Lectio Divina 10.9.2024 – Ia Memanggil Para Rasul

0
24 views
Ia memanggil para murid-Nya, by Connie Wendleton

Selasa. Minggu Biasa XXIII, Hari Biasa (H)

  • 1Kor 6:1-11
  • Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b
  • Luk 6:12-19

Lectio

12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. 13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:

14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, 15 Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, 16 Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

17 Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.

18 Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. 19 Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.  

Meditatio-Exegese

Ia memanggil murid-Nya, memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul

Santo Lukas melukiskan bahwa Yesus memilih dua belas orang pria dalam Dewan Para Rasul, yang diketuai-Nya sendiri. Kedua belas Rasul itu merupakan Bapa Rohani Perjanjian Baru, sama seperti 12 orang anak Yakub yang menjadi bapa jasmaniah Perjanjian Lama.

Hirarki ini juga mengingatkan akan Perjanjian Sinai yang diperantarai Musa, Harun dan dua anaknya yang tertua. Peristiwa yang serupa terjadi ketika Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di gunung kepada Petrus, Yohanes dan Yakobus, anak-anak Zebedus dan di Taman Getsemani ketika Ia berdoa menjelang ditangkap.  

Merekalah para tua-tua dari 12 suku Israel yang memerintah 70 orang tetua sesuai ketentuan (Kel. 24:1). Santo Lukas melukiskan (Luk. 6:13), “Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul.”, vocavit discipulos suos; et elegit duodecim ex ipsis quos et Apostolos nominavit.

Di tempat lain, para Rasul juga dipilih melalui Roh Kudus (Kis. 1:2). Maka, para bapa Konsili Vatikan II mengajarkan, “Setelah berdoa kepada Bapa, Tuhan Yesus memanggil kepada-Nya mereka yang dikendaki-Nya sendiri. Diangkat-Nya duabelas orang, untuk ikut serta dengan- Nya, dan untuk diutus mewartakan Kerajaan Allah (lih. Mrk. 3:13-19; Mat. 10:42).

Para Rasul itu (lih. Luk. 6:13) dibentuk-Nya menjadi semacam dewan atau badan yang tetap. Sebagai ketua dewan diangkat-Nya Petrus, yang dipilih dari antara mereka (lih. Yoh. 21:15-17). Ia mengutus mereka pertama-tama kepada umat Israel, kemudian kepada semua bangsa (lih. Rom. 1:16), supaya mereka, dengan mengambil bagian dalam kekuasaan-Nya, menjadikan semua bangsa murid-murid-Nya, serta menguduskan dan memimpin mereka (lih. Mat. 28:16-20; Mrk. 16:15; Luk. 24:45-48; Yoh. 20:21-23).

Demikianlah mereka akan menyebarluaskan Gereja, dan di bawah bimbingan Tuhan menggembalakannya dalam pelayanan, di sepanjang masa hingga akhir jaman (lih. Mat. 28:20). Pada hari Pentakosta mereka diteguhkan sepenuhnya dalam perutusan itu (lih. Kis. 2:1-36) […]

Adapun para Rasul di mana-mana mewartakan Injil (lih. Mrk. 16:20), yang berkat karya Roh kudus diterima baik oleh mereka dan di atas Santo Petrus, ketua mereka, sedangkan Yesus Kristus sendiri menjadi batu sendinya (lih. Why. 21:14; Mat. 16:18; Ef. 2:20). Pengutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat. 28:20).

Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis itu para Rasul telah berusaha mengangkat para pengganti mereka. Mereka tidak hanya mempunyai berbagai macam pembantu dalam pelayanan.

Melainkan supaya perutusan yang dipercayakan kepada para Rasul dapat dilanjutkan sesudah mereka meninggal,mereka menyerahkan kepada para pembantu mereka yang terdekat – seakan-akan sebagai wasiat – tugas untuk menyempurnakan dan meneguhkan karya yang telah mereka mulai.” (Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Lumen Gentium, 19-20).

Pada waktu itu

Melalui ungkapan ini Santo Lukas mengalihkan pokok pembicaraan dari pertentangan tentang Hukum Sabat dengan kisah baru,  Yesus pergi ke bukit untuk berdoa. Terjemahan Indonesia (TB) menggunakan kata bukit, barangkali karena menyesuaikan dengan fakta bahwa tidak ada gunung di daerah Galilea.

Dalam Vulgata ditulis, exiit in montem orare, ia pergi ke gunung untuk berdoa. Gunung, dalam tradisi Kitab Suci, bermakna ‘gunung yang kudus’, tempat Allah sering menyingkapkan Diri-Nya.  

Taman Eden, Firdaus, merupakan ‘gunung yang kudus’ asali (Yeh. 28:13-14). Di gunung pula  Allah sering membaharui perjanjianNya untuk keselamatan dan penebusan manusia serta memanggil manusia untuk kembali bersatu denganNya di taman Eden (bdk. Kej. 22:2; Kel 19:16-19; 2Taw. 3:1; Mat. 28:16-20).

Para nabi bernubuat tentang penyelamatan yang dilaksanakan di gunung Tuhan pada akhir jaman (bdk. Yes. 2:2-4; Dan. 2:44-45; Mi. 4:1-7).

Disebut-Nya rasul

Kata αποστολους, apostolous, rasul, utusan, berasal dari kata kerja  αποστελλειν, apostellein, mengirim, mengutus.  Kata ini juga digunakan dalam kegiatan biasa, misalnya, Herodorus menggunakan kata utusan/duta atau ekspedisi angkatan laut (Histories, 1.21). Flavius Josephus menggunakan kata ‘mengutus’ saat serombongan delegasi pergi ke Roma (Antiquities of the Jews, 17.11.1 [300]).

Pada awalnya, kata ini digunakan khusus untuk kedua belas orang sahabat Yesus itu. Tetapi, pada perkembangan selanjutnya, kata rasul mengacu pada setiap orang yang diutus untuk mewartakan Kabar Sukacita, Kabar Keselamatan. 

Dalam Perjanjian Baru terdapat empat daftar para rasul. Semua diawali dengan nama Petrus dan diakhiri dengan Yudas Iskariot (Mat. 10:2-4; Mrk. 3:16-19; Luk. 14-16; Kis. 1:13). Daftar dalam Kisah berakhir dengan Yudas anak Yakobus, karena Yudas Iskariot telah menggantung diri (Mat. 27:5).

Kedudukan Yudas Iskariot digantikan oleh Matias. Sebelum pemilihan ditentukan tolok ukur pengganti Yudas Iskariot: berkumpul bersama kesebelas orang rasul selama bersama dengan Yesus, mulai dari pembaptisan Yohanes hingga Ia terangkat ke surga. (Kis. 1:21-22). Matias terpilih setelah undian jatuh padanya (Kis. 1:26).

Posisi Petrus, yang juga disebut pertama dalam daftar menunjukkan bahwa ia adalah yang utama dari antara sesama rasul, primus inter pares. Santo Yohanes Rasul dan Paulus menyebutnya sebagai Kefas (Yoh. 1:42; 1Kor. 1:12; 3:22; 9:5; Gal. 2:9).  

Ia memanggil, lalu memilih dari antara mereka

Yesus selalu berdoa saat menghadapi peristiwa penting, termasuk ketika Ia menetapkan 12 orang rasul, αποστολους, apostolous (Luk 6:12). Ia memanggil utusan-Nya, yaitu orang yang diutus untuk melaksanakan tugas perutusan yang sama yang diterima Yesus dari Bapa-Nya (Yoh 20:21).

Santo Markus secara tegas menulis, “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.” (Mrk. 4:14). Tulisan ini dirumuskan untuk janji uskup saat pentahbisan, “Bersediakah saudara selalu dengan setia mewartakan Injil Kristus.”, Fideliter predicare evangelium Christi.

Kedua belas orang ini hanyalah orang biasa, bukan orang suci.  Petrus merasa diri sebagai pendosa (Luk. 5:8). Matius pun seorang yang pemungut cukai (Luk 5:27-32). Bartolomeus atau Natanael adalah seorang petani di Kana (Yoh. 1:48).

Bahkan, seorang pemberontak terhadap penjajah Romawi, Simon orang Zelot. Jumlah itu kelak berkurang, karena Yudas berkhianat (Luk. 22:3-6). Masing-masing memiliki kelemahan manusiawi, tetapi selalu bersedia untuk diutus. Nabi Yesaya menulis (Yes. 6:8), “Inilah aku, utuslah aku.”, ecce ego sum mitte me.

Yesus memberi contoh konkrit kepada siapa mereka diutus-Nya. Yesus menjumpai orang-orang yang disingkirkan, ditindas dan tak digembalakan. Mereka bisa saja datang dari daerah Yudea, Yerusalem, dan daerah yang tak mengenal Allah, Tirus dan Sidon.

Yesus mengutus mereka untuk menjadi sabahat bagi mereka yang menjadi korban penyamun, seperti orang Samaria yang menolong si pedagang Yahudi (Luk. 10:25-37).

Katekese

Yesus memilih nelayan dan pemungut cukai. Santo Ambrosius, Uskup Milan, 337-397:

“[Injil Lukas] berkata, Ia memanggil, lalu memilih dua belas orang, yang Ia tunjuk untuk menjadi penabur iman, membantu menyebarkan keselamatan manusia ke seluruh dunia. Pada saat yang sama, perhatikan, Ia memohon bantuan dari Surga.

Ia tidak memilih orang bijak, atau orang kaya atau bangsawan, tetapi nelayan (Mat. 4:18) dan pemungut cukai (Mat. 10:3). Pada mereka Ia memberi pengajaran, agar mereka dijauhkan dari kebijaksanaan dunia, atau membawa pundi kekayaan, atau tertarik pada kesenangan diri atas kuasa dan jabatan.

Ia mengajar mereka agar kebenaran menang, bukan keelokan pendapat manusia.” (Exposition Of The Gospel Of Luke 5.44)

Oratio-Missio

Tuhan, tinggallah dalam diriku, agar aku mengasiMu dengan kasih yang membara dan iman yang teguh. Kuasailah aku, agar aku mampu menjadikan Engkau segala-galanya bagiku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk berani berkata seperti Nabi Yesaya (Yes. 6:8), “Inilah aku, utuslah aku.”, ecce ego sum mitte me

vocavit discipulos suos; et elegit duodecim ex ipsis quos et Apostolos nominavit – Lucam 6:13

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here