Rabu. Minggu Paskah II, Hari Biasa (P)
- Kis 5:17-26
- Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
- Yoh 3:16-21
Lectio
16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Meditatio-Exegese
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini
Allah berfirman kepada Abraham, “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran.” (Kej. 22:2). Abraham menaati perintah-Nya. Ia pergi ke Gunung Moria bersama Ishak, anaknya yang sangat dikasihinya.
Sampai di tempat yang ditunjukkan Allah, Abraham mendirikan mezbah, menyusun kayu, mengikat anaknya, Ishak, dan meletakkannya di atas kayu api. Ia kemudian mengulurkan tangannya, mengambil pisau dan bersiap menyembelih anaknya.
Abraham pasti menelungkupkan muka anaknya. Ia tidak mau Ishak melihatnya bercucuran air mata. Saat hendak mengayunkan tangan yang menggenggam pisau, Malaikat TUHAN dari langit berseru kepadanya, “Abraham, Abraham.” Sahutnya, “Ya, Tuhan.”
Lalu Ia berfirman, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” (Kej. 22: 9-12). Kisah Abraham menjadi pralambang keagungan dan kekuatan kasih Allah.
Kasih yang begitu agung diwujudkan dengan kerelaan Allah mengurbankan dan mempersembahkan Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Kata Yunani yand digunakan adalah μονογενη, monogene dan Latin, unigenitus, tunggal, satu-satunya.
Kata ini menyingkapkan pemberian kasih setuntas-tuntasnya. Apa yang paling berharga diberikan, bahkan dikurbankan. Ia menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal kepada manusia.
Santo Yohanes menggunakan kata Yunani, κοσμον, kosmon, dari kosmos, dunia, umat manusia seluruhnya (Yoh.1:9; 3:16; 4:42; 6:14; 8:12). Santo Augustinus, Uskup Hippo, 354-430, berkata, “Allah mengasihi masing-masing dari kita seolah-olah hanya kitalah satu-satunya yang dikasihi-Nya.”
Allah mengharapkan manusia menanggapi kasih-Nya dengan sikap iman, percaya. Iman bermakna mau menerima Yesus yang dikaruniakan, diutus dan ditinggikan di salib sebagai Mesias dan Anak Allah (Yoh. 20:31).
Bila manusia menerima Yesus, ia tidak binasa, manusia memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16), dan tidak dihukum pada pengadilan terakhir (Yoh. 3:18), karena Ia datang untuk menyelamatkan (Yoh. 3:17). Sedangkan ketidak percayaan mengakibatkan manusia ada di bawah hukuman (Yoh 3:18).
Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan
Tindakan kasih diwujud nyatakaan dengan ungkapan “Terang telah datang ke dalam dunia.” (Yoh. 3:19). Yesus Kristus, Sang Terang, telah dating. arang siapa mengikutiNya, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan memiliki terang hidup (Yoh. 8:12).
Mengikuti-Nya bermakna sama dengan (Yoh. 3:21) “melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”, qui autem facit veritatem, venit ad lucem, ut manifestentur eius opera, quia in Deo sunt facta.
Sebaliknya, yang menolak untuk percaya lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab mereka melakukan apa yang jahat (Yoh 3:19-20). Yang menolak untuk percaya sama dengan κοσμον, kosmon, dunia. Dunia selalu menjadi musuh atau lawan Allah (Yoh. 7:4.7; 8:23.26; 9:39; 12:25).
Musuh juga disebut sebagai setan atau “penguasa dunia” (Yoh. 14:30; 16:11). Kejahatan sering direpresentasikan oleh sistem pemerintahan, termasuk kekaisaran Romawi, yang mengusir pengikut Yesus dari sinagoga.
Kejahatan hadir dalam mereka yang mengejar-kejar, memenjarakan dan membunuh pengikut Yesus, serta menyebabkan kekacauan hidup jemaat (Yoh. 16:33). Yesus membebaskan mereka yang ditindas, dengan mengalahkan penguasa dunia (Yoh. 12:31).
Dunia atau kejahatan bermakna situasi yang tidak adil dan menindas sebagai akibat dari kebencian dan pengejaran terhadap tiap murid yang dikasihi Tuhan. Pelaku ketidakadilan dan penindasan adalah mereka yang meyalah gunakan kekuasaan.
Akhirnya, kejahatan bersemayam dalam diri mereka yang melanggar keadilan atas nama Allah (Yoh. 16:2). Namun, para pengikut-Nya tidak boleh berkecil hati, karena, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh. 16:33).
Katekese
Betapa kuatnya kasih Allah dan tanggapan kita. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
“Nas, ‘Begitu besar kasih Allah akan dunia ini’, menyingkapkan betapa kuatnya kasih. Karena betapa luhur dan tak terbatas jarak di antara keduanya. Yang mahaluhur, abadi tanpa awal atau akhir mengasihi yang berasal dari debu dan tanah, yang memuati hatinya sendiri dengan berlaksa-laksa dosa. Ia bahkan tanpa pernah mau bersyukur serta tanpa henti menyakiti hati-Nya.
Inilah Dia yang ‘mengasihi’. Allah tidak pernah menganugerahkan seorang pelayan, atau malaikat, atau, bahkan, malaikat agung. Ia menganugerahkan ‘Anak-Nya yang tunggal’.
Tiada seorang pun yang menunjukkan keprihatinan yang demikian itu sehingga merelakan anaknya sendiri seperti yang dilakukan Allah untuk para hamba-Nya yang tak tahu bersyukur…”
“Ia mempertaruhkan hidup-Nya untuk kita dan mencurahkan darah-Nya yang paling berharga demi kita, walau tak ada setitik kebaikan pun di pihak kita. Karena kita tak pernah rela menyerahkan uang demi kepentingan kita dan mengabaikan Dia yang wafat bagi kita. Saat itu Ia telanjang dan menjadi seorang asing…
Kita mengenakan kalung emas di leher dan bahkan di binatang piaraan kita. Tetapi mengabaikan Tuhan kita yang pergi dengan badan telanjang saat melewati dari satu pintu ke pintu lain…
Ia bersukacita pergi dengan perut lapar agar kalian menjadi kenyang. Ia telanjang agar Ia dapat menyediakan bagimu kain untuk membuat pakaian yang tak lapuk. Namun kita tidak tak pernah rela menyerahkan makanan kita atau pakaian kitan untuk-Nya…
Hal-hal ini saya katakan terus menerus, dan saya tak akan berhenti berkata pada mereka. Bukan karena saya memperhatikan kaum miskin, tetapi karena saya memperhatikan jiwa kalian.” (Homilies On The Gospel Of John 27.2–3)
Oratio-Missio
Tuhan, buatlah aku menyukai apa yang Engkau sukai; menghendaki apa yang Engkau kehendaki; dan memberikan dengan suka cita apa yang telah Engkau berikan kepadaku dengan murah hati. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mengasihi Tuhanku?
Sic enim dilexit Deus mundum, ut Filium suum unigenitum daret, ut omnis, qui credit in eum, non pereat, sed habeat vitam aeternam – Ioannem 3:16