Minggu. Pekan Biasa XV. Peringatan Wajib Santo Benediktus, Abbas (P)
- Am. 7: 12-15.
- Mzm. 85: 9ab-10.11-12.13-14.
- Ef. 1: 3-14.
- Mrk. 6: 7-13.
Lectio
7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, 8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, 9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.
10 Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. 11 Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.”
12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, 13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.
Meditatio-Exegese
Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel
Setelah kematian Raja Salomo, sepuluh suku yang mendiami Israel bagian utara memisahkan dari diri dari kekuasaan Raja Rehabeam. Mereka membentuk kerajaan sendiri, Kerajaan Israel dan mengangkat raja mereka sendiri yang bukan berasal dari rumah/wangsa Daud.
Yerobeam, raja pertama Kerajaan Utara, segera mengingkari perjanjian dengan Allah yang disepakati di Gunung Sinai. Ia mengusir para imam yang berasal dari keturunan Harun dan mengangkat orang-orang yang setia padanya sebagai imam.
Ia tidak menghendaki rakyat utara beribadat di Bait Allah di Yerusalem. Maka, ia membangun rumah ibadat di Betel dan Dan.
Di tempat itu ia meminta para imamnya menyusun tata ibadat sendiri, yang juga mencakup pemujaan pada dewa-dewi asing (1Raj. 12:20-33; 2Taw. 11:14-16).
Para pengganti Yerobeam terus menerus mengembangkan pemujaan yang dilarang Allah. Dan Allah terus menerus mengutus para nabi untuk mengingatkan bahwa mereka telah meninggalkan perjanjian dengan Allah.
Para nabi juga mewartakan kemarahan Allah karena umat dan para raja tidak setia pada-Nya (1Raj. 14:15-16).
Kini Allah mengutus Nabi Amos ke bait suci di Betel, di Kerajaan Utara. Ia mengutus nabi-Nya untuk mewartakan pertobatan seluruh kerajaan.
Nabi Amos menulis dua macam praktek keagamaan yang bertolak belakang. Amazia, imam bait pemujaan di Betel, setia melakukan perintah raja untuk mengatur pemujaan kepada berhala bagi umat Kerajaan Utara (1Raj. 12:28-30).
Sedangkan Amos, yang berasal dari Kerajaan Selatan, Yehuda, tetap setia pada praktek keagamaan seperti ditentukan Allah dalam perjanjian Sinai.
Seluruh tata ibadat yang dipersembahkan kepada Allah diselenggarakan oleh para imam keturunan Harun, imam agung pertama, di Bait Allah di Yerusalem, tempat Allah bersemayam dan berjumpa dengan umat-Nya.
Amazia tak hanya menolak Amos sebagai utusan Allah. Tetapi ia juga menolak seruannya untuk pertobatan dan menolak berhala. Ia menentang hak dan kuasa Amos untuk bernubuat atas nama Allah.
Amazia berkata bahwa Amos tidak berhak memiliki kuasa sebagai nabi di Kerajaan Utara, khususnya di tempat kudus raja, tempat kudus kerajaan. Imam palsu itu tidak menyebut Betel sebagai Bait Kudus Allah.
Saat Nabi Amos bertemu Amazia di Betel, sang imam, langsung mengusir nabi Allah. Katanya, “Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.” (Am. 7:12-13).
Nabi Amos menanggapi bahwa ia tidak bekerja sebagai nabi. Ia bukan anggota persaudaraan nabi. Ia juga bukan nabi yang bekerja untuk istana raja Yehuda. Ia hanya seorang gembala dan pengumpul buah ara hutan.
Tetapi, ia memiliki kuasa untuk berbicara atas nama Allah di Betel, karena Allah memanggilnya untuk diutus dan berbicara atas nama-Nya di Betel.
Nabi Amos mengingatkan umat Israel untuk bertobat dan Ia akan menghukum umat Kerajaan Utara karena telah meninggalkan-Nya.
Panggilan Allah selalu merupakan perintah yang tidak dapat ditolak (bdk. Am. 3:8). Tetapi sekaligus memberi makna dan kekuatan atas hidup seseorang.
Panggilan-Nya selalu memberi kuasa untuk berbicara di mana dan kepada siapa pun, termasuk lembaga pemerintahan, rumah ibadat dan pasar.
Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua
Penolakan di Nazaret mungkin menyebabkan Yesus mengalami kepedihan hati yang mendalam. Terlebih, yang menolak adalah orang-orang yang dikenal-Nya sejak kecil di Nazaret (Mrk 6:1-5). Komunitas asal, ternyata, tidak mau menerima pembaharuan.
Yang dulu hangat menyambut-Nya, sekarang tidak lagi. Bahkan, dari tempat duduk di sinagoga, ”Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” (Luk 4:29).
Setelah ditolak di Nazaret, Yesus berkeliling ke seluruh penjuru Galilea untuk mewartakan Kabar baik (Mrk. 6:6) dan juga mengutus ke dua belas murid pergi berdua-dua mewartakan Kabar Baik.
Tahun 70-an, saat Injil Markus ditulis, komunitas Kristen hidup dalam situasi sulit, seolah tanpa harapan.
Masa depan seolah tertutup kabut kelam. Tahun 64, Nero memulai pengejaran, penangkapan, penganiayaan dan, bahkan, pembunuhan anggota jemaat. Pemberontakan melawan penjajah Romawi meledak di Palestina tahun 65.
Lima tahun kemudian, Yerusalem benar-benar luluh lantak. Kisah perutusan para murid, setelah penolakan di Nazaret, merupakan upaya untuk menyalakan terang harapan dan mengobarkan keberanian.
Setelah ditolak, Yesus mengintensifkan dan memperluas pewartaan Injil ke daerah lain di Galilea. Ia melibatkan para murid, dua belas rasul, dan mengutus pergi berdua-dua. Dua orang adalah jumlah terkecil dari komunitas orang percaya.
Mereka tidak sendiri, tetapi saling menopang, berdoa bersama, saling menolong, dan bersama mengatasi masalah. Santo Markus melukiskan (Mrk. 6:7), “Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua.”, Et convocat Duodecim et coepit eos mittere binos.
Di samping itu, Hukum Taurat mensyaratkan minimal dua orang saksi untuk bersaksi di depan pengadilan, terutama dalam kasus pidana (Bil 35:30; Ul 19:15). Dua saksi dimaksudkan untuk mendukung kesaksian atas mukjizat yang dilakukan Yesus dan kebenaran ajaran-Nya.
Kepadapara murid Yesus memberi wibawa dan kuasa,εξουσια, exousia, untuk mengalahkan setan, memberitakan pertobatan, mengoles orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka (Mrk 6:12-13).
Yesus melarang mereka membawa roti, bekal dan uang. Mereka harus bertindak seperti Abrahim, yakni: mempercayakan diri atau menggantungkan hidup pada penyelenggaraan ilahi, karena Allah menyediakan, Deus providebit (Kej 22:8).
Yesus mengizinkan para murid-Nya membawa tongkat, yang digunakan untuk melindung diri dari binatang buas atau perampok. Sepasang sepatu merupakan alas kaki untuk berjalan menyusuri setiap lorong dan jengkal tanah.
Di tempat-tempat itu, para murid yang diutus-Nya menyapa dan mewartakan Injil kepada segala makhluk. Maka, sepasang sepatu menunjukkan usaha menjelajahi seluruh sudut semesta.
Dengan cara ini Yesus mau menunjukkan Kerajaan Allah mencakup seluruh alam semesta, κοσμον, kosmon, dari kata dasar: κόσμος – kósmos (Mrk 16:15)
Yesus mengizinkan pemakaian sepatu, karena Allah telah menguduskan tanah yang akan mereka pijak untuk berdiri (bdk. Kel. 3:5; Yos. 5:15).
Sementara, hukum kewajiban pemakaian sandal atau alas kaki tidak berlaku lagi seiring dengan kehancuran Bait Allah dan seluruh rangkaian peribadatan yang dilaksanakan di sana.
Saat masih berlangsung peribadatan di Bait Allah di Yerusalem, para imam tidak diizinkan memakai sandal, saat mereka menjalankan tugas pelayanan (Misnah: Tamid, 1: 1Q-1: 2J; 5: 3).
Melalui perutusan berdua-dua, Yesus sedang mempersiapkan dan melatih para rasul dan para murid-Nya untuk menyebarkan Kabar Sukacita. Ia menyadari bahwa mereka akan meneruskan karya-Nya setelah kenaikan-Nya ke surga.
Tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu
Para utusan Yesus harus tinggal di tempat orang yang menyambut mereka dengan tangan terbuka. Di tempat itu, mereka harus menyatu, ambil bagian dalam tugas sehari-hari dalam keluarga, duduk makan bersama dari meja yang sama, dan tidak boleh hidup terpisah (bdk. Luk. 10:8).
Mereka layak diberi bagian makan, karena seorang pekerja patut mendapatkan upahnya (Luk. 10:7). Dengan kata lain, ambil bagian dalam kehidupan dan pekerjaan dalam keluarga yang menerima mereka, pasti, akan terjadi saling berbagi suka-duka dan hidup.
Keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka
Apabila para utusan Yesus ditolak, mereka harus keluar dari kota atau tempat yang menolak mereka, seraya mengibaskan debu di kaki sebagai peringatan.
Mengebaskan debu dari kaki menjadi peringatan serius bahwa orang yang menolak warta yang dibawa para utusan Yesus sama dengan menolak Yesus Kristus (Kis. 13:51).
barangbarang siapa malu mengakui sabdaNya, Anak Manusia pun akan malu pada pada orang itu di saat Ia datang dalam kemuliaan-Nya; dan barangsiapa menyambut seorang anak kecil, termasuk utusanNya, ia menerima Yesus dan Yang mengutus Yesus (bdk. Mrk 8:38; 9:37).
Memberitakan orang harus bertobat, mengusir setan, dan mengoles dan menyembuhkan orang sakit
Para murid yang diutus Yesus harus bertindak sebagai penebus, yang dalam tradisi Perjanjian Lama disebut goêl (Im. 25:25-55;Bil. 35:19; Ul. 25:5).
Ia merebut kembali para sanak saudara yang dikucilkan karena sakit, cacat, miskin, dan penyingkiran sosial lainnya (Luk. 10: 9; Mrk. 6:7.13; Mat. 10:8).
Dengan kata lain, para murid Yesus diutus untuk memberitakan pertobatan, mengusir setan, merawat orang sakit dan menyembuhkan mereka. Kalau keempat hal itu dilaksanakan, lantanglah diseluruh dunia warta: “Kerajaan Allah telah datang.” (bdk. Luk. 10:1-12; 9:1-6; Mrk. 6:7-13; Mat. 10:6-16).
Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus bukan doktrin agama, katekismus, atau hukum. Kerajaan Allah hadir dan hadir saat orang-orang, yang didorong oleh iman kepada Yesus, memutuskan untuk tinggal di dalam komunitas, memberikan kesaksian dan mewujudkan semua bahwa Allah adalah Bapa dan Ibu bagi semua.
Maka, kita menjadi saudara dan saudari.
Katekese
Setiap murid diutus memberitakan Yesus. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936 – sekarang
“Setiap umat Kristiani adalah orang yang diutus sejauh ia menjumpai kasih Allah dalam Yesus Kristus: kita tidak lagi mengatakan bahwa kita adalah “para murid” dan “orang-orang yang diutus”, melainkan bahwa kita selalu “murid-murid yang diutus.”
Jika kita tidak yakin, marilah kita menengok kepada murid-murid pertama, yang langsung setelah bertemu pandang dengan Yesus, bergerak keluar untuk mewartakan-Nya dengan sukacita: “Kami telah menemukan Mesias.” (Yoh. 1:41).
Perempuan Samaria menjadi seorang utusan langsung sesudah berbicara dengan Yesus dan banyak orang Samaria menjadi percaya kepada-Nya “karena perkataan perempuan itu” (Yoh. 4:39).
Demikian juga, Santo Paulus, setelah perjumpaannya dengan Yesus Kristus, “ketika itu juga ia memberitakan Yesus” (Kis. 9:20; bdk. 22:6-21). Jadi apa lagi yang kita tunggu?” (dikutip dari Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, 120).
Oratio-Missio
Tuhan, jadikanlah aku saluran kuasaMu yang menyembuhkan dan kasihMu yang mengampuni. Bebaskanlah aku dari kelekatan yang menghalangiku menemukan Kerajaan Surga. Dan semoga aku menjadi saksi Kabar Sukacita melalui kata dan tindakanku. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk menjadi utusan-Nya yang setia?
Et exeuntes praedicaverunt, ut paenitentiam agerent; et daemonia multa eiciebant et ungebant oleo multos aegrotos et sanabant – Marcum 6:12-13