Sabtu. Hari Biasa sesudah penampakan Tuhan (P)
- 1Yoh. 5:14-21
- Mzm. 149:1-2.3-4.5.6a.9b
- Yoh. 3:22-30
Lectio
22 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke Tanah Yudea. Ia tingal di sana bersama mereka dan membaptis. 23 Tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air. Orang-orang datang ke situ untuk dibaptis,24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dijebloskan ke dalam penjara.
25 Lalu timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.
26 Mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah bersaksi, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.”
27 Jawab Yohanes, “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga. 28 Kamu sendiri dapat bersaksi, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.
29 Yang punya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki. Namun, sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. 30 Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Meditatio-Exegese
Aku bukan Mesias
Yohanes Pembaptis dan Yesus menarik perhatian banyak orang, terutama kaum miskin, terpinggirkan dan tertindak untuk bergabung dalam gerakan mereka. Mereka tertarik karena cara hidup baru dalam menghayati relasi dengan Allah, sesama dan alam semesta.
Tetapi, setelah mengikuti Yohanes Pembaptis dan dibaptisnya, Yesus meninggalkan anak Zakharia dan Elisabet. Ia pergi bersama muridNya ke daerah Yudea dan membaptis banyak orang di Sungai Yordan.
Yesus, pengkhotbah baru, sepertinya mengambil manfaat dari kehadiran Yohanes Pembaptis. Ia memesona lebih banyak orang dan membaptis lebih banyak pengikut. Maka, terjadilah perselisihan pendapat antara murid Yohanes dan murid Yesus tentang penyucian, yakni: makna baptis.
Terkait dengan perselisihan itu, seorang murid Yohanes menyampaikan kepada gurunya tentang apa yang dilakukan Yesus, “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah bersaksi, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” (Yoh. 3:26).
Yohanes menanggapi dengan jawaban yang sangat indah. Jawabannya menyingkapkan kebenaran iman yang dihayatinya. Yohanes berusaha keras membantu muridnya untuk menilai apa yang dilakukan Yesus secara obyektif.
Ia mengemukan tiga alasan.
Pertama, tidak ada seorang pun mendapatkan anugerah tanpa pekenanan Allah. Jika Yesus melakukan pembaptisan, maka Ia pasti telah menerima kuasa dan tugas dari Allah (Yoh. 3:27). Maka, para muridnya harus ikut bersuka cita, bukan merasa cemburu.
Kedua, anak Zakharia dan Elizabet, yang selalu makan belalang dan madu hutan, menegaskan bahwa ia bukanlah Mesias, Kristus, Yang Diurapi. Ia hanya mempersiapkan kedatanganNya (Yoh 3:28).
Dan, terakhir, menggunakan adat perkawinan di Palestina pada waktu itu, ia menjelaskan tentang peran yang diembannya. Di rumah sang mempelai perempuan, ia dan para pengikutnya hanyalah sahabat mempelai laki-laki yang duduk di dekatnya dan mendengarkannya.
Yang dimaksud dengan mempelai laki-laki adalah Yesus. Sahabat mempelai adalah Yohanes dan semua orang yang menjadi muridnya. Yohanes sangat mengenal suara Yesus, Sang Mempelai Laki-laki. Maka, semua harus meninggalkannya dan hadir di hadapan-Nya untuk mendengarkan sabda-Nya.
Saat itulah sukacitanya menjadi penuh. Yohanes tidak menginginkan apa pun. Tugas perutusannya hanya mengantar Sang Mempelai Laki-laki pada mempelai perempuan.
Kalimat terakhir yang diucapkannya merangkum seluruh tugas perutusan yang ia emban (Yoh. 3:30), “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”, Illum oportet crescere, me autem minui.
Murid Yesus dan murid Yohanes
Pada akhir abad pertama Masehi di Palestina dan Asia Kecil tinggal tersebar komunitas bangsa Yahudi. Mereka hidup dalam perantauan, mengungsi setelah pemberontakan yang gagal dan ditumpas oleh Jenderal Titus pada tahun 70.
Di antara mereka pasti ada yang pernah menjalin relasi dan menjadi murid Yohanes Pembaptis, bahkan dibaptisnya (Kis 19:3). Diamati sekilas, gerakan Yohanes dan Yesus sepertinya mirip satu dengan yang lain. Keduanya meminta para pengikut untuk bertobat dan mewartakan datangnya Kerajaan Allah (bdk. Mat 3:1-2; 4:17).
Gerakan pembaharuan rohani kedua tokoh itu pasti menimbulkan kebingungan baik di antara pengikut Yohanes maupun Yesus. Di tengah kebingungan ini, kesaksian Yohanes memiliki peran kunci untuk mengurai kerumitan.
Injil Yohanes mencatat kesaksian Yohanes dan kesaksiannya bukan kesaksian dusta (Yoh 1:20), “Aku bukan Mesias.”, Non sum ego Christus.
Dan untuk Sang Mesias, Yesus Kristus, setiap anggota jemaat Kristiani harus mengambil peran seperti yang dilakukan Yohanes, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh 3:30).
Katekese
Kristus adalah mempelai laki-laki bagi Gereja dan Gereja adalah mempelai perempuan bagi-Nya. Santo Ambrosius dari Milan, 339-397:
“Yesus sendirilah menjadi mempelai laki-laki bagi Gereja (Yoh. 3:29). Dialah harapan para bangsa, dan para nabi membuka kasut mereka saat mempersembahkan pada-Nya persekutuan anugerah perkawinan.
Dialah mempelai laki-laki; aku sekedar sahabat mempelai laki-laki. Aku bersukacita karena Ia datang, karena aku mendengar kidung-kidung perkawinan-Nya.
Karena sekarang kami tak lagi mendengarkan hukuman yang sangat keras bagi para pendosa, siksaan kejam dari hukum agama. Kami bersukacita karena pengampunan dosa, seruan sukacita, suara kegembiraan dan sorak-sorai pesta perkawinan.” (On The Patriarchs 4.22).
Oratio-Missio
Tuhan, buatlah aku makin rendah hati dan kobarkanlah hatiku untuk ambil bagian dalam memperkenal nama-Mu dimulai dari tempatku tinggal dan hidup. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan agar aku menjadi saksi-Nya yang benar?
Illum oportet crescere, me autem minui – Ioannem 3:30