Lalu Ia memberitahu tentang sengsara yang hendak ditanggung-Nya dan penyingkapan kemuliaan-Nya. Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan, Yesus melaksanakan karya penebusan Allah.
Dalam penampakan kemuliaan-Nya, ketiga rasul itu mendengar suara dari langit, “Dengarkanlah Dia”.
Dalam tradisi Kitab Suci, ungkapan ‘mendengarkan suara Allah’ selalu bermakna: tekun mendengarkan bisikan lembut dalam nubari dan melaksanakan perintah-Nya tanpa ragu dan penundaan.
Apabila saudaramu berbuat dosa
Mengikuti Lima Kitab Taurat, Injil Matius disusun dalam lima khotbah panjang atau pengajaran. Perikop ini menjadi salah satu unsur yang menyusun khotbah Yesus tentang cara hidup jemaat (Mat. 18:1-35). Ia memberi wejangan bagaimana anggota jemaat harus hidup bersama dalam komunitas, sehingga komunitas itu menampakkan Kerajaan Allah.
Yesus pasti meyakini bahwa jemaat yang didirikan-Nya akan menjadi tempat tinggal bagi begitu banyak orang dengan latar belakang dan perangai yang berjuta ragam.
Komunitas yang Dia bangun diumpamakan seperti ikan yang ditangkap dalam jala; ada yang baik dan ada yang buruk (Mat. 13:47).
Konsekuensi logis atas keragaman anggota adalah potensi konflik yang mungkin timbul semakin besar. Maka, Yesus menyingkapkan tata cara konkrit untuk menyelesaikan konflik, agar hidup komunitas tidak dirugikan dan pelaku konflik dijamin kesejahteraan jiwanya.
Ketika seorang saudara/i melakukan kesalahan terhadap jemaat atau berperilaku menyimpang dari tata tertib hidup jemaat, ia harus tidak dipermalukan di depan seluruh anggota jemaat.
Pertama, ia harus diajak bicara empat mata, menemukan akar masalah mengapa ia melakukan kekeliruan itu. Kitab Imamat menasihatkan, ”Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.” (Im. 19: 17).
Pada saat Injil Matius ditulis, c. 85-90, cukup banyak keluarga atau anggota yang terancam meninggalkan iman karena persekusi/pengejaran, penyiksaan, bahkan, pembunuhan. Untuk menyelamatkan diri mereka sering mengingkari Yesus, yang mereka imani sebagai Mesias (bdk. Mat. 10:21.35-36).
Ketika masa sulit berlalu, mereka ingin kembali ke pangkuan Gereja, tetapi sulit diterima. Para pemuka jemaat menginisiasi tata cara pertemuan empat mata. Praktik ini sekarang lebih dikenal sebagai konseling pastoral, dengan cakupan masalah yang tidak melulu pada kekeliruan.
Jika ia tidak mendengarkan …
Pada kasus ekstrim/luar biasa sulit, apabila pembimbingan secara tatap muka tidak berhasil, orang yang bersalah tidak mengikuti arah perbaikan yang dikehendaki, ia dihadapkan kesaksian minimal dua orang saksi, sesuai dengan ketentuan Hukum Tuhan (Ul 19:15).
Langkah ini dikenal sebagai langkah pengadilan Gereja. Matius menggunakan kata εκκλησια, ekklesia, sama dengan yang digunakan dalam Mat 16:18, “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu.”
Kuasa untuk mengampuni dosa diberikan kepada Petrus (Mat. 16:19). Setelah kebangkitan, Yesus memberikan kuasa yang sama pada para rasul (Yoh. 20:23).
Sekarang, kuasa yang sama diberikan kepada Gereja. Gereja mengajarkan: “Tuhan memberi kepada para Rasul kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa, Ia juga memberi kepada mereka otoritas untuk mendamaikan para pendosa dengan Gereja.
Aspek gerejani dari tugas ini terutama kelihatan dalam perkataan meriah Kristus kepada Simon Petrus, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan surga; apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (Mat 16:19).
Jelaslah, bahwa “tugas mengikat dan melepaskan, yang diserahkan kepada Petrus, ternyata diberikan juga kepada Dewan para Rasul dalam persekutuan dengan kepalanya” (bdk. Mat. 18:18; 28:16-20; LG 22).” (Katekismus Gereja Katolik, 1444).
Praktek yang umum diterima dan dilaksanakan dalam Gereja adalah layanan Sakramen Rekonsiliasi. Melalui Gereja-Nya, Yesus mengundang setiap orang untuk diperdamaikan dengan diriNya dan seluruh anggota jemaat, ekklesia.
Selanjutnya, apabila tidak terjadi pertobatan, Gereja diberi kewenangan untuk melepaskan orang dari keanggotaan dalam jemaat. Ia sama dengan orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai.
Dalam tradisi Yahudi jaman Yesus, pemungut cukai dianggap tidak mengenal Allah. Mereka bersekongkol dengan penjajah Romawi dalam memungut pajak dan membebani dengan penarikan pajak berlebihan.
“Kata-kata mengikat dan melepaskan berarti: siapa pun yang akan kamu kucilkan dari persekutuan, maka Allah pun akan mengucilkannya dari persekutuan dengan diri-Nya; siapa pun yang akan kamu terima kembali dalam persekutuanmu, maka Allah pun akan menerima-Nya kembali dalam persekutuan dengan diri-Nya. Perdamaian dengan Gereja tidak dapat dipisahkan dari perdamaian dengan Allah.” (Katekismus Gereja Katolik, 1445).
Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka
Doa bagi saudara-sudari yang meninggalkan jemaat selalu dilakukan dalam Gereja. Mereka benar terpisah dari jemaat, tetapi, diharapkan, tidak terpisah dari Allah.
Diharapkan juga mereka kembali menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yoh. 10:16). Dengan cara ini, rekonsiliasi terjadi. Dan Yesus menjamin bahwa Bapa mengabulkan permohonan kita.
Kehadiran-Nya di tengah jemaat menyingkapkan bahwa hidup jemaat selalu berorientasi dan berpusat pada diriNya. Gereja bukan perjumpaan pribadi dengan Allah, tetapi komunitas yang dipanggil untuk bersekutu dan menjadikan Yesus sebagai tujuan dan pusat hidup masing-masing anggota.
Dalam persekutuan itulah, kasih dan cinta berkembang. Di mana ada kasih dan cita, Allah hadir di situ, Ubi caritas et amor, Deus ibi est.
Katekese
Bila seseorang bersalah padamu. Santo Augustinus. Uskup dari Hippo, Bapa Gereja, 354-430.
“Bila seseorang bersalah padamu dan membuatmu menderita, apa yang seharusnya dilakukan? Kamu mendengar jawabannya dalam bacaan hari ini, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata.”
Bila kamu gagal melakukannya, kamu lebih buruk dari pada orang itu. Ia telah merugikan seseorang; dan dengan tindakan yang merugikan itu, ia telah membuat dirinya terluka sangat parah.
Akankah kamu benar-benar mengabaikan luka saudaramu? Akankah kamu hanya menyaksikannya terjerembab dan jatuh? Akankah kamu membiarkannya dalam kesulitan? Bila demikian, kamu berkelakuan lebih buruk dalam kebisusuan dari pada dia yang melakukan penyimpangan.
Maka, ketika seseorang melakukan kesalahan terhadap kita, mari kita memperhatikannya, bukan melulu untuk kita sendiri. Karena lebih mulialah bila kita melupakan luka yang kita derita. Maka, kesampingkan luka-lukamu, tetapi tidak boleh mengabaikan rasa sakit saudaramu.
Maka, ‘tegorlah dia di bawah empat mata’ bertujuan agar dia memperbaiki diri, bukan untuk membuatnya malu. Karena saat ada kesempatan membela diri, ia akan mulai membenarkan dosa yang dilakukannya, dan dengan demikian kamu secara ceroboh tidak mendorongnya memperbaiki kelakukannya hingga mencapai perbaikan yang kamu kehendaki.
Maka, ‘tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan kamu, kamu telah mempertobatkannya’, karena ia mungkin telah tersesat, jika kamu tidak memberinya nasihat.” (Sermon 82.7).
Oratio-Missio
Tuhan, jadikanlah aku alat-Mu untuk menyembuhkan dan memulihkan kasih dan damai. Anugerkanlah kebijaksanaan dan keberanian untuk membawa kasih-Mu yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk mereka yang meninggalkan komunitas imanku?
Quaecumque alligaveritis super terram, erunt ligata in caelo; et, quaecumque solveritis super terram, erunt soluta in caelo – Mattaeum 18:18